Download App

Chapter 2: Wajah Ini Berlebihan

Anan Tian berjalan tanpa suara, langkah kaki yang didengarnya semakin dekat. Dia memperkirakan ada dua orang disana. Mencari tempat sembunyi terlebih dahulu untuk memantau orang tersebut. Dengan kekuatannya yang seperti ini, bila mereka adalah orang jahat maka hidupnya akan dalam bahaya. Anan Tian berjongkok di balik bebatuan, bersembunyi dalam bayangan dengan hati-hati. Untuk menciptakan cela mengintip, dia menarik tumbuhan seperti bunga menjalar berwarna hitam pekat yang memiliki keharuman yang menggoda. Dengan cepat dia memasukkan tumbuhan itu kedalam mulutnya, dia berpikir bahwa aroma tumbuhan ini akan menarik perhatian.

"Kakak Senior, apakah bunga bayangan hitam benar-benar ada disini?" suara remaja laki-laki terdengar mengisi keheningan gua.

"Menurut guru seperti itu. Amati sekeliling, bunga itu punya bau yang mencolok. Manfaatkan hidungmu." kali ini suara pria dewasa terdengar, suara itu terdengar menyenangkan. Anan Tian menduga bahwa pemilik suara ini pastilah seorang berwajah tampan yang gemar menggoda gadis-gadis.

Anan Tian masih bersembunyi, tangannya menggenggam tumbuhan hitam menjalar yang tadi diambilnya. Dengan cepat dia menghabiskannya. Cara makannya bukan cara biasa, tidak ada suara apapun yang muncul darinya. Ini salah satu teknik yang diajarkan padanya saat kecil. Matanya terus mengamati pergerakan dua orang itu, mereka terlihat mencari-cari sesuatu. Dia menduga bahwa tumbuhan yang mereka cari pasti apa yang dimakannya beberapa saat yang lalu.

"Kakak Senior, kita sudah mencari disekitar sini. Apa kita harus masuk lebih dalam?"

"Tidak perlu, akan berbahaya bila masuk terlalu jauh. Menurut rumor ada banyak serangga dan tanaman beracun di dalam sini. Menemukan bunga bayangan hitam memang penting namun tidak layak untuk mempertaruhkan nyawa kita sendiri." pria itu berkata dengan bijak. Anan Tian yang mendengarnya mengangguk setuju. Namun dia agak bingung, didalam sana dia sudah memakan semua hal baik tumbuhan ataupun binatang tanpa menyisakan sedikitpun! Pada kenyataannya dia merasa baik-baik saja, tak ada gejala keracunan sama sekali.

Di dalam kegelapan, seekor ular kecil melata di dinding. Ular itu memiliki sisik hitam berkilau. Anan Tian menatap ular yang melata ke arahnya. Dia tidak tahu harus bagaimana, dia tidak takut namun bila dia bergerak dan tanpa sengaja menimbulkan suara maka dia akan ketahuan. Tubuhnya belum pulih sepenuhnya jadi mustahil baginya untuk bergerak gesit menghindari ular kecil itu.

Ssshhhh... Sshhh... Ular itu mendesis dan menjulurkan lidahnya. Suara ular itu terdengar oleh kedua orang disana. Mereka melempar belati ke arah ular tersebut. Anan Tian yang terkejut mendapati belati kecil melayang ke arahnya reflek melompat guna menghindar.

"Fiuhhh... Hampir saja." Anak lelaki itu menghela napas lega, telat sedikit saja maka benda tajam itu akan menancap di kaki kecilnya yang baru sembuh.

"Siapa kau!?" Kedua orang itu tentu saja kaget melihat anak kecil keluar dari balik bayangan secara tiba-tiba. Ditambah dengan fakta mereka tidak dapat merasakan kehadiran anak itu sebelumnya.

"Kakak jangan salah paham dulu, aku hanya sedang sembunyi." Anan Tian mencoba menjelaskan sekaligus mencari kesempatan bagus.

"Anak ini sangat mencurigakan!" remaja lelaki itu berkata tegas namun pria di sampingnya tetap diam. Dia mengamati Anan Tian dari atas sampai bawah. Anak kecil itu berusia sekitar 8 tahun, dia tidak memakai baju dan hanya mengenakan celana yang compang-camping di bagian bawah. Kain yang dililitkan asal-asalan dipenuhi bercak darah kering menutupi bagian dada hingga perut. Namun walau terlihat kotor dan menjijikkan, wajah anak ini terlihat sangat tampan dan aroma samar yang menenangkan secara alami keluar dari tubuhnya. Pria itu menyimpulkan bahwa anak ini bukan anak biasa, ada sesuatu yang istimewa tentangnya.

