Download App

Chapter 12: Terulang kembali(18+++++)

Aku harus bagaimana? Tubuhku tak bisa bergerak, dan dia mulai mendekatiku. Bibirnya yang hangat menyentuh bibirku dengan sangat lembut. Tak lama kemudian permainan kak Nandar mulai menggila. "Ahh... Ahh.. Jangan terlalu kasar ka.." Aku mendesah kesakitan, saat dia mencoba menggigit bibirku. Tak hanya menggigit, Kak Nandar juga menghisap bibirku dengan sangat kuat, hingga membuatnya luka.

"Aww... Sakit."

Seketika melihat aq menangis kesakitan, kak Nandar langsung menghentikan ciumannya.

"Ma.. Maafkan aku Joe, A.. Aku terlalu kasar. Aku minta maaf." kepalanya yang tertunduk, membuat diriku gemas melihatnya. Akupun memberanikan diri, menghadapkan wajahnya kehadapanku dan mencium bibirnya dengan lembut. Meskipun masih terasa sakit, tapi aku juga tidak bisa menahan hasrat yang disebabkan olehnya tadi.

Begitu melihat tindakan yang aku berikan, Dia langsung membalas dengan menggerayangi bagian tubuhku dan mulai melepaskan pakaianku satu persatu. Kini tubuhku tak tertutupi sehelai benangpun. Aku malu. Kedua tanganku reflek menutupi wajahku. Kak Nandar berbisik ditelingaku.

"jangan lakukan itu."

"Hmm... Aku malu." ucap ku.

"itu membuatku semakin ingin memakanmu."

Wajahku semakin memerah, saat dia mengatakannya.

Dia bermain cukup lama, hingga membuatku semakin bergairah. Lidahnya memainkan putingku dengan lihai. Gigitan-gigitan kecil, membuatku mengeluarkan suara yang membuat Kak Nandar semakin menggila. Tak lupa dengan tangannya yang memainkan milikku dengan perlahan. Aku mulai menggila dengan permainannya. Tanganku memeluk belakang leher Kak Nandar dan menekannya, agar gigitannya semakin dalam. Desahan keraspun keluar dari mulutku.

"aaahhnnnhggg Iya. terus kak, disitu... enak.. Enak banget."

Tak lama, tangannya berpindah ke bagian bawah. Dia mulai menyentuh lubang kecil milikku dengan lembut. Dan jarinya berusaha memaksa masuk kedalam.

Disitu aku langsung terdiam dan menutupi wajahku. Seketika, kejadian yang telah terjadi beberapa tahun lalu dan sudah aku lupakan, Langsung teringat. Betapa sakitnya, betapa takutnya, dan juga ancamannya pada diriku, masih teringat begitu jelas. Tubuhku langsung gemetar. Melihat diriku yang seperti itu, kak Nandar langsung berhenti.

"Joe, kau kenapa?"

Diriku hanya menangis dan kedua tanganku tetap menutupi wajahku.

Kak Nandar berusaha menenangkan dengan menyentuh tubuhku, tapi aku langsung menjerit ketakutan.

"Joe tenang... Ini Aku Nandar, Hei lihat aku, lihat aku disini. Aku bersamamu... Tenanglah..... ada apa?" Dia begitu takut ketika melihat reaksiku dan merasa sangat khawatir.

Aku mulai membuka mataku, dan sadar bahwa di depanku ada seseorang yang aku kenal.

" Kak Nandar... " Aku langsung memeluknya begitu erat, dan terus menangis.

Kak Nandar bingung dengan tindakanku barusan. Dia terus mencoba menenangkanku. Begitu tangisanku berhenti dan aku mulai tenang, disitu aku menceritakan semua yang telah menimpaku beberapa tahun yang lalu. Diapun akhirnya mengerti.

"Maafkan aku Kak, Diriku seperti ini. Aku belum siap."

"Joe, Kakak yang seharusnya minta maaf padamu, karena tidak bertanya apakah kau mau atau tidak. Aku mengerti kondisimu sekarang. Kakak akan menunggu sampai kau siap." ucapnya sambil tersenyum hangat yang membuatku tanpa sadar mencium bibirnya. Aku terkejut dengan tindakanku sendiri, dan kemudian wajahku kembali memerah. Aku tak tahu harus apa.

