Download App

Chapter 17: Tamu Tak Di Undang

Siang menjelang sore mereka berdua habiskan di dalam kamar, alias tepar karena kecapean dalam bermain sehabis pulang sekolah.

Namum yang gak di sangka-sangka ternyata ada yang pengen dateng ke rumah Vino.

Tok.. Tok.. Tok..

Suara ketukan pintu itu terdengar lumayan keras, sehingga bibi yang sedang masak di dapur untuk menyiapkan makan malam itu langsung bergegas menuju ke depan untuk melihat siapa yang bertamu.

"Iya tunggu sebentar!" ujar Bibi sambil berjalan agak cepat menuju ke ruang tamu.

"Hmmm iya ada yang bisa di bantu den?" ujar Bibi menanyakan kepada sosok laki-laki muda berwajah bule yang sekarang sedang berdiri di depan pintu.

Siapa lagi kalau bukan si Bryant.

"Ahh iya, Vino ada?" tanya Bryant sedikit kaku menggunakan bahasa Indo yang agak formal.

"Owh temennya mas Vino, sebentar ya bibi panggilkan!" ujar bibi langsung bergegas tanpa meminta Bryant untuk masuk dan duduk.

Namun beberapa langkah kemudian bibi tersadar.

"Aduh, kok jadi goblok gini sih aku!" ujarnya sambil kembali lagi nyamperin si Bryant.

"Ehh den bisa masuk dulu, silahkan duduk... Oh iya dengan den siapa?" tanya Bibi sambil tersenyum.

"Oh iya makasih Bi, saya Bryant!"

"Okay siap!"

Setelah Bryant duduk di ruang tamu, bibi langsung bergegas menuju ke kamar Vino untuk memberitahu bahwa ada temennya yang nyariin dia.

"Mas? Mas Vino? Ada temenya mas Vino nyariin mas, namanya Bryant!" ujar Bibi sambil mengetuk pintu kamar Vino.

"Mas? Mas?"

"Yaaa Bi ada apa?" sahut Vino dengan malas, karena baru tersadar dari tidur lelapnya bersama dengan kakak tercintanya.

"Itu di ruang tamu ada temenya mas Vino!"

"Temem?? Siapa bi?" tanya Vino sambil masih terbaring di atas ranjang.

"Namanya Bryant mas!"

Detik itu juga Vino langsung melompat dari ranjang dan langsung menyambar pakaian dan mengenakannya. Dia terlihat bingung sambil memegangi kepalanya.

"Aduh, ngapain sih nih anak kemari!" ujar Vino dengan bingung.

"Mas bibi buatin minuman dulu ya!"

"Iya bi!"

Aduh ngapain sih anak kemari, kayak gak ada kerjaan aja. Ngapain juga dia kemari. Duh kan aku jadi bingung mau pakai baju apa?

Aku mondar-mandir sebentar ke kamar memastikan bahwa apa yang akan ku pakai setelah ini gak memalukan baginya.

Aku langsung memutuskan untuk memakai, kaos oblong yang ukurannya agak besar dan pakai celana pendek olahraga di atas lutut.

Sebelum aku keluar aku berkaca terlebih dahulu, merapikan sebentar rambut yang masih acak-acakan. Ku buka pintu perlahan, sambil melihat kak Tristan semoga tidak kebangun, kalau dia bangun bisa perang dunia ke tiga nih!.

Aku menutup pintu dengan perlahan dan kemudian menghampiri Bibi yang sedang membuat minuman di dapur. Aku agak mengintip ke ruang tamu untuk memastikan bahwa Bryant masih berada di sana.

Aku melihat Bryant masih duduk di sana namun aku tidak menunjukkan wajahku karena aku hanya melihat sepatunya saja namun bukan wajahnya, karena aku hanya mengintipnya.

Duh Kenapa sih kok jantung gue jadi dag dig dug ser gini. Kayak mau ujian aja bawaanya.

"Bi, buat apa?"

"Ini lo mas, tak buatin es jeruk aja. Siapa tahu dia suka, soalnya wajahnya bule gitu!" ujar bibi sambil memeras jeruk.

"Bi dia tadi tanya apa aja!?" tanyaku pada bibi sambil melihat ke arah ruang tamu.

"Ndak ada Mas, cuma nanyain si mas Vino nya dimana gitu aja!" jawab Bibi sambil membawa es jeruk yang sudah jadi.

"Eh bi biar Vino aja yang bawa!" pintaku.

"Tapi mas..!"

