Download App
13.82% Menikahi Ceo

Chapter 34: Terkunci di kamar berdua.

Hampir satu jam berlalu. Salsa hanya diam,  menatap wajah David yang entah dia apa tidak bosan terus menatap buku di tangannya. Bahkan sudah hampir siang Salsa belum juga mandi. Dan semua gara-gara David. Dia bahkan ganti-ganti posisi tetap saja tidak melihat David melirik ke arahnya sama sekali.

David sibuk dengan dunianya sendiri. Membaca baginya adalah kehidupan baru baginya. Dia tak perduli dnegan orang yang ada di sekitarnya. Seakan dunianya adalah miliknya sendiri.

Kenapa bisa aku menikah dengan manusia es seperti dia. Apa dia terlahir memang sebagai manusia es. Gak bisa senyum sama sekali. Atau aku perlu tarik itu mulutnya biar bisa tersenyum lebar.

Salsa membaringkan tubuhnya di sofa, dengan tangan menyangga pipinya, siku menempel pada pinggiran ujung kiri sofa. Dan pandangan mata tak lepas dari wajah serius David.

"Ehem... Ehem..." dahem Salsa. Mencoba memanggil David. Tetapi, tetap saja hasilnya nihil. sama sekali David tak melirik ke arahnya.

Apa aku kurang menarik? Kenapa dia tidak menatapku seperti sama sekali. Nyebelin banget dia. Seakan dia sempurna tanpa ada salah.

Salsa menghela napasnya. Mencoba untuk tetap tersenyum. Meski David acuh tak acuh padanya.

"Ssstt.. heh.."

"Heh.. Kamu.."

"David.." panggil Salsa berkali-kali, tak ada jawaban darinya. David hanya diam, mengangkat kepalanya dengan pandangan mata menajam.

"Apa?" tanya jutek David, kepalanya menunduk kembali lagi menatap bukunya.

"Gak ada apa-apa,"

"Kalau gak ada apa-apa gak usah ganggu aku." pekik David, membalikkan tubuhmya, menghindari pandangan Salsa padanya.

"Apa kamu gak bosan baca buku terus?" tanya Salsa, beranjak duduk tegap menatap ke arahmya.

"Memangnya kenapa?"

"Sekali-kali cara cara untuk keluar dari sini. Aku bosan!" ucap Salsa terus terang, menarik turunkan alisnya, dan bibi sedikit tertarik ke atas.

"Keluar saja sendiri." jawab singkat David acuh.

"Apa katamu? Kalau aku bisa keluar sendiri dari sini aku sudah keluar dari tadi. Dan kamu kenapa bersantai itu tidak perdulikan kita sudah hampir 2 jam lo, di sini." umpat Salsa beranjak berdiri, mengeluarkan semua emosi dalam dirinya. Dengan ke dua tangan mengikuti gerakannya.

"Bodoh!" umpat singkat dan tak jelas itu dari mulut David, dia hanya menarik.satu sudut alisnya. Menatap datar Salsa.

Wanita berambut ombak itu menggeram kesal, ke dua tangannya menempel sangat erat. Seakan sudah siap melayangkan beberapa pukulan sekaligus ke arahnya.

Siitt... Apa maksudnya? Kenapa dia bicara seperti itu.. Mungkin dia terlalu percaya diri pada ketampanananya. Hingga lupa tidak bisa ngaca. Atau perlu aku berikan dia kaca besar. Umpat kesal Salsa, menghela napasnya perlahan. Memutar matanya malas.

"Kalau mau keluar silahkan, ini memang kamar kamu di sini. Tetapi sebenarnya ini adalah kamar aku. Dan kamu gak berhak untuk ikut campur apa yang aku lakukan."

Salsa menghentakkan kakinya, berjalan dua lengkah mendekati David.

"Oke. Kamu tak perduli denganku. Tapi setidaknya kamu punya rasa iba atau kasihan denganku."

"Kenapa aku harus kasihan dengan kamu?" tanya David, mengangkat kepalanya sekilas. Hanya tersenyum samar. Lalu kembali menatap bukunya.

Salsa mengepalkan tangannya, tepat di garis celananya. Menguntupkan bibirnya, semakin menyun beberapa senti dengan ke dua matanya menatap tajam, sedikit menyipit.

"Kamu udah dewasa dan ngapain juga aku perduli dengan kamu. Semua bisa kamu lakukan sendiri. Jangan seenaknya minta tolong orang lain. Sebelum kamu berusaha." ucap David sok bijak tanpa menatap ke arah Salsa.