"Hmm...udah malem aku tidur ya selamat malam." Aku langsung tidur membelakanginya.

Kak Nandar hanya diam tak berkata apapun. Tiba-tiba dia memelukku dari belakang. Dan berkata

"Aku menyayangimu Joe." dan dia mengecup kepala ku.

Dalam hatiku (kyaaaaaaaaaa, kaya di film-film gitu. Hmm kaya gini ya rasanya... Seneng banget.)

Meskipun hal tersebut tidak sampai terjadi, aku cukup senang karena ada seseorang yang membuatku nyaman dan tenang saat tidur dipelukannya.

Keesokan harinya, aku terbangun dan melihat ke sekeliling kamar.

"Hmm... Kemana Kak Nandar."

Aku turun dari tempat tidur dan mengecek ke dapur, kamar mandi, dan balkon tetap tidak ada. Kemudian ponselku berbunyi. Itu adalah pesan dari kak Nandar.

Nandar : Aku harus pergi. Ada Kelas pagi yang harus aku isi.

Joe. : Hmm Baiklah.😔

Nandar. : kenapa murung?

Joe. : Kenapa ngga beli sarapan atau apa gitu? Ngga peka ishh 😑

Nandar. : Maaf.. Aku terburu-buru tadi.

Joe. : ...

Nandar. : Baiklah, sebagai gantinya aku akan mengajakmu jalan-jalan nanti malam oke..

Joe. : Oke, Baiklah. Aku sayang Kakak😍

Nandar. : 🙂 (dalam hati, ini anak ada aja maunya ya, pengen aku masukin dalam saku kalo bisa.)

Hari ini aku sangat bersemangat, entah kenapa wajah kak Nandar terus muncul dikepalaku. Aku tak bisa membayangkan bagaimana penampilannya nanti. Tiba-tiba seseorang menabrakku dari depan.

" Aww..." Aku pun terjatuh.

"Kau tak apa?" Pandanganku langsung tertuju pada orang itu. Dia adalah mahasiswa jurusan teknik, dan terkenal akan kenakalannya. Namanya Roy. Meskipun dia terlihat tampan, tinggi dan badan yang kekar, sifatnya yang begitu suka memaksa dan suka membuat onar, seperti tawuran, berantem dan masih banyak lagi, membuatku ingin segera pergi dari pandangannya.

"Hei jawab kalo gue tanya!!" dia memulai aksi sok jagoannya.

Aku hanya diam, mengambil tasku yang terjatuh dan mulai melanjutkan jalanku. Tapi, Dia menarik bajuku dari belakang dan membuat tubuhku berada didepannya. Roy mendekatkan wajahnya kehadapanku.

"Hei, lo anak beasiswa itu kan, terpintar di kampus? Hmmm... Lo ini cowo ato cewe sih, muka bisa cantik gini. Bikin gue nafsu jadinya Hhhhh." dia tertawa dengan teman-temannya.

Aku hanya terdiam. Akan tetapi tindakannya mulai keterlaluan. Dia mencoba memegang dan meremas bagian belakangku dengan kuat. Seketika tanganku reflek menghantam wajahnya. Dia langsung terjatuh ke lantai. Aku terkejut, 'begitu kuat lah tonjokanku?' tanpa pikir panjang aku langsung lari meninggalkan mereka.

Untung saja mereka tidak mengejar, karena ada dosen yang lewat tadi. Aku tidak begitu memikirkan apa terjadi barusan. Aku hanya terfokus pada jalan-jalan nanti malam bersama kak Nandar. Aku tak sadar, jika tindakanku tadi membuatku dalam masalah besar.

Setelah jam pelajaran selesai, itu menunjukkan pukul 5 sore. Aku segera bergegas pulang ke asrama untuk bersiap-siap. Setelah berjalan beberapa saat, beberapa orang menghadangku di jalan. Salah satunya adalah Roy. Itu hari yang buruk buatku. Jalanan juga mendukung aksi mereka. Entah mengapa tidak ada orang sama sekali.

"Hei cwo cantik, mau kemana? Lo ngga bakal lolos dari kita hari ini. Hei kalian, bawa dia ke mobil." dia memerintahkan temannya untuk memaksaku masuk kedalam mobil dengan segala cara. Tangan, kakiku diikat dan mulutku juga di tutup dengan lakban. Aku tak bisa melakukan apapun. Roy membawaku pergi dan teman-temannya mengikuti dari belakang menaiki motor. Aku takut, kemana dia akan membawaku?

