Download App

Chapter 2: The Weird Dream

     Sembari pulang, Axelle terus terngiang akan perjumpaan pertamanya dengan wanita bernama Catherin Braven itu. Ia sungguh heran. Bukan main wanita itu.

     "Mana mungkin, dengan sehelai rambutnya, aku bisa kenyang semalaman bahkan hingga satu minggu?" gumam Axe dalam hati.

     Namun, dengan cepat pikirannya teralihkan oleh bunyi perutnya yang sudah keroncongan. Ia sudah tak dapat menahan rasa lapar yang telah menyiksanya sejak pagi tadi. Dari kejauhan, dapat terlihat dengan jelas oleh Axe gubuk kediamannya yang terbuat dari kayu dan bambu. Atapnya hanya berupa jerami - jerami yang ditumpuk begitu saja. Kalau datang hujan, Axe biasanya harus rela repot - repot mencari ember atau loyang yang digunakannya untuk menadah air hujan yang tak pernah mau berkompromi dengan bumi.

     Ia berjalan beberapa langkah Dan sampaikan ia di rumahnya. Dengan cekatan Axe meraih gagang pintunya Dan membuka pintu itu. Ia lalu masuk ke dalam. Didapatinya ruangan depan yang sangat berantakan. Daun - daun berserakan di atas lantai yang hanya berupa tanah, karena sebelum pergi berburu tadi pagi, Axe hanya mengunci pintu, sedangkan dia lupa untuk menutup jendela - jendela. Akibatnya, banyak daun gugur dari pohon yang kemudian berterbangan masuk ke dalam rumahnya karena ditiup angin.

     Dengan sabar Axe mencari sapu dan dengan gesit membersihkan daun - daun itu. Dalam beberapa menit saja, rumahnya kini telah bersih. Dia sedikit merasa lega, karena sedikit masalah telah terselesaikan. Masalah berikutnya adalah tentang bagaimana dia dapat makan malam ini. Dengan segera, teringatlah Axe akan apa yang dipesankan oleh wanita yang dijumpainya tadi kepadanya.

     "Di mana aku meletakan rambut itu, ya?" gumam Axe. "Oh, iya. Aku ingat. Ada di dalam saku celana ku."

     Dengan cepat Axe memasukkan tangannya ke dalam saku celananya dan mengambil sehelai rambut yang tadi diberikan oleh Catherin. Dikeluarkannya sehelai rambut itu dari dalam saku celananya dan meletakkannya di atas meja makan, sesuai dengan perintah wanita si pemilik rambut.

     Dia lalu beranjak meninggalkan meja makan itu dengan rambut yang telah ditaruhnya di atas meja makan. Dia masuk ke dalam kamar tidurnya, dan dengan perlahan namun pasti dia melafalkan nama wanita tadi, "Catherin, Catherin, Catherin!"

     Dengan tak sabar, dia berlari menuju meja makannya. Namun, betapa terkejutnya Axelle. Di atas meja tidak terdapat apa pun sama sekali. Di sangat kesal dan geram akan apa yang baru saja dilihatnya. Namun, dia berusaha untuk tenang dan memikirkan apa kesalahan yang telah dibuatnya sehingga tidak membuahkan hasil apa - apa. Tiba - tiba dia teringat bahwa tadi ketika mengucapkan nama wanita itu yang disebutnya hanyalah nama depan wanita itu : Catherin. Dia lupa mengucapkan nama belakangnya. Akhirnya, di kembali lagi di kamarnya dan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya barusan. Tapi kali ini, dilakukannya dengan lebih baik lagi.

     "Tak boleh ada kesalahan lagi kali ini!" katanya tegas pada dirinya sendiri.

     Dia lalu mulai mengucapkan nama wanita itu, "Catherin Braven, Catherin Braven, Catherin Braven."

     Kali ini dia sudah tidak berlari lagi seperti yang dilakukannya tadi. Dia berusaha untuk tidak tergesa - gesa. Dengan perlahan dia berjalan keluar dari kamarnya menuju ke tempat meja makan berada.

     Betapa terkejutnya Axe ketika sampai di depan meja makan. Di atas meja makan itu tertata rapi berbagai jenis makanan yang lezat. Mulai dari nasi, ikan, ayam, berbagai macam sayuran, buah - buahan, bahkan ada pula susu putih yang segar. Betapa herannya Ade akan apa yang sekarang dilihatnya. Mulutnya terbuka lebar, dan dia hanya berdiri seperti patung. Diam. Bagaikan mayat hidup.

     "Bagaimana ini semua ini bisa terjadi. Apakah ini sejenis sihir atau ini merupakan ulah jin?" tanya Axe pada dirinya sendiri dengan ekspresi wajah keheranan.

