Download App

Chapter 3: Aku berharap kamu cemburu

Wajah tegangku langsung berubah lega. Aku kira yang membuka pintu itu Guru Kakashi, ternyata Gaara. Dia teman kelasku sekaligus teman sebangku, dia juga menjabat sebagai Ketua Kelas.

Dia melangkah keluar sambil menutup pintu kelas. "Kenapa tidak masuk?" tanyanya dengan dahi berkerut. "Kau sudah menyelesaikan hukumanmu 'kan?

Dari mana dia tahu aku dihukum? "Ah, iya ...."

Sasuke menyampirkan tasku di bahu yang awalnya berada di tangannya. "Aku ke kelasku dulu," pamitnya lalu beranjak pergi. "Sampai jumpa, Sakura."

"Ah, iya, hati-hati." Aku menatap punggungnya yang perlahan menjauh.

"Dia hanya pergi ke kelasnya, kenapa harus hati-hati?"

Aku langsung menoleh cepat ke arahnya. Apa Gaara mengejekku? Huh, dia menyebalkan. Jika tak ada Sasuke, Gaara lah yang membuatku kesal.

"Iri saja jadi orang." Aku menggebungkan pipi, kesal dengan celotehannya. "Minggir, aku mau masuk!" Aku menggeser paksa Gaara ke samping lalu melewatinya begitu saja.

"Ck," decaknya terdengar tak terima.

Aku tak peduli dengannya. Aku langsung membuka pintu kelas dan segera masuk perlahan. Berharap Guru Kakashi sedang keluar, terserah ke manapun juga.

Aku mengintip di celah pintu. Suasana kelas sangat berisik, mereka membentuk beberapa kelompok. Terlihat mereka sedang membahas sesuatu.

Apa sekarang ada tugas diskusi?

Aku menelisik keadaan kelas, mencoba mencari sosok Guru Kakashi. Siapa tahu dia ada 'kan, meski tidak duduk di kursi guru. Huft, beruntung, Guru Kakashi sedang tak ada.

Aku masuk perlahan, tak lupa menutup pintu kelas.

"Sakura!" teriak seseorang di pojok kelas. Ia melambaikan tangannya berkali-kali. Ah, itu Ino.

Sudah kuduga, pasti dia berkelompok dengan orang yang itu--itu saja.

Otomatis teriakan nya itu berhasil mengalihkan perhatian orang-orang yang tadi sibuk dengan diskusi mereka langsung melihat ke arahku.

Dasar, Ino. Selalu saja begitu.

"Kau dihukum lagi, Sakura," ejeknya dengan ekspresi meremehkan.

Dia Tayuya, bisa dibilang gadis itu selalu mencari masalah denganku. Lihat saja, tak ada sedikit pun dari mereka yang bertanya begitu padaku.

"Bukan urusanmu!"

Aku membalasnya dengan nada tak kalah sinis. Tak peduli omongannya, aku langsung menuju kursiku-di sebelah Ino-.

"Hai, Sakura," sapa mereka berbarengan.

"Hai, juga." Aku membalas sapaan mereka-Ino, Hinata- dan Tenten- dan langsung duduk di kursiku. "Guru Kakashi ke mana?"

"Biasa, mungkin dia sedang melakukan ritual harian," kira Ino.

"Iih, menjijikan," seru Tenten dengan ekspresi ingin muntah.

"Menurutmu apa benar Guru Kakashi selalu melakukan itu setiap hari?" tanya Hinata sedikit tak percaya.

"Entahlah, aku belum pernah lihat." Aku mengangkat bahu tak acuh. "Lagipula aku tak peduli."

Banyak yang bilang kalau Guru Kakashi itu suka menonton film porno di perpustakaan, setelah itu mempraktekan adegan dalam film ke Guru Suzune-penjaga perpustakaan-. Tak ada bukti mengenai itu, jadi Guru Kakashi masih diperbolehkan mengajar.

Setelah obrolan singkat itu, mereka memberi tahuku tugas yang diberikan Guru Kakashi, dan langsung mengerjakan bagianku. Aku tak khawatir tak kebagian kelompok meski terlambat masuk. Itu karena mereka bertiga selalu memasukkanku menjadi bagian kelompok mereka, begitu juga sebaliknya.

---

Aku menyusuri koridor kelas menuju kantin sendirian. Jangan tanya mereka ke mana, aku sama sekali tidak tahu. Tapi, yang jelas aku ditinggal sendirian tadi oleh mereka.

Tiba-tiba dari arah belakang, seseorang merangkul bahuku. Saat aku menoleh ke arahnya, ternyata itu Gaara. Dia tersenyum seolah sedang tak melakukan apa pun.

"Aish, lepas!" Aku berusaha menyingkirkan tangannya di bahuku.

Tapi, memang dasarnya dia itu orang yang menyebalkan, dia kembali merangkul bahuku. Malah sekarang mengunci kepalaku di ketiaknya.

"Aish, Gaara, lepas!" Aku meronta minta dilepaskan.

Tak malu 'kah dia, banyak orang yang melihat ke arah kami berdua. Dia itu memang pandai membuatku kesal, dengan santai nya ia malah tertawa mengejek.

"Aku gigit tanganmu, ya."

"Coba saja kalau bisa."

Aku langsung mencoba menggigit tangannya, tapi, itu gagal. Bagaimana tidak, tangannya ada di leherku. Aku bukan Kuchisake Onna yang mulutnya lebar.

Ia kembali tertawa melihat usahaku gagal. Dasar menyebalkan! Awas kamu, Gaara! Dengan sekuat tenaga aku hentakan kakiku ke atas kakinya. Ia langsung merintih kesakitan dan otomatis melepaskan tangannya yang mengurung kepalaku.

"Ups, maaf, tadi aku sengaja." Aku memasang berwajah tak berdosa.

"Kau--"

"Sampai jumpa!" Aku segera berlari meninggalkannya yang merintih sambil memegang kakinya.

Saat di depan pintu masuk, aku melihat Sasuke yang berdiri di sana. Aku hentikan langkah, karena melihat tatapannya yang datar. Meski ia memang berwajah datar, tapi sekarang berbeda. Apa ia melihat kami tadi? Jika dipikir jarak Sasuke dan kami tadi dekat, hanya sepuluh langkah. Apa ia ... marah?


CREATORS' THOUGHTS
Ahra Ahra

Semoga suka alur di chapter ini. Jangan lupa vote dan coment, ya. Terima kasih sudah membaca.

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login