Download App

Chapter 2: Part 2

*•~•~•~•~•~•~•~•*

Selαmαt membαcα

READERS💜

*•~•~•~•~•~•~•~•*

Kriiing...Kriiing...

Tasya terbangun dari tidurnya saat alarm berbunyi dan segera ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.

Setelah itu ia segera pergi ke bawah untuk sarapan bersama keluarganya. Tasya lebih mendahulukan makan dibandingkan dengan mandi, itu telah menjadi rutinitasnya setiap harinya.

Saat ia hendak pergi ke dapur ditengah-tengah jalannya ia terhenti karena melihat sosok seseorang yang sangat ia rindukan berada di ruang makan sedang duduk di samping ayahnya.

Tasya segera berlari menghampirinya dan memeluknya dari belakang dengan erat yang membuat orang tersebut kaget atas perlakuannya.

"Abang...kapan pulang Billa kan rindu," ucap Tasya masih memeluknya.

"Sabil bikin kaget aja," balas Rey.

Setelah enam bulan berada di Inggris untuk mengurus kantor cabang perusahaan dari orangtua nya, Reynaldi Putra Pratama pewaris tunggal Pratama Comp anak pertama dari pasangan Revan dan Reni akhirnya kembali ke rumah.

Tasya terkekeh melihat Rey, "Selamat datang kembali di rumah, abangku sayang," Tasya mencium pipi Rey lalu duduk di sampingnya.

"Ih bau asem lo belum mandi ya?" Rey menutup hidungnya dengan tangan.

"Wangi gini bau dari mananya?" Tasya menghirup aroma bajunya sendiri yang wangi seperti bunga sakura, "Tapi emang bener sih bang Tasya belum mandi hehe," lanjutnya.

Rey menjewer telinga kiri Tasya, "Dasar bocah kelakuan masih sama kayak dulu gak berubah sama sekali,"

"Aduhh bang ampun bang," Tasya mengaduh meminta ampun kepada Rey, "Bukannya bantuin malah ketawa, bantuin dong yah ihh," gerutu Tasya kesal.

Revan hanya menggelengkan kepalanya untuk membalasnya. Tasya pun semakin kesal dan mengaduh kesakitan.

"Sudah ayo makan, kalian ini pagi-pagi udah ribut dasar bocah" Reni datang sambil membawa nasi goreng ke meja makan dibantu oleh bi Inah. Bi inah kembali ke dapur setelah selesai menaruh makanannya.

Rey merasa puas telah menghukum adiknya itu lalu ia melepaskan tangannya dari Tasya. Akibatnya telinga Tasya menjadi merah.

"Bang Rey nya duluan tuh bun," adu Tasya kepada Reni.

Reni duduk di sebelah Revan, "Sudah-sudah ayo makan."

"Iya bun, bi Inah sini sarapan bareng," ucap Tasya melihat ke arah bi Inah yang sedang membersihkan dapur.

"Terima kasih non, tapi bibi harus beres-beres dulu non," ucapnya sambil menunduk memberi hormat.

Tasya menghampiri bi Inah, "Udah bi beres-beresnya nanti aja, sekarang bibi sarapan dulu biar tenaganya bertambah."

Bi Inah melirik ke arah Reni, "Tapi non."

Reni hanya mengangguk kepada bi Inah ia sudah paham maksud dari bi Inah meminta izin kepadanya boleh tidaknya.

"Ayo bi," Tasya membawanya duduk

di sampingnya.

"Udah bi gak usah sungkan makan yang banyak ya," ucap Tasya.

Bi inah pun tersenyum, "Terima kasih non," Tasya mengangguk membalasnya dengan senyuman manisnya.

Reni dan Revan hanya bisa tersenyum melihat apa yang dilakukan oleh anaknya itu begitupun dengan Rey kakaknya.

Setelah sarapan pagi berakhir, Revan pergi ke kantor, Reni pergi berkumpul bersama teman-temannya. Sedangkan Tasya dan Rey menonton tv di ruang keluarga.

"Bil hari ini kamu ga kuliah?" tanya Rey.

Seketika Tasya teringat kepada Atin, dan dia juga belum melihat handphonenya. Ia segera membuka handphonenya dan benar saja ada pesan dari Atin.

Tasya akan membaca pesan itu tapi tiba-tiba Rey mengambil handphone ditangan Tasya dengan cepat. "Si sabil abang nanya malah dicuekin,"

"Apa?" kesal Tasya.

"kamu ada kelas apa nggak?"

"Ada," balasnya singkat, "Lagian sih apa urusannya kuliah hari ini sama abang, gada kerjaan yang lain apa selain ngurusin hidup orang, sini balikin hpnya" lanjutnya sambil meraih handphonenya di tangan Rey, tapi segera Rey menjauhkan handphonenya.

"Ya biarin lah terserah gue" Rey membaca pesan di handphone nya Tasya. Tasya terus berusaha meraih handphone nya agar pesan itu tidak dibacanya dan pada akhirnya dia menyerah dan membiarkan Rey membacanya.

