Download App

Chapter 35: Devil 35 : Panggil Aku Feli

Sampai di rumah sakit, tatapan mata Alarick menghunus tajam pada 3 bodyguard dan 1 supirnya yang berdiri di depan gedung rumah sakit sambil menundukkan kepala saat Alarick datang. Sampi did epan mereka semua, dengan kejamnya Alarick menendang dan menampar wajah bawahannya masing-masing. Napas Alarick memburu marah menatap bawahannya.

"Kenapa Valerie bisa pingsan? APA KALIAN TIDAK BECUS MENJAGA VALERIE??" teriak Alarick tanpa mempedulikan orang-orang yang menatapnya tertarik. Alarick menjitak anak buahnya sekuat tenaga. "Tuli ha? TULI??"

Kringg kringg!

Dering telfon Alarick membuat Alarick mengalihkan pandangannya dan menatap layar ponselnya dengan kening berkerut. Karena panggilan itu datang dari Valerie.

Alarick mencoba meredakan amarahnya dan mengangkat panggilannya segera. "Halo sayang? Kau sudah siuman?"

"Kenapa kau memukul mereka, Alarick??? Kau menyebalkan!!"

Alarick mengerutkan keningnya. Dengan ponsel yang masih berada di telinga, kepala Alarick mengedar mencari Valerie yang mungkin ada di sekitarnya. "Kau di luar? Kenapa kau bisa mengetahuinya?"

"Ck, entahlah! Aku kesal padamu! Pokoknya, datang ke kafe sebrang. Aku ada di sana."

"Kau!! Kebiasaanmu itu—"

"Berisik!" tutt tutt tutt.

Mulut Alarick membulat lebar mendengar suara ketus Valerie yang memotong ucapannya. Alarick menggeram kesal. "Awas saja kau!!"

Alarick melangkah dengan kaki dihentak menuju ke sebrang kafe. Dia menggerutu panjang lebar tentang kebiasaan Valerie yang tidak pernah berubah. Selalu saja membuatnya khawatir. Kemarin karena kakinya yang luka dna sekarang entah apa yang tefjadi hingga Valerie pingsan dna ditemukan di jalan.

Alarick membuka pintu kafe itu.

DAR!!

"SELAMAT ULANG TAHUN!!"

Alarick tertegun di tempatnya. Matanya membulat dan mulutnya menganga lebar saat orang-orang yang sangat Alarick kenal berkumpul di depannya. Anggota The Devils dan Darren yang baru saja pulang dari kantornya pun datang. Kakeknya, Bibinya, Pamannya, Abimayu dan beberapa sepupu yang tidak terlalu dekat dengan Alarick. Senyum lebar kemudian timbul saat melihat Valerie yang sedang memegang kue dengan lilin di atasnya yang menyala. Valerie juga menggunakan topi ulangtahun di kepalanya. Wajah Valerie yang tadinya cemberut kini mengulas senyum tipis.

Dia maju mendekati Alarick sambil bernyanyi. "Happy birthday to you. Happy birthday to you. Happy birthday, happy birthday, happy birthday Hubby."

Alarick terkekeh kecil saat Valerie sudah berada di hadapannya. "Apa ini? Menipuku dengan kau pingsan hanya untuk sebuah kejutan yang murahan?"

Valerie cemberut seketika. "Yasudah, aku tidak jadi merayakan hari ulangtahunmu." Katanya dan akan berbalik jika Alarick tidak menahannya.

"Aku hanya bercanda." Kata Alarick, kembali terkekeh pelan. "Aku tahu kau tidak punya modal untuk menyewa kafe ini."

"Alarick!"

"Baiklah baik aku takkan bercanda lagi." Kata Alarick. Memang, saat ini terlihat sekali jika Valerie tidak menyewa kafe ini. Beberapa pelanggan di sana menatap mereka dengan pandangan penasaran. Namun lebih dari itu, kebahagiaan kembali menghampiri Alarick.