"Adik, bagaimana kau bisa ada disini? Dari mana asalmu?" pria itu tersenyum ramah sambil mendekati Anan Tian.

"Kakak, aku sudah lama ada disini. Apa kakak akan membantuku keluar?" Anan Tian mengumpat dalam hati, dia terpaksa memelas seperti anak anjing yang minta dipungut!

Melihat wajah memelas itu, hati kecil pria yang terlihat tampan itu berdenyut sakit. Dia menduga bahwa anak ini pasti dibuang oleh keluarganya setelah mengalami penyiksaan saat melihat banyaknya bercak darah. Merasa ada perubahan pada ekspresi pria di depannya, Anan Tian terus memasang wajah malangnya seolah berkata, ayo pungut dan cintai aku!

"Baiklah, aku akan membawamu." tidak kuat dengan tatapan penuh harap itu, pria itu mengangguk. Anan Tian menyeringai di dalam hatinya. Terkadang bertingkah seperti anjing memang diperlukan. Biarlah dia menjadi hina dari pada harus mati di tempat ini. "Tapi kau harus membantuku, karena kau sudah lama disini maka aku ingin bertanya padamu. Apakah kau pernah melihat tumbuhan menjalar berwarna hitam dengan aroma yang kuat?"

"Tumbuhan ini?" Anan Tian membuka kepalan tangannya yang menggenggam sisa tumbuhan yang dimakannya tadi. Hanya ada beberapa helai daun berwarna hitam dengan permukaan keriput di telapak tangan kecilnya. Aroma harum menyebar di tempat itu. Mata kedua orang itu melebar saat melihat dedaunan layu itu.

"Dimana kau mengambilnya?" remaja muda itu bertanya dengan antusias.

"Dicelah batu itu, tapi hanya ini yang tersisa. Yang lain sudah aku makan."

"Kau-, mengapa kau memakannya?" wajah remaja itu berubah kelam, pria di sebelahnya juga tidak jauh berbeda namun dia masih bisa mengendalikan kekesalannya.

"Kakak, aku perlu makan untuk bertahan hidup." jawaban itu terdengar sangat polos, wajah tidak berdosa itu mulai sedikit memerah dan matanya mulai berlinang. Anan Tian bersikap menyedihkan lagi!

"Sudah, hanya beberapa helai ini cukup." pria itu kembali berbicara, kemudian dia mengelus kepala Anan Tian seraya tersenyum lembut.

"Kau bisa memanggilku Kakak Duan dan dia Kakak Fan. Kami berdua berasal dari sekte Bumi Langit."

"Aku Anan Tian, apa tempat asal kakak begitu hebat? Namanya terdengar sombong!" Anak itu bicara dengan terus terang tanpa beban. Duan hanya tertawa tanpa menjelaskan apapun. Pria bernama Duan itu mengangkat tubuh Anan Tian saat melihat bocah itu meringis pelan.

"Kakak Senior, lihat punggungnya!" Fan berseru, wajahnya tampak iba. Duan dengan cepat melihat punggung Anan Tian yang dibalut asal-asalan. Darah segar mulai merembes. Dengan cepat dia membuka kain yang membalut luka anak itu. Setelah di lepas sepenuhnya, dia terbelalak kaget. Luka itu sangat dalam dan sedikit mengangah. Kemungkinan luka ini baru akan menutup saat tanpa sengaja gerakannya yang mencoba menggendong Anan Tian mengakibatkan luka itu terbuka lagi.

Tanpa kata, Duan mulai menaburkan bubuk obat pada luka itu sebelum membalutnya dengan kain bersih yang diambil dari dalam cincin ruangnya. Anan Tian hanya diam saat diobati, dia sedang mengutuk tubuh kecil ini yang lemah dan rapuh. Melihat anak kecil itu hanya diam tanpa suara, hati Duan terasa nyeri. Apa yang dilalui anak ini hingga menjadi seperti ini?

Derap langkah kuda yang berlari kencang membelah jalanan. Pepohonan rindang berjajar di sisi jalan, sesekali akan terlihat binatang buas yang langsung di bunuh oleh Duan dan Fan. Anan Tian duduk di depan Duan, matanya bersinar cerah. Wajahnya penuh kebahagiaan, setelah sekian lama terjebak akhirnya dia bebas. Keluar dari tempat dingin dan lembab itu. Sinar mentari bersinar terik di langit, entah berapa lama dia tidak merasakan kehangatan.

