Download App
27.27% Pepromeno

Chapter 3: Arjuna Mencari Tita

PEPROMENO

CHAP 2

Tita mendesah bingung sembari menarik lengan Nadia untuk mendekat. "Nad, kamu yakin kita gak apa-apa ke pesta kayak gini?"

"Tenang aja, Ta. Aku udah bilang sama abang aku kok. Dia bilang gak apa-apa, lagian 'kan kita udah tujuh belas tahun, udah punya KTP, ikut pesta kayak gini gak masalah."

Tita melirik takut pada sekitarnya. "Tapi kamu liat deh, banyak yang mabuk gitu, Nad. Aku takut."

Nadia hanya terkekeh sembari menggerak-gerakan tubuhnya mengikuti alunan musik. "Kamu nikmatin aja pestanya. Kapan lagi kita bisa ikutan pesta kayak anak-anak gaul gini."

Mungkin Tita salah, harusnya ia menolak saat Nadia mengajaknya ikut ke pesta ini, nyatanya ia sama sekali tidak menikmati ini semua. Kepala Tita terasa pusing karena lampu remang-remang yang ada di sana.

"Kamu mau minum gak, Ta?"

"Aku minum air putih aja, Nad."

"Ish.. maksud aku bukan minum itu. Ini loh, Ta, yang anak-anak gaul sering minum. Wine sama bir, aku pengen tau rasanya."

"Jangan, Nad. Nanti kalo kamu mabok gimana? Kak Juna bisa marah-marah nanti."

"Ya nggak sampe mabok dong, Ta, kan aku cuma nyoba, sedikit aja. Aku juga kepengen tau rasanya tuh kayak apa." Lalu Nadia berbisik, "jangan bilang Abang, ya."

"Nad....!"

Gadis itu terkekeh, menarik lengan Tita menuju meja di sudut ruangan. "Sedikit, Ta, aku penasaran."

"Kamu aja deh, Nad, aku gak mau."

"Ihh Tita, gak asik dong. Nanti kamu penasaran loh."

Tita menggeleng cepat, lalu mengedikan bahunya jijik. "Nad, aku sama sekali gak penasaran sama minuman kayak gitu. Coba kamu lihat orang-orang yang minum alkohol."

Nadia memutar kepalanya untuk memperhatikan satu persatu orang-orang yang berada di dekat mereka. Semuanya sedang asik bergoyang seperti hilang kendali karena mabuk.

"Nanti kamu juga bakalan kayak mereka kalo kamu minum itu, mabuk terus joget-joget gak jelas."

Nadia menghela. "Ta ... kita cuma minum sedikit kok, gak akan mabuk."

"Enggak! Pokoknya aku gak mau."

"Yaudah kalo kamu gak mau, aku aja yang minum."

Tita menatap kesal ke arah Nadia. Keras kepala, sama seperti ayahnya. Tangan Nadia mulai mengambil satu gelas minuman beralkohol di atas meja. Ia sedikit berjengit begitu mencium bau tidak enak dari minuman tersebut.

"Tuhkan, udah deh kamu gak usah minum itu." Lagi-lagi Tita menahan Nadia untuk mencoba minuman berbahaya itu.

Tapi, Nadia tetaplah Nadia, adik dari Arjuna Kainaka yang memiliki sifat keras kepala dan tidak suka dilarang. Nadia meneguk sedikit cairan memabukan itu, lalu berjengit saat rasa panas menjalar di tenggorokannya.

"Gak enak, Ta."

"Iyalah, kan tadi aku udah bilang."

Nadia menyengir, lalu tak berapa lama kepalanya terasa berat sedikit. Apa mungkin ini efek minuman yang barusan ia minum?

"Nad, aku ke toilet dulu ya." Ujar Tita.

Nadia mengangguk samar dengan kerjapan mata pelan karena pandangannya mulai tidak jelas.

Lampu temaram dan dentuman musik yang memekakan telinga membuat Tita kesulitan mencari dimana letak kamar mandi itu. Setiap ia melangkah, yang Tita temukan hanyalah beberapa pasang kekasih yang sedang asik bercumbu. Ia sampai berjengit jijik melihat itu.

Langkah kaki Tita membawanya naik sampai ke lantai dua. Tidak jauh berbeda dari lantai bawah, di sini Tita juga menemukan banyaknya pasangan yang sedang melakukan kegiatan haram itu. Ia benar-benar menyesal telah mengikuti Nadia untuk datang ke pesta ini. Mungkin setelahnya Tita akan meminta Nadia untuk pulang.

