Download App

Chapter 3: Sebuah Penemuan

~Masa Sekarang~

"Oh My God, ini panas sekali Lin. Kamu yakin mau lanjut?" tanya Ken kepada Lintang sahabat baiknya.

Lintang menoleh dengan wajah tidak sabarnya. Wanita cantik berambut hitam bemata biru itu mendekati Keanu yang biasa ia panggil Ken. Ia tidak mengira bahwa laki-laki akan jauh lebih rewel ketimbang wanita di saat seperti itu.

"Hah, kita udah jauh-jauh ke sini. Kita harus dapat sesuatu."

"Tapi Lintang, kenapa sih kita nggak tunggu aja orang-orang yang kamu pekerjakan menemukan sesuatu? Kenapa kita meski ikut ke situs penggalian. Ini udah jam tiga sore. Gue belum makan apa-apa! Loe mau gue pingsan?"

"Denger ya, kita ini sedang mencari benda bersejarah" Terang Lintang kepada Keanu dengan sedikit menekan suaranya agar tidak terdengar oleh para pekerja lainnya.

"Kalau kita nggak tungguin, siapa tahu mereka menemukan sesuatu untuk diri mereka sendiri"

"Hah? Kenapa sih loe mikirnya begitu banget. Nggak akan ada juga yang ambil benda rongsokan Lintang. Haduh wajah bule, otak tetep aja primitif!"

"Eh, loe bilang apa?"

Keane diam dan tidak menyahut. Ia segera berjalan mengambil tasnya dan bergegas pergi. Melihat hal itu, Lintang segera mengikuti dari belakang dengan mengomel. Tentu saja, hal ini membuat Keanu makin kesal. Bagaimana tidak? Hanya untuk tugas akhir, sahabatnya itu mengajaknya pergi ke daearah plosok mencari benda-benda bersejarah. Hanya demi mendapat nilai terbaik dan skripsi yang jauh melebihi mahasiswa lainnya.

Bagi Keanu hal itu bukanlah salah. Hanya saja, terkadang merasa lelah dan berlebihan. Hanya tugas akhir strata satu haruskan mengorbankan banyak hal? Menyewa para pemburu harta karun untuk membantu? Keanu semakin tidak paham dengan cara gadis blasteran bule Indonesia itu.

"Ken! Tunggu, ini sudah setengah jalan. Jangan pergi!"

Ken menoleh. Ia berusaha melepaskan tangan Lintang.

"Aku capek mau makan. Air juga udah habis. Besuk aja kembali!"

"No! Nggak bisa. Kita tunggu satu jam lagi gimana? Satu jam lagi jam kerja para penggali ini habis. Setelah itu kita cari makan. Lagian, kamu tahu jalan kembali ke villa?"

Ken menghela nafas. Ia sadar, meski ia bisa mengemudi dan bisa melihat GPS, ia tetap saja harus menuruti permintaan sahabatnya itu. Bukan tanpa alasan, kembali ke villa sendiri cukup menyusahkan, apa lagi jika setelah itu ia harus menjembut Lintang kembali ke lokasi penggalian.

"Ok. Satu jam ya! Aku udah lapar! Lebih dari itu, aku tinggal. Terserah kamu pulangnya gimana. Ingat di sini nggak ada taxi daring!"

Lintang segera tersenyum dan menyetujui, ia segera kembali melihat-lihat reruntuhan dan mengawasi penggalian.

"Dapat! Dapat!" teriak seorang penggali.

Lintang dan Ken segera bergegas menuju ke arah penggali yang menunjukkan sesuatu.

"Lihat Non, saya dapat gulungan!" kata penggali itu.

Lintang dan Ken mengamati benda yang dibawa oleh penggali dengan tangan kanannya. Ia segera mengambilnya. Tertarik dan penasaran, para pengali lain mendekati mereka. Perlahan Lintang membuka gulungan itu.

"Hah, kok" kata Keanu.

"Kosong setengah. Mungkin tintanya luntur setengah dan hanya menyisakan setengah saja. ditambah lagi ini begitu rapuh. Mudah sobek"

Lintang segera menggulung kembali gulungan rapuh itu dengan perasaan tidak senang.

