Download App

Chapter 4: Pilihanmu

Lakukan atau tidak.

Sepanjang hari dinda memikirkan keputusan yang telah diambilnya tadi pagi. Keputusan yang belum bulat sebenarnya. Dinda takut, satu kata itulah yang masih membayangi keputusan dinda. Ketakutan akan masa depan yang tidak pasti, apakah dengan bersama semua akan menjadi indah dan jika berpisah akankah dinda sanggup menjalani hari tanpa ada rey didalamnya.

Rey sudah menjadi potongan yang sangat berarti dalam hidup dinda. Rey muncul dalam hidup dinda seperti sinar lilin yang diletakkan ditengah kegelapan. Sinarnya tidak seindah rembulan juga tidak secerah matahari. Sinar yang dipancarkan rey mampu menjadi pelita bagi dinda yang hidupnya sedang sangat hancur dalam kegelapan pekat. Kehancuran yang banyak orang tidak akan sanggup menghadapinya. Dan dinda beruntung memiliki rey pada saat terburuk dalam hidupnya hingga dinda mampu bertahan seperti sekarang.

" aku tidak akan menyakiti kamu, juga tidak akan bersamamu. Aku hanya ingin mengawasimu"

Perkataan yang tidak hangat itu mampu membuat dinda menerima rey memasuki hidupnya, pada saat dinda menghilang dari setiap garis hidup manusia yang dinda kenal, mereka meninggalkan dinda terpuruk sendiri. Dinda tidak ingin satu orang pun menghinggapi garis hidupnya, dinda hanya ingin hancur dan rey datang bukan untuk menjadi bagian dari hidup dinda awalnya. Rey datang dengan menawarkan mata untuk mengawasi dinda dari menghancurkan dirinya sendiri. Kehancuran yang tidak sepenuhnya hilang karena dinda masih ingin hancur dan rey selalu ada mengawasi dinda berusaha menarik dinda dari jerat kehancuran. Rey bekerja sebagai konsultan mental yang khusus menangani kasus depresi yang memiliki kecenderungan untuk bunuh diri. Pendekatan yang dilakukan rey sangat halus dan pelan, rey bertindak sebagai penolong. Penolong untuk dinda yang mencoba membunuh dirinya berulang kali.

Kesedihan dan kehampaan yang terasa dihati dinda karena mengingat masa lalu menyadarkannya dari lamunannya,

" tidak. Jangan memikirkan masa itu lagi dinda, jangan" perintah dinda pada dirinya sendiri.

" ibu, kita sudah sampai ditujuan" sela sopir taksi online yang dinaiki dinda.

" ah" dinda melihat sekelilingnya dan benar mereka sudah sampai di depan apartemen dinda.

" maaf pak, saya melamun"

" iya, mbaknya saya panggil dari tadi tidak menyahut"

" aduh, maafkan saya pak"

" iya bu, tidak apa-apa. Jangan lupa bintangnya ya bu"

" iya pak, terimakasih" balas dinda lalu keluar dari taksi online.

Perlahan dinda menekuni langkahnya memasuki gedung apartemennya. Pada saat dinda melewati pos panjaga apartemen. Pak kikin langsung memanggil nama dinda dengan riang,

" mbak dinda" panggilnya. Sontak dinda berbalik untuk melihat siapa yang memangilnya.

" iya pak" jawab dinda dengan senyuman. Pak kikin balas tersenyum melihat dinda dan matanya langsung menyusuri lekuk tubuh dinda dengan rakus seperti yang selalu dilakukannya. Dinda sama sekali tidak merasa risih dengan tatapan itu karena dinda sama sekali tidak perduli dengan nafsu yang selalu muncul dimata itu setiap kali menyusuri tubuhnya.

" ada apa pak?" tanya dinda yang menghentikan kerakusan mata pak kikin.

" hehehe, ada surat untuk mbak"

" oh, mana suratnya pak?" tanya dinda sambil melangkah mendekat ke pos penjaga apartemen.

" sebentar mbak dinda saya ambilkan dulu, tadi saya tergesa memanggil mbak jadi suratnya tidak saya bawa" jawab pak kikin dengan senyuman mesum yang tidak ditutupi sama sekali.

" ayo mbak ke dalam biar saya ambilkan suratnya"

" saya nunggu disini saja pak" jawab dinda menolak ajakan pak kikin yang dapat dinda artikan sebagai ajakan untuk melakukan hal lain yang sama sekali dinda tidak inginkan. Raut wajah pak kikin terlihat kesal.

" ayolah mbak dinda, saya tahu kok mbak dinda senang dengan saya" seketika dinda merasa muak dengan sikap pak kikin yang tidak tahu malu.

" saya tidak selera dengan suami orang lain" jawab dinda datar. Pak kikin semakin kesal mendengar jawaban dinda.

