Download App
33.33% Titik Putih

Chapter 2: Tragedi1 Bagian ke-2

Diah sedang duduk dibangku panjang dekat ruang kelas Diploma, tas selempangnya ia taruh diatas meja, memainkan ponselnya, menunggu Rena datang. Biasanya Rena yang selalu datang lebih awal darinya, karena jarak rumah Rena lebih dekat ke kampus dibanding rumah Diah. Tapi hari itu Rena sengaja datang saat waktu masuk kelas mepet karena alasan utama adalah ibunya yang menyuruh untuk menjemur pakaian sebelum dia berangkat ke kampus.

Rena memanggil Diah dan duduk disebelah perempuan itu. Rena melepas kuncir rambutnya, walau rambutnya hanya se-leher tapi jika berada dalam cuaca panas kota Jakarta akan membuatnya lebih cepat berkeringat. "Mau ke kelas kapan Ren?" tanya Diah yang sedang mengecek jadwal kehadiran dosen di web universitas.

"Sebentar Dee, capek." Rena membuka tasnya dan mengambil botol air minum berwarna merah mudanya. "Kau bilang ingin membawa laptop?" tanya Diah yang melihat Rena memakai tas kecil. Rena tersenyum dan segera menunjuk sesuatu berwarna hitam yang ternyata adalah tablet laptopnya, Diah hanya mengangguk mengerti.

Mereka segera menuju kelas yang berada pada gedung H, semester ini kelas mereka berada digedung H. Berjalan melewati jalanan yang selama tiga tahun ini selalu mereka lewati. Mereka sengaja melewati taman yang berada dibelakang tempat Fakultas Ilmu Komunikasi mengadakan setiap seminar-seminar, jika lewat didepan tempat itu berhadapan langsung dengan kantin dan disana banyak sekali para pria yang suka merokok.

Hal yang Rena dan Diah benci; bau rokok. Mereka sangat tidak menyukai hal itu, pertama; karena memang itu merusak tubuh dan kedua; karena baunya sangat menyengat dan menempel dibaju. Alasan utama mereka lebih kepada bau yang menempel di baju mereka.

Memasuki gedung H, menekan tombol lift menuju ke lantai empat. Rena menghentakkan kakinya pelan. Lift digedung H memang terkenal lama, berbeda dari gedung A hingga G. Memasuki lift, menunggu lift mengantarkan mereka pada lantai tujuan, masuk kekelas, menunggu dosen, dosen datang dan materi dimulai. Ya itu adalah aktifitas para mahasiswa dan mahasiswi setiap harinya saat mereka dikampus.

~oo0oo~

"Nin, kamu catat materi yang ini tidak?" Sarah menunjuk tulisan yang tertulis pada bukunya, menyodorkannya pada Anin yang sedang sibuk dengan gadgetnya. Jessi datang, duduk disebelah Anin. "Sudah dihapalkan semuanya? Ah bingung, sebenarnya materinya sampai mana?" minggu-minggu ini sedang minggunya Ujian Tengah Semester.

"Sampai materi pertemuan kemarin, aku juga belum menghapal itu," ucap Anin saat mendengar perkataan Jessi. Jessi membolak-balikkan kertas pada bukunya guna menghapal materi kuliahnya, namun sayang hapalannya tidak ada yang masuk ke otaknya.

Anin, Jessi dan Sarah malah tidak menghapal sama sekali, mereka malah sibuk dengan gadget mereka. Anin yang masih sibuk dengan serial animasinya, Jessi yang sibuk dengan komik online yang sedang dibacanya dan Sarah yang sedang chatting dengan temannya.

Tak lama mereka memasuki kelas karena dilihat sudah banyak yang datang, duduk jauh dari meja dosen agar mereka berharap dapat berdiskusi satu sama lain. Dosen datang dengan map yang bersisi kertas soal dan kertas jawaban. Duduk sambil menaruh barang-barangnya, kemudian membagikan kertas-kertas itu pada murid-muridnya.

Sebagian dari murid-murid ada yang mengeluh kesal, ada yang diam tak berkutik, tersenyum bahkan pasrah karena soalnya lewat dari prediksi mereka. Sama halnya dengan Sarah, Jessi dan Anin saling bertatap satu sama lain, kemudian mulai menulis nama, nomer mahasiswa dan jawaban yang mereka ketahui.

~oo0oo~

Suara ledakan disertai dengan matinya lampu. Bagi para mahasiswa dan mahasiswi mereka bersorak ria karena itu artinya UTS akan dibatalkan, paling tidak dibawa kerumah. Karena tidak mungkin mengerjakan dalam keadaan kelas yang gelap, bisa saja sebenarnya jika dosen mereka orang yang mementingkan perkuliahan, sayangnya dosen mereka termasuk ke golongan yang jarang masuk kelas.

Digedung H memang sering terjadi konslet listrik karena dulu pernah terjadi hal yang sama yang terjadi sekarang, sehingga membuat para mahasiswa dan mahasiswi tidak menanggapi hal itu dengan serius.

"Pak, UTS-nya jadikan take home karena mati lampu pak." Ucap seorang mahasiswa dengan rambut gondrong yang terlihat seperti lelaki nakal. Yang lain menyetujui ucapan lelaki tadi dan bersorak untuk ditundanya UTS hari itu.

"Kalian ini maunya saja, kumpulkan saja seadanya," ucap dosen itu sambil membereskan tas dan laptopnya, mahasiswa dan mahasiswi yang berada dikelas itu mengucapkan ungkapan kekecewaan mereka, termasuk Jessi, Anin dan Sarah yang berada dikelas itu.