"Bapak ketemu di mana?" tanya Lintang.

Penggali itu segera menganjak Lintang dan Ken untuk melihat lokasi ditemukannya gulungan.

"Ini reruntuhan apa sih sebenarnya?" tanya Ken kepada Lintang.

"Kenapa semua barang-barang yang terkubur seperti peralatan medis masa kuno?"

Lintang menggeleng.

"Jadi Non, apa kita lanjutkan menggalinya atau bagaimana?" tanya peggali itu.

Lintang berfikir sejenak sambil membuka kembali gulungan yang ia temukan. Hanya setengah yang terisi. Ia mencoba menerawang di tengah cahanya matahari yang menembus reruntuhan itu. Ia melihatnya dengan saksama.

"Kita butuh banyak hal. Kita lanjutkan besuk." Perintah Lintang. Penggali itu mengagguk dan segara bergegas pergi bersama para penggali lain.

"Lanjut besuk?" kata Ken heran.

"Kita udah menggali lima hari. Lima hari! Apa masih kurang?"

Lintang menggulung kembali gulungan yang ia temukan.

"Kita harus menemukan sejarah! Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengerti sejarahnya!"

"Helllo, deadline proposal buat skripsi satu minggu lagi. Orang lain udah pada di ACC kita? Malah menggali di sini! Gimana mau lulus?"

"Ken, loe tenang aja. Kali ini gue yakin, kita pasti akan menemukan sesuatu besuk. Kalau kita besuk tidak menemukan apapun. Gue janji, kita akan pulang dan membuat skripsi sederhana aja"

"Ya, terserah kau saja!"

Mereka berdua segara kembali ke Villa. Setibanya di sana, Lintang segera membuka kembali gulungan itu. Ia mencoba membacanya. Sementara Ken, ia sibuk meminta tolong kepada pengurus Villa membantunya menemukan beberapa makanan di sekitar tempat itu.

Lintang yang merasa kesulitan mencoba untuk fokus dan meminta bantuan seorang ahli huruf kuno untuk menterjemahkannya. Dengan kekayaan yang dimiliki oleh keluarganya, tidaklah sulit untuk menemukan dan membayara seseorang untuk menterjemahkan naskah kuno sekalipun. Hanya saja terkadang uang tidak bisa menyelesaikan semuanya.

"Apa? Saya harus membagi penemuan ini dengan Anda? Anda memeras saya!" Teriak Lintang melalui ponsel layar pintarnya. Ia meneriaki orang yang sedang ia hubungi melalui sambungan video.

"Saya sudah membayar Anda dengan mahal. Jika Anda tidak tertarik, saya akan mencari orang lain!" Kata Lintang menutup sambungan telepon video.

Ken, yang mendengar sahabatnya berteriak segera medatanginya.

"Ribut lagi?"

"Iya, coba loe bayangin gue udah bayar mahal. Dia masih mau agar penemuan ini dibagi sama dia. Orang brengsek macam apa dia? Gelarnya doank pemerhati sejarah. Kelakuan tetap aja kayak koruptor"

"Ya namanya juga usaha. Siapa tau kan jadi terkenal karena penemuan kamu. Lagian, kamu itu nggak bisa baca sendiri?"

"Gue bisa, tapi kan kita butuh orang lebih expert di bidangnya"

Ken mengehela nafas dan mendekati meja tempat Lintang menggelar gulunganya. Ia mengamati tulisan-tulisan itu dengan saksama. Dengan kemampuannya, ia bisa membaca hanya sebagian.

"Gue tahu, kita kan dapat dosen pembimbing yang bisa baca ginian. Kenapa nggak tanya dia aja? Toh dia dosen pembimbing kita?"

Lintang menarik kursi dan duduk.

"Gue ngerti, tapi apa ya benar kalau kita datang denga buta. Setidaknya kita harus terlihat mengerti isi sebagain naskah ini. Garis besarnya apa. Kalau nggak kita kehilatan bego dan nggak akan di ACC!"

Ken tidak membantah. Apa yang Lintang katakan benar. Tidak mungkin datang dengan buta.

"Minta tolong papa kamu aja!"

"Hah, papa nggak tertarik sama sejarah!"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login