Download App

Chapter 3: Mulai Aneh

Stella merasa ini mulai aneh.

Awalnya dia bersikap biasa saja dan terkesan cuek dengan pembicaraan tentang dirinya dan Alex. Karena nyatanya dia juga tidak memiliki hubungan apapun dengan Alex. Kecuali hanya sebatas karyawan dan atasan.

Stella tahu tentang istri Alex dari beberapa karyawan yang sudah bekerja lama di perusahaan ini.

Alex sudah menikah selama 2 tahun dengan istrinya yang bernama Sarah Robert. Mereka juga mengatakan bahwa atasannya terlihat mesra dan harmonis dengan istrinya, walaupun sampai sekarang mereka belum dikaruniai anak, tapi mereka tidak memusingkan hal itu. Itu masalah pribadi mereka.

Sarah adalah anak seorang pengusaha yang cukup terkenal. Parasnya yang cantik dan tubuhnya yang ramping mampu memikat hati para pria, dan Alex salah satunya. Ia juga terlihat ramah dan baik, menurut Stella senyumnya juga manis. Mereka adalah pasangan yang sempurna, itu pandangan setiap orang. Stella juga berpikir begitu.

Alangkah sempurnanya kehidupan seorang Alex Steward, dia kaya, tampan, istri yang cantik dan setia padanya.

Bukankah hidupnya sangat bahagia?

Semua pria pasti iri padanya.Tapi perlakuan Alex mulai aneh padanya. Bukan perlakuan kasar atau pelecehan, tapi perlakuan ini membuat Stella merasa tidak nyaman.

Mungkin awalnya tidak, tapi ini sudah berjalan 3 bulan dan perlakuannya masih sama.

Alex akan mengajaknya pulang dan jika Stella menolak, Alex akan tetap memaksanya. Alex akan meminta Stella untuk menemaninya makan siang, entah itu dikantor maupun di luar kantor. Terkadang dia juga akan memberikan senyuman mempesona padanya saat sedang berada di kantor sehingga menimbulkan gosip yang beredar dikalangan karyawan kantor.

Hey, atasan kita sangat dingin. Mereka hanya tahu bahwa Alex selalu membentak dan tidak pernah tersenyum, jadi itu hal yang tidak wajar oke?

Stella juga akan menemukan bunga di meja kantornya yang entah dari siapa. Dia akan mendapatkan bunga setiap seminggu sekali. Alex juga akan memberikannya buah strawberry setiap Stella sedih dan juga selalu menghubungi atau mengirimi pesan kepadanya setiap malam.

Dan yang lebih membuatnya tidak nyaman adalah ketika Alex marah padanya tanpa alasan yang jelas.

Stella ingat saat itu dimana Stella sedang makan dan bercanda ria dengan rekan kerja laki - laki, mereka adalah Rich, Ben, Jackson, dan Mark. Tiba - tiba Alex datang dengan wajah dingin serta udara yang menyeramkan, lalu dia menggebrak meja kantin tempat kami duduk dengan kencang.

Brak!!

Seketika, suara itu menimbulkan perhatian dari orang - orang sekitar. Lalu Alex memarahi kami di depan semua karywan yang juga berada di kantin. Apalagi waktu itu merupakan jam istirahat, tentunya banyak juga yang sedang istirahat di sana.

"Saya menggaji kalian bukan untuk melakukan hal yang tidak berguna. Khususnya kau Ms. Stella Swan." Dia berbicara pelan tapi tajam dengan raut wajah dinginnya, dan saat dia berbicara di kalimat terakhir, Alex menatapnya tajam dengan mata penuh amarah.

Stella menunduk, karena dia takut dan terkejut. Itu merupakan pertama kalinya Stella dimarahi oleh atasannya semenjak dia bekerja. Namun, disisi lain dia juga merasa kesal, karena atasannya ini marah pada hal yang tidak jelas. Stella sadar itu. Kemarahan yang tidak jelas itu ternyata tidak berhenti sampai di situ saja, tapi berlanjut sampai hari - hari berikutnya.