"Jangan menasehatiku. Kalau begitu kamu di sini. Aku mau mandi, dan ingat jangan mengintipku. Jika kamu berani mengintipku. Aku akan..."

"Akan apa? Atau kamu mau mengajakku mandi?" goda David, semakin membuat Salsa geram. Wanita itu memalingkan wajahnya acuh, dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi tanpa perdulikan David.

"Dasar wanita aneh. Tapi menarik juga. Saat dia marah.. Terlalu lucu!" gumam David, menggelengkan kepalanya.

***

15 menit berlalu. Salsa yang sudah selesai mandi. Dia membuka separuh pintu kamar mandi. Mengeluarkan kepalanya, dengan tubuh yang masih tertutup oleh pintu.

"Heh.. Kamu yang di sana!" panggil Salsa. David menutup bukunya, meletakkan di atas ranjangnya. Menatap ke arah Salsa.

"Kamu memanggil aku?" tanya David, telunjuk tangannya menunjuk dirinya sendiri.

"Iya.. Kamu, lah! Memangnya siapa lagi kalau bukan kamu. Di sini apa ada orang lain selain kamu dan aku." jawab Salsa kesal.

"Ada?"

Salsa mengerutkan alisnya. Wajahnya mulai pucat takut, menatap ke samping kanan dan kiri. Pandangan matanya tertuju ke arah David.

"Di mana?" ucap Salsa. "Jangan mencoba menakutiku."

David mulai mengambil handuk di dalam lemari. Dan mengambil sembarang pakaian asal yang ada di depan pandangan matanya. Selesai mengambil baju. David berjalan dengan langkah ringan. Menarik satu sudut bibirnya.

"Aku tidak menakutimu. Apa kamu tahu, jika di sini sebenarnya ada sesuatu yang menakutkan. Mungkin kamu tak bisa melihatnya. Tapi. Aku bisa melihatnya."

"Di mana?"

"Aku melihatnya di.." David hanya tersenyum.

"Di mana? Jangan menakuti. Kalau aku keluar nanti aku akan balas kamu." Salsa menatap wajah Salsa. Melemparkan handuk padanya. Dengan cepat Salsa memakai handuk jubah itu.

"Udah sekarang jangan menakutiku." gumam Salsa.

"Kamu gak mau tahu?" tanya David.

"Gak usah.. Dari pada kau takut." gumam Salsa, mengusap rambutnya yang masih basah.

"Dia ada di belakang kamu.."

"Wuaaa... Di mana dia." Sontak Salsa melompat keluar. Memeluk tubuh David sangat erat. Menyembunyikan wajahnya di dada bidang David.

"Di mana dia.. Jangan bilang itu lagi padaku." gumam Salsa, tubuhnya gemetar takut. Memeluk semakin erat tubuh David, detak jantung mereka saling berpacu sangat cepat.

David mengembangkan bibirnya membentuk sebuah senyuman penuh kemenangan dalam dirinya. David membalas pelukan Salsa, mengusap punggung dan belakang kepalanya lembut.

"Boleh jujur gak?" tanya David.

"Udah jangan bicara dulu. Aku gak mau kamu meneruskan ucapan kamu lagi. Aku gak mau dengar! Gak mau!" ucap Salsa, semakin menyembunyikan wajahnya di dada bidang David.

"Sebenarnya aku itu.."

"Jangan bilang," sela cepat Salsa tanpa memberi cela David untuk bicara.

"Tapi aku ingin bilang.."

"Jangan.." Salsa menutup telinganya rapat-rapat.

"Aku bohong..."

Sontak Salsa mendorong tubuh David darinya. Menggeram kesal menatap tajam kesekian kalinya di saat melihat wajah David hang benar-benar menyebalkan.

"Apa mau mu?" tanya Salsa kesal. "Apa kamu hanya ingin mencari kesempatan dariku. Atau jangan-jangan kamu hanya ingin memrlukku?"

"Jangan terlalu percaya diri." ucap David, menahan senyumnya. Menepuk pundak Salsa.

"Jangan terlalu percaya diri. Tapi makasih pelukannya. Tubuh kamu menempel sangat dekat." bisik David. Lalu bernajak pergi meninggalkan Salsa. Dan David begitu mudahnya membuka pintunya. Dan berjalan pergi.

Ke dua mata Salsa melotot seketika saat melihat David keluar.

"Kalau pintu sudah terbuka kenapa dia tadi sini... ih.. Dasar nyebelin." gerutu Salsa menggeram kesal. Menghentakkan ke dua kakinya kesal berkali-kali.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C34
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login