Download App

Chapter 1: Prolog

31 Januari 2018 adalah hari bersejarah dimana "Super Blue Blood Moon" akan terjadi yang merupakan gerhana bulan dimana Fullmoon, Supermoon, dan Eclips terjadi secara bersama-sama.

Gerhana bulan adalah peristiwa saat bulan masuk ke bayangan bumi. Sementara Supermoon adalah periode jarak terdekatnya bumi dalam orbit tunggal bertepatan dalam fase purnama. Saat itulah bumi akan mencapai 2.2.099 mil atau 358.994 kilometer dari bumi. Gerhana bulan total menuju fase puncak terjadi sekitar 77 menit menjadi berwarna kemerahan.

Semua orang menunggunya termasuk ke 4 gadis yang kini duduk di atap sebuah gedung paling tertinggi di Jakarta. Mereka sudah siap dengan teropong dan camera tipe DSLR mereka untuk mengabadikan momen langka ini. Tak lupa juga mereka sudah menyiapkan selembar tikar tebal dengan beberapa hidangan camilan yang mereka bawa.

"Gua semalem nonton 2 film Interstellar sama Ghost in the Shell. Gila itu film keren banget!" ungkap Reta dengan mata berbinarnya yang bernama lengkap Reta Defina Alka, ia sudah duduk bersila, memakan cemilan dengan santai. Seperti sikapnya yang selalu santai, penampilannya juga cukup simple. Di udara sedingin ini, ia hanya memakai kaos oblong warna putih dengan celana pendek di atas lutut beserta sendal jepit.

"Jadi lo nggak bales chat gua karena nonton film aneh itu?" Akira memprotes, nama lengkapnya adalah Akira Athaya Nasution. Teman sekelas Reta sekaligus sahabatnya yang sangat suka dengan TVXQ yang merupakan boyband asal Korea, tapi anehnya dia selalu tidak terima jika ada yang menyebut boyband ini dari berasal Korea karena katanya, ia lebih suka TVXQ membawakan lagu jepang. Wajar sih, Akira masih ada keturunan jepang dari pihak mamanya.

"Mending nonton Dilan, lagi booming tuh," saran Adel yang masih sibuk dengan teropongnya. Nama lengkapnya adalah Adela Rengganis Bagaskara, gadis ini sangat tertarik dengan astronomi bahkan malam ini mereka berkumpul disini karena paksaan dari Adel dan dia juga yang menyiapkan semuanya, ketiga temannya hanya datang untuk menemaninya saja.

"Nggak yakin gua bakalan sebagus Dilan di novel. Gua uda sangat baper sama karakter di novelnya." Pendapat Reta yang sepertinya sedikit trauma dengan film yang diangkat dari novel. Beberapa novel luar yang sangat Reta suka, ada beberapa yang dijadikan film tapi sangat jauh dari novelnya sehingga membuatnya sedikit kecewa.

"Eh guys, uda kelihatan," pekik Adel yang mulai heboh sendiri membuat ketiga temannya segera berlari menghampirinya.

Mereka bergantian melihat dengan memakai teropong. Gerhana bulan itu belum terlihat jelas dilangit sampai beberapa menit kemudian mulai nampak jelas.

"Lihat deh, uda keliatan banget tu!" tunjuk Sara ke atas yang seketika membuat ketiga sahabatnya mendongak dan merasa kagum. Sara adalah nama julukan gadis ini, nama yang sebenarnya adalah Salaiska Dakara. Ia salah satu seorang penulis genre romance yang cukup terkenal di wattpad meskipun usianya masih 17 tahun sama seperti ketiga temannya.

"Kalau gerhana Matahari kita harus pakek pelindung mata, biar nggak ngerusak mata. Kalau gerhana bulan kek gini, apa dampaknya?" Akira dengan segala keingin tahuannya.

"Nggak ada sih, cuman air laut aja yang pasang," jawab Adel yang memang lebih tahu banyak tentang hal seperti ini.