"Gak papa bi, bibi siapin makan malam aja ya, tambahin satu porsi ya bi kalau dia mau makan malam disini!" ujarku sambil berjalan meninggalkan dapur.

"Siap Mas!"

Aku tidak menjawab bibi, namun hanya memberikan isyarat jempol padanya.

Aku berjalan dengan perlahan menuju ke ruang tamu memastikan bahwa aku berjalan dengan cool.

Pada saat aku memasuki ruang tamu, dan aku melihat dia duduk rapi di ruang tamu. Detik itu juga membuat tanganku yang sebelumnya biasa aja, jadi gemetar gak karuan.

Dan detik yang sama juga pada saat dia menyadari bahwa aku datang menghampirinya mata kami langsung terkunci detik itu juga.

"Ehh!"

"Awas!"

Njir hampir aja gue jatuh, tapi untungnya gak sampai jatuh cuman kepeleset dikit.

"Kamu gak papa?" tanya Bryant sambil mendekat ke arahku.

"Hei, is okay. Aku gak papa kok!" jawabku sedikit kaku. Niat banget dia berdiri gara-gara lihat gue hampir kepeleset.

Aku menaruh es jeruk ke atas meja, sembari duduk di sofa namun agak ujung dan berhadapan dengan Bryant.

Terjadi keheningan sesaat di antara kami berdua. Aku gak tahu apa yang akan aku obrolkan karna aku juga bingung, mau memulainya dengan cara seperti apa.

"Oh iya!"

Njir ngapain kok bisa barengan gini sih.

"Kamu duluan aja!" ujarku

"Kamu aja gak papa!" tukas Bryant.

Malah lempar-lemparan gini sih!

Ya udah deh gue beraniin buat nanya ke dia.

"Hmmm, btw ada perlu apa kamu kesini?" tanyaku pada Bryant, duh itu pertanyaan kasar gak sih? Kok aku kurang nyaman gitu ya.

"Ahh iya, aku hanya mau memastikan bahwa kamu sudah di rumah aja!" jawabnya sambil tersenyum padaku.

Njir bangsat kan, aku langsung salting sendiri gara-gara dia.

Aduh cuma di senyumin dikit aja bisa melayang njir. Dan aduh ngapain juga dia sok perhatian banget sama gue.

"Ahh kenapa begitu?" tanyaku sok sok goblok sama dia.

"Ah iya, soalnya tadi kan kamu gak ada di kelas waktu jam terakhir!" ujarnya

"Ahh, umm itu!" aku langsung mati kutu bingung mau jawab bagaimana, karena aku pulang awal kan hanya demi memuaskan nafsu doang sama kakak gue. Aduh mau jawab apa ini?

"Iya?" potongnya lagi.

"Ahh iya aku agak gak enak badan aja jadi aku pulang duluan!" jawabku dengan agak mengarang ya semoga dia percaya dengan apa yang aku katakan.

"Hah sakit, kamu sedang sakit... Sakit apa? Udah makan? Minum obat?" tanyanya tiba-tiba langsung berbondong banyak dan mendekatkan duduknya ke arahku.

Aduh itu kan rasanya gue salah bikin topik ini, sehingga Bryant malah jadi khawatir sama aku. Dia mendekatkan duduknya ke arahku sambil memegangi dahiku mengecek suhu tubuhku.

Harum banget parfumnya.

Aku sampai bisa mencium aroma tubuhnya, saking dekatnya dia denganku. Sehingga itu yang langsung membuatku terbungkam seketika.

"Ahh iya kamu agak panas!" ujarnya sambil melepas jaketnya dan kemudian di pakaikan ke aku.

"Kamu pakai dulu aja ya gak papa, ini hangat kok!" ujarnya sambil merapikan jaket yang dia pakaikan ke aku.

Jujur aku gak bisa berkata-kata pada saat itu, aku hanya bisa diam membiarkan dia beraksi dalam memanjakanku. Entah mengapa aku hanya bisa diam membiarkan dia melakukan itu semua kepadaku.

Astaga jangan bilang ini gue beneran suka sama dia?

Aduhh jangan Ya Tuhan, terus mau di kemanakan si Kak Tristan kalau sampai aku suka sama ni bocah.

Aduhh, gimana ini!!!

.

.

.


CREATORS' THOUGHTS
Neptunus_96 Neptunus_96

Gimana nih guys? Mau nambah lagi? Komen dan Riview ya.

Makasih buat yang selalu Setia nunggu, dan selalu Setia Ngasih Power Stone... Semoga Masa Karantina ini bisa nemani kalian.

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C17
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login