Jika dulu Alarick mengadakan pesta untuk ulangtahunnya sendiri agar teman-teman dan keluarganya datang, saat ini, ada seseorang yang memberikannya kejutan di hari ulangtahunnya. Alarick mengulas senyum tipis dan menutup matanya. Tangannya ditangkup di depan dada. Alarick mulai membatin sebuah do'a. Kali ini, aku tidak tahu apa kau akan mendengarkan do'aku atau tidak. Entah kepada siapa aku berdo'a. Aku tak pernah sembahyang ataupun memanjatkan pujaan ke pada-Mu. Entah Tuhan, Dewa, atau Malaikat itu ada atau tidak, yang pasti, siapapun kau yang akan mewujudkan do'aku, kumohon... Biarkan kebahagiaanku dan Valerie menjadi abadi. Aku membutuhkannya. Membutuhkan kebahagiaanku hingga akhir hayatku. Kumohon. Siapapun Kau yang bisa menjawab do'aku dan mewujudkannya, kumohon biarkan kebahagiaanku berlangsung lama.

Alarick membuka matanya, kemudian meniup lilinnya dan kembali mengulas sebuah senyum saat tepukan tangan terdengar. Mata Alarick masih terpaku pada Valerie. "Terimakasih." Katanya.

Valerie tersenyum lebar dan memajukan wajahnya dengan mata terpejam. Alarick tertawa melihat tingkah Valerie. Dia memajukan wajahnya dan mengecup singkat bibir Valerie. Satu persatu orang di sana menyalami Alarick dan memukul bahunya sembari mengucapkan selamat ulangtahun pada Alarick. Saat bagian Mr. Damian, Alarick dapat melihat mata kakeknya berkaca-kaca. Mr. Damian memeluk Alarick erat sambil menepuk-nepuk punggung cucunya dengan sayang. Suara menyedot ingus dan tubuh Mr. Damian yang sedikit bergetar membuat Alarick melepaskan pelukannya dan melihat kakeknya telah menangis.

"Kakek..." Ucap Alarick.

Mr. Damian hanya menepuk lengan Alarick dan menangkup sebelah wajah Alarick. "Sudah 15 tahun kau melewati kesusahan. Di umurmu yang ke-31 ini, aku berharap kebahagiaan kembali hadir padamu, Alarick." Katanya dengan tangan yang menghapus air matanya.

"Kek."

"Kau tidak pernah terlihat sebahagia tadi, Alarick. Aku sangat bersyukur sudah memberikan Valerie padamu." Kata Mr. Damian dengan senyum yang menghiasi wajah keriputnya. "Jaga istrimu. Aku sungguh sangat mencintai kalian berdua."

Alarick memberikan senyum tipis. "Aku akan selalu menjaga kebahagiaanku, Kek."

Masih dengan air mata dan senyum, Mr. Damian menganggukkan kepalanya dan menghapus air matanya sendiri dan pergi dari hadapan Alarick setelah menepuk bahu cucunya. Selanjutnya, ada Felix, Makiel, dan Darren yang datang bersamaan menghampiri Alarick.

"Kita sedang bermusuhan. Aku tidak mau mendapatkan ucapan selamat ulangtahun dari kalian." Kata Alarick.

"Selamat ulangtahun." Kata ketiga orang yang ada di hadapan Alarick kini, membuat Alarick mendelik kesal.

"Untuk apa kalian ke sini?" tanya Alarick kesal.

"Kami diundang istrimu. Kami ini tamu diundang. Ah tidak. Lebih tepatnya, kami yang membantu Valerie menyiapkan ulangtahunnya." Kata Makiel.

Alarick mendelik kesal. "Jangan berbohong. Bagaimana bisa Valerie menghubungi kalian?"

"Dia memiliki nomor Felix."

"Kenapa dia bisa memiliki nomormu???" tanya Alarick pada Felix.

Felix menyeringai. "Dia menghampiri kantorku."

"APA??"

"Heboh sekali. Tenanglah, Valerie wanita monogami. Dia tidak akan mendekatiku dalam artian lain."

"Aku percaya pada Valerie tapi aku tidak percaya padamu!!!"

"Benar. Jangan percaya pada Felix. Dia bahkan selalu modus dengan panggilan vidio saat Valerie akan membicarakan ulangtahunmu." Kata Makiel memanasi.

"Kau!!!" tunjuk Alarick pada Felix. "Apakah kau mengirimkan emotikon hati padanya??? Apa Valerie mengirimu emotikon hati??"

"Kenapa kau heboh sekali tentang emotikon hati? Makiel saja sering mengirimiku emotikon hati." Jawab Felix dengan delikan mata.