"Gimana kalau seandainya sesuatu besar terjadi?" Sara sudah mulai menunjukkan khayalan ajaibnya.

"Seperti lubang cacing yang mulai muncul ditengah-tengah bulan, maksud lo?" celetuk Reta yang sengaja menggoda Sara, membuat gadis itu nampak berfikir.

"Eh emang ada lubang cacing?" tanya Sara dengan menunjukkan wajah polosnya yang seketika membuat tawa Reta pecah.

"Jan dengerin dia. Fikirannya uda sesat! Kebanyakan nonton film aneh deh, jadi otaknya miring," cibir Akira yang terus-terusan membuat Reta tertawa.

"Lubang cacing ibarat jalan pintas. Kalau black hole atau lubang hitam berhubung dengan dimensi waktu yang biasanya digambarin kayak time travel gitu di film sci-fi," terang Adel mencoba menjelaskan pada Sara.

"Nggak ngerti gua," akui Sara dengan polos dan jujur, seperti biasanya seorang Sara.

"Sama juga sih," sahut Akira yang ternyata sama awamnya dengan Sara.

"Nggak perlu dimengerti, rumit soalnya. Kek kepala Einsten yang terus-terusan botak," Adel menyeletuk sambil tertawa. Keempat gadis ini memang terkesan konyol terkadang.

"Wkwk ... iya nggak perlu dimengerti. Cuman Sar, sekali aja lo bikin cerita ke gini. Saat gerhana gini tiba-tiba lubang hitam muncul ditengah-tengah bulan, terus nyedot kita buat masuk ke dalam dan terjadi perjalanan ruang dan waktu, bikin kita berada di era masa depan, beberapa dekade, kan keren tuh!" usul terselubung Reta, agar Sara sekali-kali membuat cerita tema fantasy seperti ini, kemudian Adel menonyor kepala sahabatnya itu.

"Njir, parah lo kalau nganyal. Realitanya itu nggak sesimpel itu, tau nggak? Kalau black hole bakalan disini. Uda abis bumi kehisap dan kita juga bakalan hancur. Kalau ngomong dipikir dulu napa sih?" omel Adel yang seketika buat Sara sama Akira terbahak sementara Reta terlihat manyun.

"Tau ini anak!" Akira menowel pipi Reta

"Ih gua kan cuman ngayal doank. Nggak salah kan?" kata Reta dengan segala pembelaannya.

"Terserah ..." Adel kembali lagi fokus menatap langit malam Jakarta dengan pandangan kagumnya karena gerhana bulan masih terjadi.

"Loh itu apaan?" Sara kembali mengacungkan tangannya pada sesuatu yang aneh di tengah bulan yang mulai terlihat dan menjadi Super Blood Moon.

"Kok kek lubang sih?" Akira mencoba menganalisa.

"Jangan katakan itu lubang hitam?" Kata Reta asal bicara.

SRETT

"Apaan tu yang keluar?" Adel memekik ketakutan.

BLEEDDAARR

Suara benturan dan ledakan menggema, seperti sebuah backsond yang mengerikan ditengah kota dan itu tidak hanya terjadi sekali. Sebuah batu besar muncul dari lubang itu dan menghantam beberapa bangunan menjulang tinggi di dalam kota. Kota Jakarta seketika porak-poranda dengan gulungan asap hitam dari beberapa bangunan yang roboh, jerit kesakitan dari beberapa orang terdengar bahkan bunyi clakson bercampur dengan suara kendaraan lainnya yang terlihat bergerak menjauh.

Ke 4 gadis itu menunduk, menatap pemandangan yang mengerikan ini dengan tercengang.

"Apaan ini coba?" Tanya Akira yang lemas dan ketiga temannya yang juga masih terlihat shock.

"Kek meteor!" pekik Adel yang masih terlihat panik dan gugup.

"Emang lapisan atmosfer kita uda nggak ada ya?" yanya Sara yang mulai berkaca-kaca, terlihat mau menangis melihat tragedi mengerikan ini.

