Download App

Chapter 19: Bab 18

Gathan memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah Rana. Merapikan tatanan rambutnya sebentar sebelum kemudian keluar dari mobil. Berjalan dengan mantap menuju pintu rumah Rana. Mengetuk pelan pintu kayu warna coklat tersebut. Berdiri dengan gelisah di depan pintu menunggu yang empunya rumah membuka kan pintu untuknya. Tiba-tiba rasa gugup menyerangnya.

Pintu perlahan terbuka dan muncullah sosok Saras, Ibu Rana.

"Assalammu'alaikum, Tante," sapa Gathan tersenyum ramah.

"Wa'alaikumsalam. Ayo masuk!" ajak Saras pada Gathan.

"Iya, Tan." Gathan mengikuti Saras dari belakang.

"Duduk dulu, Nak Gathan.Tante panggilkan Rana dulu," ujar Saras kemudian.

Gathan hanya tersenyum tipis.

"Lho, rapi banget kamu, Than." Rajasa yang baru datang dari pintu depan kaget saat melihat Gathan duduk di ruang tamu.

"Malam, Om," sapa Gathan ramah.

"Malam. Mau pergi sama Rana?"

"Iya, Om." Gathan mengangguk sopan. "Om sendiri dari mana? Kok dari luar?" tanyanya kemudian. Mencoba mengobrol dengan pria yang siapa tahu bisa menjadi calon mertuanya.

"Tadi habis main catur sama Pak RT di pos ronda ujung gang."

"Mainnya sih dari sore, Than, pasti sambil nonton bola jadinya jam segini baru pulang," komentar Saras yang baru bergabung di ruang tamu. Wanita itu membawa teh untuk mereka berdua.

"Kalau sama Ibu, nontonnya sinetron galau tentang rumah tangga. Istri dimadu, istri matre, suami selingkuh. Ayah 'kan nggak suka," bela Rajasa tidak mau kalah.

"Halah alasan, bilang aja mau ngerumpi sama bapak-bapak kompleks."

"Lho, memangnya Ayah ini Ibu, yang doyan ngerumpi sama Ibu-ibu kompleks pas beli sayur."

Gathan tersenyum tipis melihat perdebatan orangtua Rana barusan.

"Yah, Bu, kok jadi berantem sih," tegur Rana yang baru saja datang.

"Ayah kamu ini lho."

"Ibu kamu, Ran."

"Sudah ah, Rana mau berangkat dulu. Assalammu'alaikum," pamit Rana mencium punggung tangan orangtuanya.

"Gathan sama Rana pergi dulu, Om, Tante," pamit Gathan ikut menyalami orangtua Rana.

"Jangan pulang larut malam," ujar Rajasa.

"Iya, Om. Assalammu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," jawab Rajasa dan Saras kompak.

*****

"Orangtua lo lucu ya," gumam Gathan pelan.

Saat ini mereka dalam perjalanan menuju sebuah restoran  mewah di daerah Kemang.

"Lucu? Berantem gitu kok lo bilang lucu?" tanya Rana heran.

"Iya, lucu. Meskipun berantem, tapi gue tahu kalau mereka saling cinta. Untuk gue yang selalu hidup di mana orang-orang selalu sibuk bekerja, pulang malam dan jarang makan malam apalagi bercanda. Melihat kebersamaan keluarga lo barusan membuat gue jadi iri." Gathan bercerita tanpa menoleh ke samping dan terus fokus pada jalanan di depannya.

"Orangtua selalu tahu apa yang terbaik untuk anaknya, Than," ujar Rana pelan.

Lampu merah menghentikan mobil mereka di persimpangan. Gathan kemudian menoleh ke arah Rana yang duduk manis di sampingnya."Hari ini, gue meminta izin, Na," ujarnya pelan.

"Hah? Izin?" Rana menoleh ke arah Gathan dengan dahi berkerut bingung.

"Izin untuk mengenal lo lebih dalam lagi. Izin untuk menjadikan lo teman hidup gue." Gathan berkata demikian dengan tekat bulatnya.