Tiba tiba mobil terhenti di suatu bangunan yang nampak tua dan sudah ditinggalkan selama puluhan tahun. Mereka mengeluarkanku dari mobil dan membawaku masuk kedalam bangunan tersebut. Aku dibawa masuk kedalam ruangan yang entah itu ruangan apa. Dan kini, aku sudah duduk dikursi dengan tangan dan kaki yang masih terikat, tak lupa lakban yang membungkam mulutku.

"Mmmpppp.... Mmmpppp... Mmmmppppp(lepaskan... Lepaskan aku... Tolong...)" Aku berusaha berteriak, tapi itu percuma saja.

"Haahh, Lo bilang apa? Mmppp.. Mmppp Hhhhh Hhhhh...." Roy dan teman-temannya mengejekku dan mentertawakanku disana.

" Lo tau kan apa kesalahan yang udah lo lakuin? Ini...!!! Bekas tonjokan lo tadi siang. Gue bakal bales lebih dari ini." Tambahnya sambil membentak diriku.

" Hei kalian, bawa kamera kesini. Oh anak yang malang... Kau cwo tapi sangat cantik, membuatku ingin mencobamu. Kalian keluarlah, aku ada urusan penting dengannya. Teman-teman Roy segera keluar dan menutup pintu ruangan tersebut.

" Mmmpppp....mmppp... (Hei apa yang akan kau lakukan)" Aku panik dan terus memberontak. Tapi tangan dan kakiku terasa sangat sakit jika aku banyak bergerak. Roy mulai mendekatiku dengan kamera yang masih di bawanya. Dia merekamku dan aku tahu bahwa dia akan melecehkanku. Kemudian dia menyententuhku di bagian dada dan mulai menggerayangi semua bagian tubuhku. Aku tak bisa lakukan apapun. Semakin aku banyak gerak tangan dan kakiku terasa sangat sakit. Roy menggendongku menuju kasur yang sudah ada sejak tadi disana. Dia langsung merobek baju yang aku kenakan dan mulai memainkan putingku.

"Mmppp...mmmmppp..." Aku tidak bisa bernafas.

Begitu Roy melihatku, dia melepas lakban dimulutku. "Aaahhh! ... ennnggggghhh!..." Aku menangis dan tak sadar desahan keras keluar dari mulutku.

"oh... Kau menyukainya? Baiklah aku akan memberi pengalaman yang terbaik untukmu." Roy langsung membuka celanaku dan mulai memasukkan jarinya yang besar itu kedalam lubang kecil milikku.

"tunggu.... Aahhhnn! .. Jangan lakukan itu ku mohon... Aahhh! ... enghh!..." tangisanku kini semakin menjadi, karena ini sama seperti waktu dulu. Aku tak tahan dengan semua ini. Pandanganku buram, dan terlihat semakin tidak jelas. Disitu aku tak sadarkan diri. Roy melihatku tak bergerak sedikitpun. Akan tetapi dia tak menghiraukannya. Dia terus melanjutkan tindakan keji tersebut. Dia mulai membuka semua pakaian miliknya dan jelas, rudal miliknya kini sudah membesar dan mengeras. Tanpa menunggu lama dia langsung memasukkan miliknya itu kedalam lubang kecil milikku. Aku yang sedari tadi tak sadarkan diri, langsung terbangun akibat sesuatu yang telah menusuk bagian belakangku dengan sangat Keras. "Aaargghhhh! ...sakit...aaahhhh! Ja... Jangan la...kukan.. i.. Itu.. Aahhnn!... SAKIT... " Aku berteriak dengan keras menahan sakit yang luar biasa itu.

"Sh*t... lubang lo sempit banget Anj*ng... Enak banget sumpah." Dia semakin menggila dengan suara yang aku keluarkan.

"Yah, berteriaklah... Terus... Ahhnn!.." Roy langsung menggoyangkannya dengan sangat keras, tanpa ampun dan penuh dengan nafsu membara. Dia terus memompa dan memompa tanpa henti. Aku terus berteriak dari tadi menahan sakit yang tak ada habisnya. "Aahnn! Aahh! Aahh!... Tolong..hen..tikan.. Ro.. Roy.." suaraku terbata-bata.