"Pasti ada lah! Del, itu beneran kek portal di film-film deh," Reta tidak berhenti berbicara tentang dugaan ajaibnya.

Sejujurnya mereka ketakutan, tapi mereka berusaha untuk mengabaikan itu semua, menciptakan percakapan yang terkesan konyol disaat genting seperti ini dan mereka dengan keras kepalanya tetap berusaha untuk menunjukkan ketenangannya. Hanya Sara yang terlihat lebih ketakutan dari yang lainnya.

CRAAATTT

DUAAARRR

Bahkan kali ini, beberapa batu dengan ukuran lebih kecil berjatuhan, menambah ke kacauan ditengah kota. Jakarta layaknya seperti sebuah kota dalam perang dunia ke dua, yang telah beberapa kali menerima ledakan atom, mengerikan.

"Astaufirulla, meteornya tambah banyak!" Pekik Sara, kali ini hilang sudah ketenangan gadis ini. Ia terlihat panik dan mulai menarik-narik tangan teman-temannya. "Ayo turun!" rengeknya.

"KITA TURUN SEKARANG!" Adel mengintruksi, ia segera berlari hendak turun dari tangga.

"Loh itu apaan?" Akira memekik untuk alasan lain yang mau tak mau membuat ketiga temannya menoleh pada gadis itu.

"Sial! Itu lubang hitam bukan sih?" Reta adalah pendelusi paling parah disini, tapi ia tidak pernah berpikir jika ia bisa melihat sebuah lubang dari blood moon menganga diatasnya, ini sangat tidak masuk akal dan itu cukup membuatnya pusing dan hampir saja terjungkal sangking kagetnya.

"Itu seperti portal, kenapa bisa kemari? Ayo, cepat lari!" teriak Adel yang segera menarik Sara yang sedang berada disampingnya. Namun, Sara terjatuh dan Adel berusaha menolongnya.

Sebuah cahaya yang nampak seperti petir keluar dari lubang tersebut, menyambar dan menyeret keduanya dengan cepat.

"ADEL!"

"SARA!"

Jerit Akira dan Reta bersamaan. Mata mereka membulat dan mulut mereka menganga melihat semuanya. Saat Adel dan Sara terseret masuk dalam lubang hitam tersebut.

Akira dan Reta terlihat kebingungan, mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat sekarang. Tubuhnya kaku dan matanya berair.

"Ret, apa yang harus kita lakuin?" kata Akira yang mulai berusaha menguasai dirinya, Reta menggeleng. Pikirannya kacau saat ini, ingin rasanya Reta mengumpat. Bagaimana bisa, ini semua terlihat seperti sebuah cerita fantasi? Tolong, sepertinya ia akan menjadi gila.

"Mereka ngincar kita," gumam Reta membuat Akira seketika terperangah, kemudian gadis itu memandang ke atas dan benar saja cahaya seperti petir itu mulai mendekat dan kedua gadis itu saling berpandangan.

"Nggak! Kita harus pergi dari sini sekarang! Ya ampun, ini tu nggak lucu tahu nggak? Gue nggak mau syuting film aksi kek gini." Akira menggerutu, gadis ini memang akan bertingkah seperti ini jika sudah panik.

"Ini kenyataan Kira, kita nggak tertolong lagi dan kita bakalan mati di dalam lubang itu. Sama kayak Adel dan Sara," lirih Reta yang terlihat mulai putus asa. Hilang semua fantasinya saat ini, mereka akan terjebak di dalam portal ini atau lenyap selamanya.

"Ayo lari!" Akira masih menarik Reta tapi gadis itu menggeleng.

"Sudah terlambat ..."

Dan tubuh keduanya pun terangkat, masuk kedalam lubang hitam yang semakin lama semakin mengecil dan lenyap begitu saja. Menyisahkan kota jakarta dengan segala kerusakannya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login