"Kau!!! Kau mengiriminya emotikon hati, kan???"

"Ya! Memangnya kenapa hah???"

Alarick melotot. Dia mencengkam kerah kemeja Felix. "Berani-beraninya kau mengiriminya emotikon hati!!"

"Kau berlebihan! Memangnya kenapa ha?? Itu hanya emot!!"

"Tidak seharusnya kau mengirim emotikon hati pada wanita yang sudah bersuami!!"

"Itu hanya emotikon!!"

"Kau bisa mengiriminya emotikon cemberut!!"

"Kenapa aku harus mengiriminya itu di saat aku bahkan tidak sedang cemberut!"

"Lalu apa maksudmu mengirim emotikon hati???"

"Karena aku bangga padanya!!"

"Kau bisa mengiriminya emotikon jempol!"

"BERHENTI!" teriak Darren kesal. "Bisakah kalian dewasa sedikit saja? Dan Alarick, memangnya ada apa dengan emotikon hati, ha? Makiel juga pernah memberiku emotikon hati. Apa itu berarti Makiel gay?"

Alarick menggeram kesal. Dia melepaskan kerah kemeja Felix sambil sedikit menyentaknya. "Kau selamat hari ini."

"Itu hanya emotikon!" geram Felix. "Keposesifanmu sudah berada di level akut."

"Emotikon bisa membuat salah paham!"

"Tidak jika itu tidak ada maksud tertentu!"

"Tapi—ah sudahlah! Aku akan memusuhimu!"

Felix mendelik jengah. "Kau sudah 31 dan masih kekanakan."

"Yang sudah lebih dari angka 31 diam saja."

"Kau!!" geram Felix.

***

Valerie meminta izin ke toilet pada Annabelle dan memintipkan topi serta cake ulangtahun milik Alarick. Dia berdiri di depan kaca sambil memoleskan bedak di wajahnya yang mulai kucel. Dia asik dengan dadanannya saat seorang wanita berdiri di sampingnya dengan mata yang menatap Valerie dari bayangan cermin.

Saat tersadar jika dirinya diperhatikan, Valerie mengerjap kaget melihat wajah cantik di depannya yang terlihat mirip dengannya. Hanya saja, dia lebih cantik dan berkelas daripada Valerie.

Wanita itu tersenyum pada Valerie. "Halo." Sapanya.

Valerie menatap ke samping, melihat langsung wajah wanita yang sangat cantik itu. "Kau mengenalku?"

Wanita itu tersenyum. "Tidak. Tapi, kau bisa memanggilku Feli."

Valerie mematung tidak bergerak sesaat setelah wanita itu mengucapkan nama panggilannya. Dia... Felicia? Tanya batinnya.

Wanita itu mengalihkan pandangannya pada cermin dan mengeluarkan lipbalm dari tasnya. "Jika kau heran kenapa aku menyapamu, itu karena aku mengenal Alarick. Dan tentu saja, aku pun mengenal Felix." Katanya sambil memoleskan lipbalm di bibirnya. "Kenapa kau diam? Tidak ingin mengenalkan diri padaku?"

Valerie menelan ludahnya susah payah. Dia mencengkram sisi dress yang dia gunakan hari ini. "A-aku Valerie Selvig."

"Ah, Miss Selvig?"

"Y-ya."

"Bukan Mrs. Damian?"

Jantung Valerie berdegup cepat seketika. Dia makin mencengkram sisi dress yang digunakannya.

"Bukan." Jawabnya sambil mengetatkan rahangnya, mencoba menahan diri agar tidak berteriak dan mengatakan jika apa yang dikatakan Feli benar adanya.

Feli tersenyum dan memasukkan lipbalmnya kembali. Dia berbalik menatap Valerie dengan tangannya yang dilipat di dada. "Kau sadar diri juga, ternyata." Katanya sinis. "Baguslah. Aku jadi tidak perlu repot-repot menyadarkanmu, Miss Selvig."

Mendengar ucapan dengan nada sinis itu membuat Valerie ciut seketika. Entah mengapa aura intimidasi wanita itu membuat Valerie merasa kepayahan. Apalagi mengetahui jika wanita itu wanita yang dicintai oleh suaminya. Valerie tidak mau mendapat masalah jika dia mengaku bahwa dirinya adalah istri Alarick. Apalagi, Alarick tidak ingin mengadakan resepsi pun agar pernikahannya tidak diketahui Feli.