"Maksudnya?" Kali ini Rana ingin berpura-pura bodoh dan tak mengerti apa-apa dengan kalimat super jelas dari Gathan barusan. Sejujurnya ia tidak mengharapkan kalimat seperti itu dari mulut Gathan, setidaknya tidak dalam waktu dekat ini.

"Gue..."

Tin! Tin!

Klakson dari mobil di belakang mereka berbuni nyaring, membuyarkan suasana canggung di dalam mobil karena ternyata lampu sudah berubah menjadi warna hijau dan mobil Gathan belum melaju. Gathan segera menginjak gas dan melanjutkan perjalanannya.

Rana menoleh ke samping, berniat untuk tak melanjutkan obrolan tadi. Gathan juga memilih untuk diam dan fokus pada jalanan di depannya. Sampai mobil mereka parkir di halaman sebuah restoran, mereka masih sama-sama diam.

"Jangan bilang lo nyewa tempat ini?" ujar Rana saat melihat restoran di depannya kosong tak terlihat satu pengunjung sekali pun.

"Bukan nyewa, Na, tapi menutup restoran khusus untuk hari ini. Restoran ini punya Tante gue," jawab Gathan.

"Harus segitunya ya?" gumam Rana pelan.

"'Kan biar kayak di film-film atau drama korea, Na. Kisah kita itu genrenya romance, anggap aja ini salah satu usaha gue biar nggak salah genre," canda Gathan tak urung membuta Rana tersenum geli.

"Apaan sih? Emangnya kita lagi syuting film."

"Hahahaha." Gathan tertawa kecil. "Ayo masuk." Pria itu menggandeng tangan Rana dan membawanya masuk ke dalam restoran.

Seperti makan malam romantis pada umumnya. Mereka berdua menikmati makanan yang dibuat oleh koki handal dengan menu handalan di restoran ini, dengan suasana syahdu dan pemandangan kota Jakarta yang indah. Ditambah musik klasik yang mengalun dan dimainkan langsung oleh band profesional.

"Terimakasih untuk makan malamnya," ujar Rana tersenyum tulus. Perempuan itu menyelesaikan makanannya dengan lahap.

"Hehm." Gathan juga ikut tersenyum.

Setelahnya mereka berdua sama-sama terdiam.

"Ran," panggil Gathan pelan.

"Iya," jawab Rana menatap ke arah Gathan.

"Gue... Gue suka sama lo," ucap Gathan pada akhirnya. Kalimat yang sangat ingin ia ucapkan saat di mobil tadi akhrnya terucap juga. Akhirnya Gathan menyatakan perasaannya pada Rana.

Gathan menatap Rana dalam-dalam. Was-was menunggu jawaban dari gadis yang duduk di hadapannya. Beberapa detik berlalu dan gadis itu masih menunduk diam, Gathan bergerak gelisah di kursinya.

"Ran, lo..."

"Belum sekarang, Than," ujar Rana lirih. Gadis itu mengangkat kepalanya supaya dapat memandang mata Gathan. "Hatiku masih belum jatuh."

Gathan menggigit bibir bawahnya pelan. Pria itu tersenyum tipis dan kemudian menunduk. Meskipun ia sudah siap menerima apapun jawaban dari Rana, tetap saja ia merasa dadanya sesak. "Tapi ada kemungkinan jatuh, 'kan?" bisiknya pelan, masih menunduk. Gathan tak berani menatap mata Rana.

"Siapa yang bisa menjamin perasaan seseorang, Than. Gue nggak bisa menjanjikan apapun buat lo karena gue juga nggak tahu jawaban dari pertanyaan lo barusan." Rana menatap pria yang menunduk di hadapannya dengan tatapan nanar. Merasa bersalah karena sudah membuat hati pria itu terluka.

Gathan mendongakkan kepalanya ke depan. "Oke, gue ngerti," ucapnya pelan.

Keduanya saling menatap nanar.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C19
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login