Download App

Chapter 25: Salah Tingkah

Armand sudah menutup pintu kamar apartemen, tidak bisa mencegah atau berbuat apapun ketika, ada seorang pria yang mengaku sebagai pacar dari sekertarisnya.

"Ah.. bodoh sekali aku!" Gerutunya dengan kesal, dan tanpa disadari ia menyentuh bibirnya sendiri. "Oh.. Armand! Bagaimana bisa kau mencium Arvita! Dimana otakmu tadi!" Armand memukul kepalanya sendiri dengan perasaan kesal.

Dilain tempat dan keadaan, Arvita sudah berada dalam mobil milik Samudera. Tiba-tiba saja suasana diantara mereka menjadi tegang, dan terlalu hening.

Arvita berdeham kuat, sebelum akhirnya ia mulai bicara pada Sam. "Eee... Kamu kok tahu kalau aku ada ditempat bos Armand?" Tanya Arvita dengan intonasi suara yang teramat hati-hati.

"Apa harus kamu sampai selarut ini? Ini kan bukan waktu jam kerja kamu! Harusnya kamu bisa menolak, bukan?" Sam menghiraukan pertanyaan Arvita, terdengar sekali pria itu sedang marah.

"Kamu marah ya?" Tanya Arvita dengan bodoh, sudah tahu tapi masih menanyakan.

"Menurut kamu?"

"Mm... maaf ya. Tapi kan aku sudah bilang kalau aku ada kerjaan penting. Kalau enggak penting, gak mungkin juga aku kesana." Arvita berusaha untuk menjelaskan.

"Kamu... Arghh! Aku pikir kamu tahu arti dari sebuah hubungan. Dan kamu seharusnya bisa menjaga perasaan satu sama lain.. Ahh.. Sudahlah.. Aku tidak mau bahas ini lagi." Ucap Armand dan sudah menghentikan laj mobilnya.

"Sam... kamu... jangan bersikap posesif seperti itu!" Arvita masih mencoba membela dirinya.

"Apa terjadi sesuatu antara kamu dan dia?" Tanya Sam yang juga mulai kesal. "Kalian berdua kan sudah sama-sama dewasa, tidak mungkin tidak terjadi sesuatu diantara kalian berdua?"

Arvita memberikan tatapan cemooh, dan kesal. Memang benar dia dan Armand sudah berciuman. Tapi, sepertinya pernyataan Sam yang barusan. Berprasangka lebih dari sekadar ciuman.

"Kamu aneh banget!" Jawab Arvita ketus, dan segera membuka pintu.

"Biar kamu puas! Ya memang terjadi sesuatu, dan itu diluar kendaliku. Kami berciuman! Apa kau puas!" Sahut Arvit kesal, dan segera membanting pintu dengan kencang.

Sam hanya bereaksi dengan diam, sepertinya ia merasa pendengarannya salah saat ini. Tapi... Tidak mungkin! Apa yang diucapkan Arvita adalah nyata dan benar.

Arvita sudah masuk dalam kamarnya. Sudah lewat tengah malam, dan tidak terlihat Rosa ataupun Lidia yang masih bangun.

Masih dalam keadaan kesal, ia duduk pada tepi tempat tidur. Meratapi kekesalannya, karena sudah berkata kasar pada Samudera.

"Ih...! Bodoh sekali! Bukannya malah gue yang terlihat jahat!! Bodoh banget sih Vita!!! Kan jadinya Lo yang kelihatan selingkuh!" Umpat Arvita pada dirinya sendiri.

***

Pagi Hari.

Rosa dan Lidia sudah berada diruang makan, menikmati sarapan pagi sederhana mereka, dengan roti tawar dan segelas teh hangat manis.

Arvita sudah bangun lebih awal dari mereka berdua, hanya saja anehnya. Justru dia yang tidak terlihat tidak santai, dan sangat tergesa-gesa.

"Dia kenapa sih?" Tanya Lidia heran dan penasaran. Melihat Arvita yang sedari tadi hanya mondar mandir, tidak jelas.

"Enggak tahu?" Rosa mengangkat kedua bahunya, seraya memasukkan gigitan terakhir pada rotinya. "Lo tanya sama gue? Gue tanya sama siapa?" Ucap Rosa dengan penuh mulut.

"Ihh... Jorok banget sih Marmut!" Cibir Lidia, ketika melihat beberapa serpihan roti keluar dari mulut Rosa yang penuh.

Arvita baru saja datang kembali, ia sudah tampak rapi. Dan mengambil segelas air putih, yang langsung ia tenggak dengan cepat.

"Vit!!" Panggil Lidia, disaat Arvita belum menghabiskan minumannya. Dan hanya memberikan jari telunjuknya untuk Lidia dan Rosa.

"Udah gila kayanya dia." Cibir Rosa, dan memutar jari telunjuk kanan, pada pelipisnya sendiri.