Salah satunya adalah kejadian yang sama tapi dalam waktu yang berbeda. Ketika Stella akan pergi makan bersama dengan teman - teman kantornya, tiba - tiba salah satu rekan kerja Stella memanggilnya untuk segera pergi ke ruangan Alex.

Sesampainya Stella di sana, dia dimarahi habis - habisan oleh Alex. Stella hanya bisa menunduk dan merenung, kesalahan apa lagi yang dia perbuat. Lalu dia teringat rutinitasnya bersama Alex, yaitu untuk makan siang bersama dengannya.

Untung peristiwa marah - marahnya Alex hanya sebentar, kalau tidak jantung Stella tidak bisa menahannya lagi. Tapi yang membuatnya lebih membuatnya bernapas lega adalah dia tidak dipecat, kalau hal itu terjadi, tamatlah riwayatnya.

#flasbackon

Stella terkekeh ketika mendengarkan cerita dari temannya, Karin tentang pacarnya, yaitu Jackson. Dia bercerita bahwa Jackson itu sangat menyebalkan, karena Jackson itu sangat susah untuk diajak kencan.

Mereka berdua sudah menjalin hubungan sejak lama, sebelum Stella berkerja di sini. Di samping itu, ternyata Michelle dan Rich juga menjalin hubungan. Malah mereka lebih lama dari Karin dan Jackson.

Diantara rekan kerjanya, hanya Stella yang belum mempunyai pasangan. Tapi Stella masa bodoh tentang hal itu. Seperti di awal cerita, dia masih fokus untuk mencukupi hidupnya.

Stella dan teman - temannya mengobrol sampai mereka sudah kembali ke tempatnya masing - masing. Lalu, tak berselang lama Stella mejatuhkan pantatnya di kursi terdengar sebuah suara yang sedikit cempreng lewat dan menembus telinganya.

"Stella, kau dipanggil Bos untuk ke ruangannya," kata Nana dengan muka datar dia menyampaikan pesan kepadanya. Dia adalah salah satu karywan di kantor dan juga salah satu orang yang tidak menyukai atau lebih ke iri dan cemburu terhadap Stella.

Stella yang mendengarnya menaikkan alis sebelahnya bingung dan berkata, "Oke, aku akan ke sana." 

Lalu Stella segera bergegas menuju ruangan Alex. Saat di perjalanan benak Stella bertanya - tanya mengapa Bosnya itu memanggilnya. Sampai di ruangan Alex, Stella mengetuk pintu pelan dan masuk setelah dipersilahkan.

Di dalam kantor Alex, Stella merasa udaranya berat dan menyesakkan hingga membuatnya agak berkeringat saat dia berdiri di depan Alex beberapa langkah jauhnya. Stella sedikit menunduk, tidak berani mendongakkan kepalanya ke arah Alex dan bertemu mata tajamnya. 

Tak berselang lama, orang di depan Stella yang diam beberapa menit pun bersuara. "Kemarilah," pinta Alex dengan nada sarat akan emosi dan raut wajahnya yang dingin.

Stella berjalan dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Alex. "Apa kau tahu kesalahanmu?"

Stella mengernyitkan dahinya, bingung. Dia tidak segera membalas, karena sedang berpikir apa kesalahan yang dia buat.

'Kesalahan apa? Seingatnya ia melakukan tugas - tugasnya dengan baik.'

"Apa kau lupa sesuatu Ms. Swan?" Kembali suara dingin itu bertanya, membuat Stella bergidik takut karna suaranya begitu rendah seolah menahan amarah. Memang menahan amarah.

"Jawab Stella!" Wajah Alex datar, rahangnya mengeras dan suaranya terkesan menyeramkan.

"A - aku, - " Bola mata Stella bergerak gelisah, dia lupa! Ia lupa rutinitasnya untuk makan siang bersama Alex.

"JAWAB STELLA SWAN! APA KAU TAK PUNYA MULUT?!" Bentaknya keras.

