PEPROMENO
PROLOG
•
•
•
•
Di samping gedung kampus, tempat sepi yang paling pas untuk mereka berbicara. Juna menyudutkan gadis itu pada tembok di belakangnya.
"Ada apaan?"
Menunduk takut. Tita mencoba untuk mengeluarkan suaranya. "Kak ..."
Juna menunggu untuk itu.
"A-ku hamil."
"Apa?" Teriakan itu cukup keras hingga membuat gadis berseragam SMA itu berjengit takut. "L-lo bilang apa?"
"A-aku hamil." Ulangnya.
"Shit!" Juna memukul tembok yang berada di belakang Tita dengan keras. Ia tidak berhenti mengumpat dengan tubuh mondar-mandir beberapa kali.
Pikiran Juna sudah hilang entah kemana. Yang ia tahu hanya ada rasa takut dan cemas. Apalagi wajah sang ayah yang terus berkelebatan di benaknya saat ini.
Mati gue! Mati!
Ini masih sulit dipercaya, mereka hanya melakukan itu sekali. Tapi, sekali bukan berarti tidak menghasilkan bukan? Juna hilang akal, ia lalu mencengkram pundak Tita kuat. "Lo yakin, Ta?"
Tita mengangguk, kemudian mendongak untuk mempertemukan pandangan mereka. "Aku yakin. Udah aku test dan semua hasilnya garis dua."
Apa yang harus dilakukan oleh Arjuna Kainaka saat ini? Kesalahan satu malam yang ia lakukan telah menghasilkan setitik nyawa tak berdosa di dalam perut gadis SMA berusia 17 tahun.
Dan saat ini, gadis bernama Adera Kalista itu meminta pertanggung jawaban darinya.
"Kita cuma sekali ngelakuin itu, Ta. Lo serius yakin itu anak gue."
"Kak!" Air mata Tita mengenang, menatap Juna dengan pandangan nanar. "Aku cuma ngelakuin itu sama kamu. Udah jelas ini anak kamu."
"Bisa jadi lo lupa sama siapa aja lo having sex!"
"Kakkk..." Tita ingin menampar cowok itu, ia ingin memukulnya, ingin memaki-maki. Tapi Tita tidak punya kekuatan untuk itu. Ia hanya bisa menangis dengan lebih keras, seolah berharap Juna mengerti apa yang ia rasa saat ini.
"Ta, ini gak mungkin!"
"Tolong jangan bilang seperti itu. Aku cuma ngelakuin itu sama kamu. Kamu satu-satunya pria yang nyentuh aku." Sudah tidak tau lagi seperti apa rasa sakit yang bersarang di hati Tita karena Juna. Cowok itu memang brengsek. Juna benar-benar sudah berhasil menghancurkan hidupnya saat ini.
"Ini anak kamu, kak."
"Ini gila, Ta! Gila! Gak mungkin!" Juna berteriak, mencengkram rambutnya kuat. Sementara, Tita mulai terisak sembari menunduk, menatap jari tangannya yang tertaut.
"Aku takut, kak."
"Lo pikir gue enggak! Ta, gue masih 21 tahun, gue belom lulus kuliah! Gue gak mau punya anak di umur gue yang masih muda kayak gini!"
Masih menyembunyikan wajahnya, Tita kemudian bersuara sangat lirih, "Terus aku harus apa, kak? Aku takut."
"Gugurin!"
"Apa?"
"Lo gugurin atau apapun itu, terserah! Gue gak mau tanggung jawab!"
****