"Apa?" Tanya Arvita kembali dan sudah selesai dengan minumannya. Tapi pandangannya bukan mengarah pada Lidia yang memanggil, melainkan pada jam tangannnya sendiri.

"Elo kenapa sih? Pagi-pagi sudah sibuk bangettt! Masih pagi bangettt inii... jam tujuh aja belum... Vita! Lo enggak kepagian berangkat jam segini?" Lidia sudah tidak tertarik dengan rotinya, diam-diam Rosa segera saja mengambil roti milik Lidia.

"Aduh sorry ya... Gue enggak bisa bareng. Soalnya ada rapat penting sama Pak Armand, dan Para petinggi." Jelas Arvita singkat, dan sedikit memperbaiki penampilan rambutnya, pada teko stainless kopi yang mengkilat.

"Ohh.. Ya udah hati-hati ya.. Nanti makan siang kita ketemuan ya... istirahat bareng,ok!" Ucap Lidia kembali.

"Sip, Ok! Bye... gue tinggal dulu ya..."

Lidia memperhatikan punggung Arvita, yang sudah menghilang dari balik pintu ruang makan. Baru saja ia ingin menghabiskan sisa rotinya, dan yang ia lihat hanya piring kosong, tanpa ada jejak roti sedikitpun.

"Ahh.. Gue juga kayanya harus siap-siap deh. Lidi." Mendadak Rosa segera beranjak dari duduknya.

"Tunggu sebentar! Marmut! Elo kan yang makan roti gue!" Tuduh Lidia dengan yakin. Tapi Rosa bukannya memberi penjelasan, ia hanya terus saja mempercepat langkahnya.

"Ya ampun Lidi! Jangan pelit-pelit! Beli aja nanti roti yang duaribuan di warung depan!" Sahut Rosa dengan terkekeh puas..

"Marmut pendek!!!!!!"

***

Sesampainya Di Kantor.

Arvita sudah berada diruang meeting. Sesuai dengan janjinya pada Armand, dia akan menyiapkan segala sesuatunya agar bisa pertemuan penting hari ini, bisa berjalan dengan lancar.

"Sepertinya sudah semua." Ucap Arvita pelan, dan menatap puas pada semua salinan laporan yang sudah ia kerjakan semalaman dengan Armand.

"Semalam?" Pikiran Arvita tiba-tiba mengingatkannya pada kejadian ciuman antara dia dan juga Armand. Memegangi bibirnya dengan pelan, sepertinya ia bisa merasakan betapa lembutnya ketika, kedua bibir itu bertemu untuk pertama kalinya.

"Kamu lagi apa?"

Suara Armand yang khas, sontak membuat Arvita kaget dan lamunannya segera buyar seketika. Rasanya seperti sedang tertangkap basah, karena melakukan kesalahan. "Pak Armand? Sudah datang?" Tanya Arvita gugup. "Pagi sekali pak? Tumben?"

"Saya... Ee..." Armand tidak mungkin mengatakan kalau dia ingin melihat sekertarisnya, memastikan Arvita sudah datang lebih awal,agar dia bisa memiliki kesempatan untuk berbicara.

"Saya hanya ingin memastikan kamu... " Armand masih saja berpikir.

"Ya, pak?"

"Memastikan kamu sudah benar-benar menyiapkan semua materi meeting kita nanti." Ucap Armand. (Ahh.. Armand kenapa kau bodoh sekali! Tenang.... kau harus tenang!)

"Sudah semua pak, tenang saja." Ucap Arvita dan berjalan mendekat. "Saya pamit keluar sebentar ya pak, menyiapkan kopi dan kue untuk Coffe Break nanti." Arvita sudah berjalan melewati Armand, tapi dengan cepat tangannya sudah diraih oleh boss-nya.

"Tunggu sebentar Arvita." Ucap Armand dan memegangi lengan Arvita. "Mengenai semalam, saya harap kamu tahu... kalau saya..."

"Good morning... rasanya menyenangkan bisa ada disini kembali." Suara seorang wanita yang melengking nyaring, membuat Armand dan Arvita menoleh kearah sumber suara tersebut.

"Hei.. What's wrong with both of you?" Tanya Angelina yang sadar, melihat Armand memegangi tangan Arvita.


CREATORS' THOUGHTS
Sita_eh Sita_eh

Terimakasih untuk yg sdh menyempatkan bc novel ini. Maafkan ya jika ada kekurangan dalam penulisan, apalagi kalau ada typo. ;)

Dukung Auhtor ya, mudah kok

1. Berikan Power Stone

2. Berikan Review setiap kali selesai baca, jadi Auhtor tahu kira2 reader suka gak dengan jalan ceritanya

3. Rate bab yang sudah dibc, yang gambar bintang itu :)

4. Gift, Kalau Reader's ada lebih koin banyak, bagi2 tips ya ke auhtor. Hehehe..

Happy Reading.

Terimakasih untuk semua saran dan kritikan yang membangun.

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C25
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login