Atin 💙

Keluarga gue baik-baik kok Sya, lo tenang aja gue bisa jaga diri kok, kan lo tahu sendiri kita pernah belajar bela diri di sekolah.

Atin 💙

Sya hari ini ke kampus lo jemput gue dulu sini, bawa mobil sendiri aja kalau pak amir nya belum sembuh mah.

Setelah Rey membacanya ia mengembalikan handphone kepada Tasya.

"Ihh ngeselin banget dasar bang jimprut!" gerutu Tasya kesal. Ia segera membaca pesan dan membalasnya. Tasya tersenyum senang karna dia mempunyai rencana.

Tasya 💜

Bagus deh kalau lo baik-baik aja, gue semalam nunggu balesan dari lo lama banget.

Tasya 💜

Okey nanti abang gue jemput lo ke sana, dandan yang cantik ya Atinku sayang :).

Atin 💙

Tenang aja sya gue bisa jaga diri.

Apaan sih lo, nggak ah gue maunya lo yang jemput, btw abang lo yang mana sih yang udah pulang 😅.

Tasya 💜

Ah lo mah kepo, lihat aja nanti siapa yang ngejemput lo, awas lo nanti senyum-senyum sendiri pas abang gue jemput haha 😄😆.

Tasya 💜

Ya udah gue mau mandi dulu, lo cepetan dandan sana yang cantik biar abang gue naksir sama lo.

Tasya 💜

Nanti kita ketemu di kampus ya soal nya gue mau di jemput sama doi, loe berangkatnya sama abang gue, udah gue bilangin dia mau kok.

"Senyum-senyum sama hp, udah gila lo Bill?" Rey tertawa melihat Tasya yang tersenyum sama hp nya sendiri.

"Abang sayang, bang abang," ucap Tasya tersenyum sambil bergelayut manja di lengan Rey.

"Dihh apaan sih gak jelas banget, apa?"balasnya datar.

"Bang, abang hari ini jemput Atin yah di rumahnya terus anterin deh ke kampus, bisa kan bang pliss ya bang mau ya, ya abang sayang," ucap Tasya memasang wajah puppy eyes nya.

Triing...

Triing...

Triing...

Handphone Tasya terus berbunyi menanandakan notifikasi pesan masuk. Tapi Tasya tidak menghiraukannya dia sudah mengira itu pasti pesan dari Atin.

"Pantes abang ngerasa aneh tadi marah marah sekarang ngebaik-baikan ternyata ada maunya," balas Rey. Tasya terkekeh kecil mendengarnya.

"Ah abang tau aja, mau ya bang pliss."

"ogah ah mending tidur."

"Abang ih, pliss dong bang bantuin adiknya napa," Tasya menggoyang-goyangkan lengan Rey tidak lupa memasang puppy eyes andalannya.

"Iya-iya deh nanti abang jemput—" belum juga Rey selesai bicara Tasya sudah memotongnya.

Karena saking senengnya ia memeluk Rey dengan erat, "ya udah Tasya ke kamar dulu nih hp nya, dahh abang sayang muahh," Tasya pergi begitu saja setelah ia mencium pipi abangnya dan itu membuat Rey melongo dan terdiam beberapa saat.

Rey tersadar dari keterdiamannya saat mendengar hp Tasya berbunyi dan bergetar di tangannya.

Triiriiing.... Triirriing...

Menandakan bunyi telepon masuk.

***

Hari ini Tasya terlihat sangat cantik mengenakan celana jeans dan atasan kaos polos berwarna putih tidak lupa juga ia memakai jaket kulit kesukaannya. Ia tidak suka memakai dress atau gaun, kebanyakan baju di lemarinya kaos dan celana jeans tidak lupa juga koleksi jaket kulitnya, menurut ia pakaian seperti itu tuh simple tidak ribet dipakai seperti gaun dan dress.

Setelah Tasya berkemas barang-barangnya ia segera pergi ke bawah menemui Rey. Nampaknya Rey pun hari ini penampilannya terlihat sangat keren dan ia sedang duduk menunggu adiknya di ruang tamu.

"Ciieee ya mau jalan sama cewek nya  kayak nya udah siap nih, cakep amat bang hari ini," ucap tasya terkekeh.

"Apaan sih abang cuman nganterin dia habis itu pulang deh, ini juga terpaksa kalau bukan kamu yang minta mending abang tidur di rumah" ucap Rey datar melihat adiknya, "ya udah nunggu apalagi yo berangkat " lanjutnya sambil berdiri dari duduknya.

"Ih abang pergi sendiri lah sana pake motor atau mobil, Billa nggak ikut udah ada janji mau berangkat bareng temen" ucap Tasya meninggalkan Rey diruangan.

Rey berlari kecil mensejajarkan langkahnya, "Tunggu bill, sabil maksud kamu abang pergi sendiri gitu?" Tasya mengangguk membalasnya.

Rey berdiri di depan Tasya menghentikan langkahnya, "Tapi abang udah bilang abang bakal jemput dia sama kamu pake mobil."

