Download App

Chapter 2: Bab 2 - Kisah Hilangnya Mas Bagus

Bola mata Tono hampir meloncat keluar dari kelopaknya ketika melihatku berdiri di depan pintu rumah petaknya yang reyot.

"Minah?" sapanya dengan nada nyaris terdengar panik. "Ngapain kamu kemari?"

"Aku mau cari Mas Bagus, Mas," kataku.

"Aku kan sudah bilang. Bagus itu sudah ngilang entah kemana. Sudahlah, nggak usah kamu cari cari lagi. Mendingan sekarang, kamu pulang aja ke kampung. Hidup yang tenang sama anakmu."

"Enggak, Mas... aku mau cari Mas Bagus sampai ketemu," kataku keras kepala. "Pokoknya, aku nggak akan pulang sebelum mataku melihat Mas Bagus dalam kondisi sehat walafiat! Dan kalo sudah ketemu nanti, akan kupaksa Mas Bagus pulang kampung aja. Biar kerja di kampung aja nggak usah di Jakarta, daripada nanti hilang lagi!"

Tono mengusap dahinya, terlihat mumet.

"Kamu bisa ngomong kaya gitu karena belum merasakan susahnya hidup di Jakarta, Nah. Lagian, apa kamu sudah mikir, gimana caranya kamu bisa nemuin si Bagus? Mau pake cara apa? Terus, gimana kalo nggak ketemu-ketemu? Mau kamu hidupi pake apa diri kamu dan anakmu itu? Mahal hidup disini itu, Nah. Biaya makan aja dua kali lipat daripada di kampung."

"Aku akan cari cara, Mas. Entah gimana aku juga nggak tau, tapi Simbokku selalu bilang, Mas, katanya dimana ada kemauan disitu ada jalan. Jadi asal niatku bulat, aku yakin Allah pasti akan bukakan jalan untukku, Mas."

Entah karena kehabisan kata-kata atau karena Fitri menangis, Tono akhirnya mengijinkanku memasuki rumah reyotnya.

*********************************************************************************************

Rumah petak Tono sempit sekali dan sangat berantakan. Semua barang bertumpuk jadi satu. Baik baju kotor maupun baju bersih sudah tidak bisa dibedakan lagi. Dulu Tono tinggal disini bersama Mas Bagus. Tapi sejak Mas Bagus hilang, dia tinggal sendiri.

"Aku nggak punya susu. Jadi anakmu, dikasih teh manis aja gapapa kan, Nah?" tanya Tono, sambil meraih botol susu Fitri yang sudah kosong dan mengisinya dengan teh manis. Lalu dia mengangsurkan sebuah gelas beling berisi teh manis untukku.

"Nggak papa mas. Di rumah juga dia biasa minum teh manis kok," kataku sambil menatap Fitri yang sedang menyesap teh manisnya dengan gembira, lega karena dia nggak nangis lagi.

Kuserutup teh hangat bagianku. Rasanya nikmat. Baru kusadar, kerongkonganku ternyata haus, karena aku nggak makan atau minum apapun sejak berangkat dari kampung tadi pagi.

"Sebenarnya, gimana kejadiannya sih Mas?" Aku memancing Tono untuk bicara lagi. "Apa yang sebenarnya terjadi, hingga Mas Bagus bisa menghilang begitu saja?"

"Aku kan sudah ceritain semuanya ke kamu, Nah."

"Ulangi lagi, Mas. Aku mau dengar semuanya dari awal."

Sambil menarik nafas, Tono mengulangi ceritanya.

"Jadi jumat malam itu aku masih sempat ngopi bareng di warteg sama dia sambil main gaple. Itu terakhir kalinya aku ngeliat dia."

"Terus kalian pulang bareng? Apa sendiri-sendiri?"

Wajah Tono terlihat agak bingung.

"Pulang bareng."

"Berarti itu bukan terakhir kalinya kamu melihat dia, Mas. Terakhir kali kamu melihat ya harusnya pas kamu pisah dari Mas Bagus. Pisahnya dimana?"

"Eee.. di jalan pulang, sih," kata Tono, terlihat makin bingung.

"Tepatnya dimana?" Desakku.

"Di... ngg... ya pisah di pengkolan deket warteg."

"Kamu kemana? Dia kemana?"

"Aduh, Nahh.. kejadiannya kan udah lama. Aku nggak inget..."

"Mas, itu malam terakhir kamu melihat sahabat kamu dalam kondisi baik-baik saja loh. Mana mungkin kamu lupain itu? Itu bisa jadi petunjuk penting untuk menemukan Mas Bagus, Mas!!!"

"Kamu ini kayak detektif aja, Nah. Bikin pusing. Kalo tanya, jangan yang njlimet-njlimet lah."

"Ya sudah begini aja. Ajak aku ke warteg, Mas. Aku mau liat wartegnya. Terus aku juga mau liat pengkolannya."

Tono menarik nafas berat seakan aku memintanya mengantarku ke pintu neraka.

"Aku mohon, Mas."

"Ya udah, ayok."

Akhirnya Tono berdiri.

Kugendong Fitri yang sudah tertidur. Sekejap Tono menatapku, matanya seperti kasihan.

"Kamu pasti capek. Sini, si Fitri biar aku aja yang gendong."

Tono mengambil Fitri dari gendonganku dan membopongnya. Lalu melangkah keluar menduluiku.

"Ayo, setelah itu, aku carikan kontrakan buat kalian menginap selama di Jakarta."

Aku mengangguk. Lalu mengikuti langkahnya.


CREATORS' THOUGHTS
mileaaliasminah mileaaliasminah

kalo kalian suka cerita ini, please vote ya makasih!

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login