     Namun, tanpa mementingkan asal usul makanan itu, dengan cepat dia meraih bangku dan duduk dengan posisi yang nyaman. Diambilnya sebuah piring dan sendok. Segera, dia menimba segala jenis makanan yang terhidang di atas meja makan itu. Sekarang, piringnya telah penuh dengan berbagai jenis makanan. Tak lupa dia menuangkan susu  yang ada di dalam cerek ke dalam gelas minumnya. Kini, semua hidangan makan malam telah lengkap. Tak ada lagi masalah yang membuat dahinya berkerut.

     Dengan lahap, Axe menyantap makanan yang ada di depannya itu. Tak menunggu waktu lama untuk dapat menghabiskan sepiring makanan lezat itu, begitu pula dengan segelas susu sebagai pelengkapnya. Perut Axe teras sangat kenyang sekarang. Namun, dia berusaha untuk tidak melewatkan buah - buahan segar yang menarik selera makannya ini. Dengan cekatan, dia meraih buah apel, mangga, dan pisang yang terletak di atas meja makan itu. Dikupasnya seluruh buah yang telah diambilnya dan dengan mulut terbuka, dimasukkannya buah - buah tersebut satu per satu me dalam mulutnya. Walaupun perutnya berkata bahwa kapasitas penyimpanan untuk menampung makanan telah penuh, namun Axe tidak bisa membiarkan buah - buahan yang begitu segar ini berubah menjadi busuk esok paginya. Akhirnya, dilaksanakan perutnya untuk memuat berbagai macam buah - buahan yang begitu segar ini.

     "Aku sudah tak bisa bergerak lagi. Aku merasa sangat kenyang , dan ingin muntah," kata Axe dengan matanya yang sudah terlihat sayup, terlihat mengantuk.

     Namun, meskipun perutnya sudah sangat kenyang sehingga membuatnya tak bisa berjalan ke mana - mana lagi, dia masih saja berusaha untuk bisa kembali ke kamarnya. Dengan perlahan, dia berusaha sedikit demi sedikit untuk bisa berdiri. Kini dia sudah bisa berdiri. Selanjutnya, dia harus bisa memikirkan cara agar dia bisa sampai di kamarnya. Tentu saja dengan berjalan. Maka dengan pelan, dia berjalan kecil menuju kamarnya.

     Seiring berjalannya waktu, kini Axe telah sampai di kamarnya. Dia terlihat sangat senang karena kini dia boleh melepaskan keletihan serta kekenyangannya  dengan tidur. Dia mendekati tempat tidurnya, membaringkan tubuhnya dengan perlahan, menarik selimut, dan terbuai dalam buaian bunga tidur (mimpi).

     Dalam mimpinya, Axe bermimpi bertemu dengan Catherin. Tapi kali ini bukan di tempat di mana mereka bertemu siang menjelang sore hari itu. Tempatnya adalah sebuah kuburan. Kuburan itu terletak di sebuah tanah landai yang di sampingnya terdapat sebuah jurang yang sangat dalam. Di seberang jurang ada sebuah pulau lagi. Seingat Axe, dia sama sekali belum pernah pergi ke tempat itu. Tempat itu terlihat aneh bagi Axe. Namun, Catherin bukan lagi merupakan sebuah keanehan baginya.

     Dia bermimpi bahwa di kuburan itu, dia bertemu dengan Catherin. Namun, sosok Catherin yang dikenalnya waktu pertama kali dia bertemu dengannya bukanlah sosok yang dilihatnya sekarang ini. Catherin Braven kini hadir dengan sosok yang berbeda. Dia memang terlihat seperti biasanya. Cantik, bermata biru, berbadan ramping dan dengan rambut yang tergerai menambah pesonanya. Namun yang membuatnya berbeda adalah karena di belakang tubuhnya terdapat sepasang sayap yang begitu indah. Sayap itu berwarna keemasan dan mengeluarkan manik - manik yang indah. Kemilaunya membuat mata Ade tak bisa terbuka.

     Catherin mengetahui hal itu. Dia tahu bahwa kemilau cahaya emas dari manik - manik yang keluar dari sayapnya itu sangat menyilaukan mata Axe. Akhirnya dia merapatkan dan menyembunyikan sayapnya sehingga sekarang wanita terbeut sudah terlihat seperti pertama kali bertemu dengan Axe.

     Axelle lalu membuka percakapan dengan berkata, "Sungguh tak bisa kupercaya apa yang kulihat sekarang. Bagaimana mungkin kamu bisa memiliki sebuah sayap? Apakah kamu peri atau semacamnya?"

     "Ya, tepat sekali. Aku adalah kaum peri dan sayap ini adalah kekhasan kami kaum peri," jawab Catherin memberi penjelasan.