"Hahh...apa kau memanggil namaku. Aah....terus panggil namaku.. Terus atau aku tak akan menghentikan ini Aahh..ahh." Roy melepas benda miliknya dan kemudian membalikkan tubuhku hingga kami bertatapan. Roy langsung memasukkannya lagi dengan sangat keras dan terus memompa tubuhku tanpa mendengar perkataanku tadi.

Karena aku tak tahan lagi dengan dirinya, akupun melakukan apa yang diperintahkannya.

" Ro...Roy...Roy...A..Aku tak tahan la... Lagi. " selain memompa dia juga mengocok benda milikku, hingga akupun juga ingin mencapai puncak.

" Iya terus... Terus panggil namaku... Aku akan keluar... Ahh.. Aahh..." Roy menggoyangkan pinggangnya semakin kencang dan akhirnya kami mencapai akhir.

"AAAHHH.....engghh..." Kami berdua mendesah keras. Kemudian Roy langsung menindih tubuhku dan berbisik ditelingaku.

"Apa kau suka, haahh... Kau menikmatinya, hingga kau juga keluar?" aku tak menjawab apapun karena setelah mencapai akhir tadi, aku kembali tak sadarkan diri.

Ketika aku terbangun, aku melihat sekililing ruangan ini dan aku sadar bahwa kini aku sudah di kamarku. Aku melihat tubuhku yang sudah bersih dan telah mengenakan pakaian tidurku.

"Apa yang telah terjadi, aku hanya ingat waktu Roy memperkosa diriku, dan sekarang aku ada disini? Bagaimana?"

Perasaan takut masih sangat terasa pada diriku. Aku susah untuk berdiri dan apalagi berjalan. Tenagaku juga tak tersisa sedikitpun. Aku melihat sekarang sudah jam 2 pagi. Begitu aku melihat ponselku, panggilan tak terjawab 20 kali dari Kak Nandar.

" Apa yang harus aku lakukan? Aku tak tau lagi harus bagaimana? Apa aku telpon kak Nandar aja ya? Tapi, aku tak punya bukti apapun untuk membuktikan bahwa Roy telah melecehkanku. Aku akan mencobanya, aku tahu bahwa dia akan percaya padaku."

Belum aku menekan tombol panggil, ada panggilan nomor tak dikenal masuk.

" Halo, Ini siapa ya? "

" Sayang kau sudah bangun, Apa tidurmu nyenyak? Kau sangat menawan semalam." suara yang masih membuatku trauma, Roy.

"Apa kau gila, kau telah melecehkanku dan aku tak akan tinggal diam. Aku akan segera melaporkanmu Roy." Nadaku meninggi, sembari air mata yang menetes karena dalam hatiku, aku masih takut.

"No...No... No... Kau tak akan bisa membuktikan apapun karena kau tak punya bukti. Dan kau ingat sayang?.... Aku punya rekamanmu semalam. Jika kau macam-macam, video ini akan tersebar ke seluruh dunia. Dan bila kau terus mengikuti permintaanku, hal itu tak akan terjadi hhh. "Roy mencoba mengancam.

Aku ingat akan kamera yang dia bawa semalam. Kini Akupun terdiam, dan tak bisa berbuat apa-apa. Ancaman itu membuatku mengingat akan ancaman beberapa tahun lalu.

" Baiklah, apa yang kau mau? "tanyaku dengan suara datar, penuh dengan keputusasaan.

" untuk saat ini aku hanya memintamu untuk diam dan tak mengatakan apapun, ingat itu. "

Tuuut...

Suara panggilan di akhiri. Tubuhku langsung lemas, kepalaku sangat berat rasanya. Aku tak bisa berbuat apapun. Akupun terus menangis, dan meratapi mengapa hidupku seperti ini, mengapa aku dilahirkan. Tak lama setelah itu, akupun terlelap.

.

.

.

.

Tunggu up selanjutnya ya...


CREATORS' THOUGHTS
Joe_Veri Joe_Veri

Mohon maaf jika bab yang sekarang bahasanya terlalu kaku...

Thor mencari referensi dari beberapa novel disini... Mohon maaf jika ada salah.

.

.

.

Oh iya, jangan lupa untuk terus kasih dukungan ya, dengan memberikan komen, saran atau pun kritik itu sangat berharga bagi thor... Love you all❤️

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C12
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login