Suara gaduh diluar kelas memecah kekecewaan murid kelas itu, dosen keluar dan berkata "ya sudah take home saja, besok dikumpulkan jam delapan pagi." Kini suara diruang kelas itu lebih keras dari suara gaduh didepan kelas mereka. Mereka membereskan barang mereka, dan berhamburan keluar.

Jessi, Anin dan Sarah sengaja tidak buru-buru, karena mereka pula tidak sedang buru-buru, lagipula kelas mereka untuk hari itu hanya mata kuliah ini. Mereka membereskan barang-barang mereka dengan santai "Kenapa bisa mati lampu? Lalu suara ledakan itu apa?" tanya Sarah yang sedang merapihkan bajunya.

"Tidak tahu, nanti saja kita lihat. Sepertinya dari bawah," Anin membuka pintu, Jessi dan Sarah mengikuti dia menuju ketangga disebelah lift yang biasa mereka pakai, karena mati lampu, mereka tidak bisa memakai lift. Saat ingin menuruni tangga, mereka bertemu dengan Rena dan Diah yang turun dari lantai empat.

Rena dan Diah memanggil ketiga temannya itu, bertanya soal mati lampu dan suara ledakkan. Turun bersama dan saat sampai lantai dua mereka melihat kegaduhan di lantai satu, suara teriakkan memekakan telinga mereka. Mati lampu saja sampai heboh, pikir mereka berlima.

"Ada apa?" tanya Rena pada orang yang berlari melewatinya, "ada orang gila, dia mengejar orang-orang. Benar-benar aneh." Mereka yang ada di sana bingung seketika, orang yang tadi menjawab pertanyaan Rena berlari keatas entah ingin kemana.

Ada sebagian orang yang mengikutinya dan ada sebagian orang yang mengabaikan ucapannya, termasuk Rena, Anin, Jessi, Diah dan Sarah. Mereka segera menuruni tangga menuju lantai satu, saat berada dipertengahan tangga, mereka melihat beberapa orang yang berlari-lari tidak jelas, dengan diiringi teriakan. Kelima gadis itu tersenyum iseng. "Ada acara apa? Kenapa sampai seperti itu?" ucap Anin yang melihat adegan brutal tepat berada didepannya.

Saat sedang membahas adegan itu, mereka terkejut saat melihat beberapa orang baik pria atau wanita digigit oleh orang-orang aneh yang mengejar mereka. Seketika itu juga yang berada disana gemetar takut, adegan itu benar-benar sangat brutal dan acting yang luar biasa, entah apa yang dipikirkan pihak universitas saat membuat acara seperti itu. Benar-benar luar biasa, pikir mereka yang berada disana masih memperhatikan adegan per adegan.

"Itu darah?" ucap Rena yang sudah lemas dan gemetaran, badannya sudah pucat melihat cairan merah kental itu. "Apa ada syuting?" Sarah berpendapat demikian karena kampus mereka memang biasa dipakai menjadi tepat syuting sinetron atau acara mengerjai orang dan semacam itu.

Beberapa orang yang berada didekat kelima gadis itu meremehkan adegan yang berada dilantai satu itu, mereka turun dan tertawa, namun tawa itu menjadi teriakan kala orang-orang aneh itu menghampiri mereka dan dengan brutalnya mengigit tubuh mereka.

Rena, Diah, Anin, Jessi dan Sarah terkejut saat melihat itu, kaki seolah tak merespon apapun, kaku ditempat saat melihat adegan itu. "Serius? Jangan bercanda." Sarah berbicara dengan nada pelan dan gemetaran, bukan hanya suaranya tapi juga seluruh tubuhnya.

"Itu apa? Kenapa wajahnya seram? Aku mual melihatnya," Rena menutup mulutnya saat melihat hal tersebut, tidak tahan dan seolah ingin mengeluarkan seluruh makan siangnya.

"Kita jadi turun, tidak?" tanya Jessi yang sama terkejutya. "Tidak mau, aku takut. Kita kembali keatas saja," Rena menarik tangan Diah yang masih diam karena kejutan yang dilihatnya.

"-ayo cepat," ucap Rena yang kini menarik Diah dan Anin, walau masih terkejut dan kaki yang seolah tidak ingin merespon ucapannya, Rena tetap pada pendiriannya yang tidak ingin ikut turun seperti mahasiswa dan mahasiswi yang lain.

"Itu zombie?" tanya Diah pelan namun sanggup didengar oleh keempat gadis disebelah dan didepannya, mendengar perkataan Diah, mereka berempat terkejut bukan main, bahkan orang-orang yang berada berdempet dengan mereka pun kaget mendengar perkataan Diah. Zombie yang selama ini mereka lihat di televisi kini berada tidak jauh didepan mereka. Jangan bercanda, pikir yang ada disana.

Rena terkekeh pelan setelah rasa terkejutnya reda. "Hah, acting yang bagus. Ayo cepat keatas. Aku tidak tahan walau ini hanya acting." Sebagian dari orang-orang yang berada didekat Rena sama tertawa seperti Rena saat mendengar ucapan Rena yang menurut mereka sangat logis.

"Mana mungkin ada zombie, itu hanya ada di novel dan film saja." Ucap Sarah sambil menaiki tangga menyusul ketiga temannya yang sudah berada di tangga paling atas.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login