" mbak jangan munafik. Saya tahu mbak senang dengan saya, makanya mbak senyum-senyumin saya kan"

Mendengar perkataan pak kikin membuat dinda merasa sangat muak hingga dinda memilih melangkah pergi meninggalkan pak kikin,

Persetan dengan surat itu, batin dinda.

dinda memutuskan untuk mengambil surat itu nanti saat jadwal kerja pak kikin selesai dan digantikan oleh pak dimas yang lebih cuek tapi tidak berperilaku tidak sopan. Pak kikin yang ditinggal dinda memanggil-manggil nama dinda dengan keras namun dinda tetap melangkah memasuki lift dengan kartu kepemilikan apartemennya.

Didalam lift dinda menyandarkan tubuhnya dengan letih. Bukan rahasia jika dinda adalah perempuan yang memiliki pergaulan sangat bebas. Banyak rumor tentang dirinya yang mengatakan kalau dinda akan tidur dengan siapa saja yang memiliki penis diselangkangannya. Dinda sama sekali tidak perduli dengan rumor itu dan tidak pernah berusaha untuk menjernihkan nama baiknya.

Sesungguhnya dinda bukanlah perempuan dengan sifat lacur seperti yang dirumorkan. Dinda hanya mau ditiduri oleh pria yang dikencaninya untuk waktu yang lama dan dinda yakin bersih dari penyakit. Semua orang yang dikenali dinda hidup dengan cara yang sama dengan dinda dan memilih menjadi munafik dengan mengolok-olok dinda dibelakangnya. Hanya rey yang tidak mengolok-oloknya, hanya rey.

Oh, rey. Apa yang harus aku lakukan padamu.

Apa aku akan sanggup melepas kamu dari hidupku?

Tampa dinda inginkan matanya terasa menyengat dan air mata mulai berkumpul disudut matanya. Dinda memilih tidak perduli pada rumor itu karena mereka sama sekali tidak memiliki andil dalam hidupnya dan dinda memiliki rey yang selalu menyangga dinda agar tidak terjatuh. Rey selalu tersenyum dengan hangat padanya seperti seberkas sinar yang menyinari hidupnya.

Tapi sampai kapan dinda menahan rey dihidupnya tampa memberi kepastian dengan hubungan mereka. Sampai kapan dinda bergantung seperti balita yang selalu dituntun oleh rey. Terlebih lagi sampai kapan dinda menyakiti rey dengan tidak memberi kepastian tentang hubungan mereka?.

Yah, sampai kapan? Sampai kapan aku menyakiti rey?. aku harus berhenti, aku tidak pantas untuk rey.

Dengan pahit dinda mengambil keputusan yang dinda tahu akan menyakiti dirinya dan juga rey. Kehilangan pelita dalam hidupnya pasti membuat dinda hancur tapi itu adalah pilihan terbaik yang bisa dinda ambil untuk mereka berdua. Dinda pasti akan sangat menyakiti rey dengan keputusannya ini.

Setelah membersihkan dirinya dinda mengambil handphonenya untuk menghubungi rey, tidak butuh waktu lama rey menjawab panggilan dinda

" hei din"

"hei, masih di kantormu?"

"hmm, aku akan ke apartemenmu nanti jam tujuh malam"

" okey, makanannya kamu yang beli atau aku aja?"

"ngak mau nyoba masak din?"

" hei, kamu tahu masakanku sangat buruk. Jangan mengejek"

" haha. Bercanda. Kamu aja yang mesan, aku ada janji sama pasien jam 6 nanti setelah selesai baru aku kesana"

" oke, seperti biasa?"

" yap, selalu"

" oke rey"

" oke"

Koneksi panggilan terputus setelahnya dan dinda langsung menghubungi restoran favorit dirinya dan rey. Satu ember ayam goreng dari restoran cepat saji, dengan kentang goreng dan soda. Tidak sehat? Ya dinda tahu dan mereka hanya akan memakan sajian ini maksimal satu kali sebulan. Sekali satu bulan adalah jumlah terbanyak yang rey ijinkan untuk dinda komsumsi.

Setelah memesan dinda beralih menuju kulkas untuk mengeluarkan buah apel yang dinda dan rey sukai. Menyalakan TV dinda membawa apel itu untuk dikupas sambil menonton tv. Rey sangat suka dengan buah apel hingga rey selalu menyetok kulkas dinda dengan apel yang sangat banyak. Bukan hanya apel bahkan semua isi kulkas dinda disediakan oleh rey. Semuanya, dinda sama sekali tidak ikut andil kecuali saat mereka belanja bersama.

Tersenyum pahit, dinda mencoba meredam rasa nyeri dalam dadanya menyadari fakta bahwa hampir dalam segala sisi hidupnya bergantung pada rey dan hatinya tampa bisa dicegah menjadi ragu untuk memilih keputusan yang dinda ambil tadi. Dinda sangat takut hingga akhirnya dinda tersedu sendirian menangisi keputusannya dan ketidaksiapan hatinya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login