Stella takut. Sungguh dia melupakan hal ini, ia juga bingung, kenapa Alex begitu marah hanya karna masalah sepele. Kalau bukan atasannya, Stella sungguh ingin membantah dan balas meneriaki. Tapi dia menahan, jika dia masih ingin bekerja di sini.

"M - maaf Pak, sa - saya l - lupa." Stella mengutuk suaranya yang tiba - tiba terbata. Berbanding terbalik dengan hatinya yang mengumpat.

"APA?! KAU LUPA?! KAU MELUPAKANNYA!!" Alex berteriak seperti orang gila.

Stella berharap agar orang tidak mendegar teriakannya, untungnya ruangan Alex ini kedap suara.

"M - maaf" lirih Stella.

"KAU MAU KU PECAT HAH?!!" Bentaknya keras.

"T - tidak, k - kumohon jangan p - pak." Stella sungguh ketakutan, dia berkeringat dingin.

Dia menyesal melupakan rutinitasnya bersama Alex, dan akibatnya ia dimarahi oleh Alex.

#flashbackoff

Masalah itu selesai ketika Alex menyuruhnya keluar dan bersikap dingin selama seminggu.

Hanya karna masalah kecil, bukan?

Alex juga marah padanya ketika dia bercerita tentang Ben yang menyatakan perasaan pada dirinya. Ternyata Ben sudah lama memendam rasa pada Stella, dan pada akhirnya Stella pun menolaknya.

Saat makan siang bersama Alex, tidak ada topik pembicaraan yang bagus, sehingga Stella berbicara tentang kejadian Ben menyatakan cinta pada dirinya.

Dan ternyata ia menyesal telah memilih topik itu. Alex membanting piringnya hingga makanan yang tersisa tumpah. Stella yang tak mengerti dengan keadaan hanya bisa menundukan kepala takut.

#flasbackon

"Jangan." Alex berbicara dengan suara baritonenya. Rendah dan agak ... menyeramkan.

Stella paham, ketika Alex bersuara rendah berarti ia sedang menahan emosinya. Tapi Stella yang polos atau bodoh tidak mengerti maksud 'jangan' yang Alex katakan.

"Jangan apa?"

"Jangan dekat - dekat dengan Ben, dan jauhi dia!"

"Kenapa? Aku tidak ada urusan dengannya," jawab si bodoh Stella.

Apakah dia masih belum manyadari situasinya?

Alex berkata dengan menggertakkan giginya menahan amarah yang ekstrem dengan jeda di setiap kata, "Aku. Bilang. Jangan"

"Tapi kenapa?" Stella keukeuh bertanya alasan mengapa Alex melarang Stella mendekati Ben.

"JIKA AKU BILANG JANGAN YA JANGAN!"

Brak!!

Ya, Itu kembali terjadi, Alex mengamuk lagi. Entah apa alasannya, Stella sama sekali tidak mengerti. Yang terlintas di pikirannya adalah

'Apakah Alex mempunyai masalah dengan Ben?'

'Apakah dia suka Ben?'

'Alex kan bukan gay, tunggu tunggu .... Apakah Alex gay?'

Beragam spekulasi bodoh sudah terpatri di otak kecil Stella.

"JAUHI BEN!!" ucapnya final.

#flashbackoff

Masalah itu selesai dengan kalimat marah di atas.

Ben dipindah tugaskan ke luar kota dan Stella tentu heran karena Ben pindah secara tiba - tiba.

Bukankah ini semua mulai aneh ?

Bukankah ini semua mulai tak wajar ?

Tidak ada hubungan atasan dan bawahan yang seperti ini bukan?

Dan Stella menemukan suatu kesimpulan ...


CREATORS' THOUGHTS
NurAzilawati_ NurAzilawati_

Patengin terus ya, guys. Jangan lupa vote dan comentnya~

#stayathome #dirumahaja

Jangan lupa follow akun wattpadku : @NurAzilawati

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login