"Ah ya, apa kau tahu? Tadinya, aku ingin menampakkan diri di depan Alarick hari ini." Kata Feli sambil tersenyum tipis. "Tapi, melihatmu yang dicium oleh Alarick membuatku mengurungkan niat. Mungkin, nanti saja aku menghampirinya saat dia di kantornya."

Jantung Valerie terhenti seketika. Dia menatap Feli dengan pandangan kaget. "Kapan kau akan ke kantornya?" tanyanya.

Feli mendengus sinis. "Itu urusanku. Kenapa kau bertanya? Kau ingin ikut campur ha?"

"Bisakah nanti? Tenggat waktuku 2 minggu lagi."

"Tenggat?" tanya Feli heran.

Valerie menganggukkan kepalanya. Matanya mulai berkaca. "Kumohon, temuilah dia 2 minggu lagi. Jangan sekarang." Katanya.

Feli kini berdiri tegap. Dia menatap Valerie dengan tatapan bingung. Tangannya sudah turun ke samping tubuhnya dan tidak lagi terlipat di depan dada. "Apa maksudmu? Kau... Sekarat?"

Valerie tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan. "Dia mencarimu dan memberikan waktu 1 bulan pada anak buahnya. Ini sudah 1 minggu lebih dia mencarimu. Yang berarti, waktuku dengan Alarick hanya 2 minggu lebih lagi. Kau bisa datang padanya. Aku takkan melarangmu."

Feli diam. Gurat wajahnya masih menunjukkan keheranan. "Dia... Mencariku?"

Valerie menganggukkan kepalanya. Air matanya perlahan turun mengaliri pipinya. "Dia berkata sangat mencintaimu." Katanya dengan bibir bergetar akibat tangis. "Bisakah kau menuruti permintaanku?"

Feli hanya bungkam.

"Aku mencintainya. Tapi Alarick tidak mencintaiku. Kupikir, akan lebih baik jika aku pergi dari Alarick saat dia menemukanmu."

Feli mengerjap. "Kenapa?"

"Ada masa di mana aku merasa sangat ingin dicintai." Kata Valerie dengan senyum dalam tangisnya. "Aku memang mencintai Alarick tapi Alarick tidak mencintaiku. Bisa bayangkan betapa menyedihkannya kalimat itu? Aku ingin bertahan, sungguh. Aku ingin bertahan dalam luka jika itu bersamanya. Aku ingin bertahan dalam luka jika aku bisa menjadi miliknya. Tapi aku tidak setegar itu. Aku pun butuh dicintai dan dibahagiakan. Bukan hanya mencintai dan mencoba membahagiakan seseorang yang bahkan tidak mengetahuiku sedikit pun. Aku butuh seseorang yang mengetahui apa warna kesukaanku, makanan apa yang kusuka dan tidak kusukai ataupun tanggal ulangtahunku. Bukan hanya aku yang sangat mengetahui apapun tentangnya. Aku... Membutuhkan pria yang mencintai seperti itu."

Feli diam saja menatap betapa ringkihnya wanita yang sedang menangis dalam senyum di depannya.

Valerie kembali mengulas senyumnya. "Bisakah... Kau mengabulkan permintaanku?"

Feli diam sejenak. Dia menatap Valerie dalam-dalam. Wajah yang tadinya menampilkan rasa kasihan, kini menggeleng. "Maaf tapi aku tak bisa."

Tubuh Valerie kini menegang sempurna.

"Maafkan aku. Jika nanti Alarick sering pulang malam ataupun pergi tiba-tiba, itu mungkin ulahku." Kata Feli. Ia mengambil tasnya yang berada di wastafel dan pergi dari hadapan Valerie yang kini bahkan tidak bisa bernapas dengan benar.

Valerie jongkok di sana dengan tubuh bergetar hebat. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan saat tangisnya berubah kencang dan deras. Tuhan... Berikan aku kekuatan yang lebih... Batinnya.

Bagi yang belum tahu cerita ini sudah tamat dan bisa didapatkan di Playstore dengan judul Bastard Devil dan nama pena Made In Earth. Jangan lupa untuk selalu ikuti aku agar mendapatkan keseruan cerita-cerita yang lain


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C35
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login