Selesai menggunakan toilet, Tita lalu bergegas keluar untuk cepat-cepat sampai ke tempat Nadia berada saat ini. Tita merasa mulai tidak nyaman, apalagi ketika ia melewati lorong gelap di dalam rumah itu. Rasanya ia ingin segera bertemu Nadia, tapi dilangkahnya yang hampir dekat dengan anak tangga, tiba-tiba Tita dikejutkan oleh sebuah tarikan keras yang membuat tubuhnya berbalik dan langsung menabrak dada bidang seseorang.

Tita tentu terkejut. Dadanya berdebar tidak karuan. Ia baru saja ingin berteriak saat kemudian matanya menangkap wajah seseorang yang ia kenali. Tita mengela nafas lega.

"Kak Juna? Ngagetin aja sih." Ujarnya tanpa menyisahkan jarak di antara mereka sedikitpun. Tangan Juna pun masih melingkar indah di pinggang Tita.

"Lo mau kemana?" Tanya cowok itu.

Dahi Tita mengernyit. "Ke bawah."

"Di sini aja."

"Kenapa?"

"Nanti kalo gue nyariin lo gimana?" Ujar Juna dengan lirih dan mata yang sayu. Ia lantas tertawa. "Arjuna mencari Tita."

Dari jarak sedekat ini, ia bisa mencium bau alkohol yang cukup menyengat menguar dari mulut Juna. Pantas saja ucapannya sudah tidak benar, ternyata Juna mabuk.

"Kak Juna mabuk ya?"

Seulas senyum miring tercetak jelas di wajah Juna saat pertanyaan itu terlontar. Juna mengumpat dalam hati, kenapa Tita terlihat sangat cantik malam ini. Gaun berwarna hitam itu begitu pas di tubuhnya, dan dada Tita, Juna tidak tahu kalau gadis itu memiliki dada yang lumayan besar.

Sial! Kepala Juna jadi berpikiran yang tidak-tidak. Apalagi saat wangi vanilla tercium jelas dari tubuh Tita. Juna tidak kuat, ia ingin gadis itu. Ingin semuanya, tubuhnya, bibirnya, kulitnya. Juna ingin masuk ke dalam tubuh Tita. Mengoyaknya tanpa ampun, menggigit bibirnya dengan sensual dan mendengar suara desahan nikmat saat gadis itu menyebut namanya.

Shit!

"Kak Juna kenapa?" Tanyanya lagi.

Laki-laki itu tersenyum. Wajahnya terlihat sedikit pucat dengan butiran keringat yang memenuhi dahinya.

Tita melihat itu jadi panik. "Kak Juna sakit?"

Juna menggeleng. Entah apa yang ada di pikiran Tita kali ini, tanpa sadar ia mengangkat tangannya untuk mengusap peluh di dahi Juna. Kulit mereka saling bersentuhan. Sengatan listrik tiba-tiba menjalar masuk bersama aliran darah yang memanas, lalu naik hingga ke kepala.

Gairah itu datang lagi.

"Pulang aja yuk, kak." Ajak Tita dengan nada takut.

Juna termangu beberapa saat, menatap setiap gerakan yang Tita lakukan padanya. Ia juga bisa melihat bola bening itu menatapnya penuh khawatir. Juna tertawa sebentar sebelum kemudian menyerukan wajahnya ke atas perpotongan leher gadis itu.

Tita tersentak dengan tangan mencengkram pinggiran baju Juna. "Kak—"

"Kepala gue pusing." Tita meremang saat merasakan sapuan hangat dari nafas Juna yang menerpa kulitnya. Laki-laki itu memeluknya dengan kedua tangan merayap di sepanjang punggung. "Pusing banget, Ta."

"Kakak mau aku cariin obat?"

Hening sesaat. Tita masih bisa merasakan sapuan hangat di tengkuknya yang perlahan berubah menjadi basah saat bibir Juna mengecupi kulitnya. "K–kak Juna ngapain?"

Ia berusah mendorong, tapi hisapan kecil di lehernya membuat dorongan itu berubah menjadi cengkraman.

"Ta.."

"I–iya kak?" Suaranya tiba-tiba saja bergetar.

"Gue mau lo."

****


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login