Kuda iblis yang ditunggangi melaju lebih cepat dari kuda biasa yang pernah dilihatnya. Dia menyadari bahwa tempatnya berada sekarang adalah dunia yang berbeda, mulai sekarang dia harus berjuang untuk bertahan hidup. Dia bersemangat! Walaupun dulunya dia adalah pria dewasa berdarah dingin, masuk ketubuh anak-anak sedikit mempengarui pembawaannya. Di kehidupannya yang lalu, hanya darah yang menjadi mainannya sejak kecil. Tidak ada masa kecil seperti anak pada umumnya. Dia dituntut untuk dewasa lebih awal dan membunuh karakternya sendiri. Kali ini dia ingin mencoba merasakan masa kanak-kanak walau hanya sebentar. Saat Duan mengelus kepalanya dengan lembut, ada rasa hangat yang menjalar di hatinya. Perasaan yang tak pernah dirasakannya dulu dan dia menyukainya.

Lebih dari setengah hari terlewati saat mereka memasuki sebuah kota kecil, Kota Bambu Kuning. Ada banyak rumpun bambu kuning yang terlihat indah dan sedikit berkikau, mungkin nama kota di ambil dari tanaman ini. Melewati gerbang kota, mereka langsung membeli pakaian yang kayak untuk Anan Tian. Anak itu juga dimandikan terlebih dahulu. Para pelayan perempuan menatap Duan dengan penuh minat, pria itu sangat tampan. Saat membersihkan Anan Tian, Duan mengawasi dengan penuh perhatian. Dia khawatir luka anak itu bertambah parah. Setelah dimandikan dan memakai baju sutra ungu, rambut halusnya di sisir rapi.

"Anak ini seperti malaikat! Aku belum pernah melihat anak setampan ini!" seru pelayan perempuan yang baru selesai merapikan rambutnya. Menatap cermin perunggu di depannya, Anan Tian diam-diam mengagumi wajahnya sendiri.

"Tuan, anak ini sangat tampan. Apa dia adikmu?" tanya salah satu pelayan saat mengantar Anan Tian kepada Duan yang sedang duduk seraya meminum teh. Saat melihat anak kecil itu, cangkir teh ditangannya terjatuh. Dia terlalu kaget.

Sewaktu dia menemukan anak ini, dia tahu bahwa anak ini sangat tampan. Namun setelah dibersihkan dia tetap syok. Wajah anak ini sangat keterlaluan! Bagaimana bila dia dewasa? Bukanlah itu artinya dia bisa menghamili para gadis hanya dengan wajahnya? Anan Tian memiliki kulit yang putih dan halus, lebih halus dari giok. Rambutnya hitam berkilau dengan alis berbentuk pedang yang indah. Wajah ini berlebihan. Dulu dia mengira bahwa dia memiliki wajah yang luar biasa, namun bila dibandingkan dengan anak ini bagai langit dan bumi.

"Kakak Senior, aku sudah memesan penginapan terdekat. Kita bisa istirahat seteleh makan siang. Oh astaga!" Fan yang baru masuk sambil mengoceh melompat kaget. Anak gelandangan yang mereka pungut berubah menjadi anak dewa! Hal ini terlalu menyilaukan. Tanpa berkata apapun, Duan langsung menggendong Anan Tian karena dia tahu tubuh anak ini lemah dan berjalan menuju restoran terdekat. Fan langsung mengeluarkan beberapa perak guna membayar pelayanan untuk Anan Tian si bocah tampan.

Sepanjang jalan, pria dewasa dan anak kecil digendongannya menjadi pusat perhatian sedangkan Fan tampak seperti seorang pesuruh. Ini merupakan siksaan tersendiri baginya. Berjalan dengan santai, mereka memasuki restoran mewah dan menuju lantai dua restoran. Mereka memilih tempat duduk yang berada di dekat jendela. Lantai dua merupakan tempat orang kaya di kota ini. Ada banyak pemuda pemudi dari keluarga besar yang berkuasa makan disini. Kedatangan pria dan anak kecil yang sangat tampan menarik perhatian terutama para gadis, setiap gadis menyukai pria tampan. Beberapa pria mendengus dan menatap dengan iri. Bagaimana langit begitu tidak adil dalam membentuk wajah? Terutama saat melihat si kecil Anan Tian yang duduk di sebelah Duan sambil mengayunkan kakinya, tatapan pria disini seakan ingin merobek wajahnya dan mencurinya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login