     "Hari di mana aku bertemu denganmu waktu itu adalah diriku dengan rupa seorang wanita biasa layaknya manusia pada umumnya. Kami kaum peri diberikan kekuatan khusus untuk dapat menjelma menjadi manusia, dan kapan pun kami mau kembali menjadi peri, maka dengan mudah kami dapat berubah rupa menjadi wujud kami yang sebenarnya," terang Catherin lagi kepada Axe.

     "Oleh, jadi begitu ceritanya," kata Axe, merasa puas kebingungannya telah dijelaskan oleh Catherin.

     "Lalu, gerangan apa yang membuatmu berada di sini?" tanya Axe dengan mata menatap Catherin menuntut jawaban pasti.

     "Aku baru saja selesai mengunjungi makam nenek ku. Saking dekatnya beliau denganku, membuatku bisa datang ke sini hampir setiap hari. Nenek sangat menyanggiku, begitu pun sebaliknya. Hingga pada suatu malam yang disertai hujan dan sambaran petir, beliau menghembuskan nafas terakhirnya di dalam kamar tidurnya yang dingin. Dinginnya malam itu membekukan hati kami kaum kerabat. Tak lama setelah itu, tersiarlah berita tentang meninggalnya Nenek ku ke seantero dunia kaum peri. Semua peri turut berduka cita. Semua warga peri berkabung dan menangis tak henti - hentinya karena harus melepas sosok yang sangat disayangi oleh mereka. Setelah itu, beliau akhirnya dimakamkan di sini."

     "Aku turut berduka atas meninggalnya nenekmu, Cath. Tapi bolehkah aku menanyakan sesuatu kepadamu?" tanya Axe.

    "Boleh saja," kata Catherin mempersilahkan.

     "Apakah sebelum neneknya meninggal, dia meninggalkan sesuatu kepadamu. Semacam benda sebagai kenang - kenangan biar kamu tak lupa tentangnya. Apakah kamu memilikinya?

     "Ya. Sebelum nenek meninggal, beliau memberikan kepadaku sebuah liontin yang sangat cantik. Liontin tersebut semuanya terbuat dari berlian. Kata nenek berlian tersebut dapat membentuk dalam setiap kesulitan yang juga tapi nanti. Cukup dengan menggosok tiga kali mata liontinnya, maka dengan segera akan datang solusi terhadap masalah yang sedang kuhadapi," jelas Catherin panjang lebar.

     "Dan apakah kamu sedang memakainya sekarang?" tanya Axe untuk kedua kalinya.

     Tapi tiba - tiba, Axelle terbangun dari mimpinya itu. Dia sangat terkejut karena sedang berada di atas ranjangnya. Dia mengira bahwa dia sedang berada di kuburan bersama Catherin. Namun, kenyataan berkata lain. Dia sekarang sedang duduk di atas tempat tidurnya dengan wajah yang terpapar sinar matahari. Dia lalu mulai mengingat - ingat kembali mimpinya itu. Mimpi itu membuatnya penasaran dan ingin sekali untuk dibuktikan. Salah satu cara membuktikannya adalah dengan pergi dan menanyakannya sendiri dengan Catherin. Apakah itu sebuah kenyataan atau apa, entahlah. Yang sekarang harus dilakukannya hanyalah pergi menemui Catherin.

     Tanpa banyak basa - basi, Axe meloncat dari atas tidurnya. Dicarinya sendal kelitnya. Disangkutkannya sendal itu di kakinya, dan lalu berjalan menuju kamar mandi. Seusai membersihkan badannya, Axe lalu mengganti pakaiannya. Dia hanya mengenakan pakaian yang sederhana. Memang begitulah Axe dengan kehidupan yang apa adanya. Dia lalu menyisir rambutnya dan langsung menuju pintu depan. Ditutupnya pintu rumah, tak lupa juga jendela - jendela yang masih terbuka ditutupnya pula. Agar sebentar ketika dia pulang, dia sudah tidak harus lagi membersihkan rumahnya yang kotor karena dipenuhi oleh dedaunan yang masuk melalui jendela rumahnya.

     Setelah semua hal dirasa beres, Axe lalu pergi meninggalkan rumahnya untuk menjumpai Catherin guna menanyakan mimpinya semalam.

.

..

...

....

.....

...

....

...

.....

....

..

.

(Aku harap teman - teman pembaca dapat menyukai cerita ku ini. Tolong vote, like dan juga comment yah, biar aku lebih giat lagi menulis kelanjutan ceritanya sampai habis. Aku janji akan segera mengeluarkan lanjutannya. Teman - teman juga dapat memberikan ide - ide kalian di kolom komentar. Semua ide yang masuk akan aku jadikan sebagai pengembangan dari ide - ideku yang telah ada. Terima kasih banyak telah ikut membaca cerita buatan aku ini.  Sampai jumpa di chapter berikutnya! 😊👋)


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login