"Ya udah bang tinggal bilang aja ke Atin, Bila udah berangkat duluan dijemput sama temennya apa susah nya sih" ucap Tasya kesal, melanjutkan langkahnya.

Rey menahan tangan Tasya, "Tunggu dulu Bill."

"Apalagi sih bang," dengan kesal Tasya menoleh ke abangnya.

"Abang gak bisa kalau pergi sendiri."

Triing...Tring...

Tasya membuka handphonenya, membaca pesan dari Roni kekasihnya.

Roni 😘

Udah nyampe, kamu di mana?

Tasya

Iya tunggu bentar, Tasya ke sana sekarang.

"Udah bang gapapa Tasya berangkat duluan ya bang bye," Tasya mencium pipi abangnya lalu pergi begitu saja.

"Ya jangan pergi, abang gak tau rumahnya" teriak Rey.

"Nanti Tasya share alamatnya ke abang" Tasya membuka gerbang lalu menutupnya kembali.

"Dasar bocah bisanya nyusahin," teriak Rey kesal masih bisa terdengar oleh Tasya.

"Maaf bang," teriak Tasya.

"Au ah," Rey kembali masuk ke rumahnya, membawa kunci motor yang berada di dalam kamarnya. Tadinya akan menggunakan mobil tapi karena Tasya tidak ikut jadi lebih baik menggunakan motor agar perjalanannya lebih cepat.

Tasya berjalan keluar komplek perumahannya, lalu ia melihat sekeliling mencari keberadaan Roni.

Roni melihat Tasya sedang mencarinya, ia segera menyalakan motornya dan menghampirinya, "Hey ayo naik," Tasya kaget langsung menoleh ke arah sumber suara itu.

"Eh sorry nunggu lama ya," ucap Tasya tersenyum ke arahnya.

"Nggak kok," Roni tersenyum membalasnya, "Sini," Roni memasangkan helm di kepalanya Tasya.

"Makasih," ucap Tasya tersenyum lagi.

Roni mengangguk membalasnya, "Ya udah ayo," Tasya pun menaiki motor, Roni langsung mengendarainya membelah jalanan kota Jakarta.

Setelah menerima alamat rumah Atin, Rey pun berangkat menggunakan motor kesayangannya dengan kecepatan diatas rata-rata.

Tak perlu waktu banyak Rey telah sampai di depan rumahnya Atin, tetapi ia tidak menemukan Atin gerbang rumahnya pun masih tertutup.

Rey menepikan motornya dan mematikan mesinnya. Lalu menghubungi Tasya untuk menanyakan Atin.

Di sisi lain, Atin masih merias dirinya di cermin "Udah cantik belum ya?" tanyanya sendiri, Atin memakaikan lipbalm di bibirnya, "Oke deh udah cantik," lanjutnya.

Atin memakai tas dan sepatunya lalu kembali bercermin setelah di pastikan rapi dan bagus, ia pun keluar dari kamarnya pergi ke bawah menuruni anak tangga satu persatu, "Kakak yang mana sih gue penasaran?" gumamnya.

"Ya udah lah ya mending tungguin aja deh dari pada penasaran gak jelas," Atin duduk di ruang tamu sesekali melihat ke arah pintu utama rumahnya.

"Kok lama ya?" Atin berdiri dari duduknya, "apa gue tungguin aja ya di luar biar langsung berangkat?" lanjutnya.

"Ya udah deh nunggu di luar aja," Atin pun melangkah keluar.

Rey sudah beberapa kali menghubungi Tasya tapi tidak dijawab olehnya. Akhirnya ia pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumahnya.

Rey turun dari motornya dan mendekati pintu gerbang. Ia membuka gerbang mendorongnya ke samping saat bersamaan Atin pun sama seperti yang dilakukan Rey dan akhirnya mereka berdua saling berhadapan, suasana menjadi hening sesaat sampai akhirnya Atin yang duluan berbicara.

"Kak Tasyanya mana?" tanya Atin kepada Rey, tapi Rey malah terus melihat dirinya membuat Atin malu.

"Kak," tanya Atin sekali lagi.

"Eh, iya apa?" Rey segera memalingkan wajahnya ia benar-benar malu.

"Tasya nya mana kak?" Atin melihat sekelilingnya hanya ada motor bukan mobil, bukan hanya itu Tasya nya pun tidak ada di sini.

"i-itu Tasya nya udah berangkat duluan," lanjutnya salah tingkah menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Atin tersenyum melihat ke gugupan Rey, "Aduhh maaf ya kak jadi ngerepotin kakak," ucapnya malu-malu.

Rey pun diam sejenak mengembalikan dirinya dari kegugupannya, "Enggak kok, ya udah ayo," Rey menggeser dirinya memberi jalan untuk Atin.

"Iya kak," Atin pun berjalan di depan dan Rey mengikutinya di belakang.

Rey memberikan helm kepada Atin lalu Atin memakainya begitupun dengan Rey. Setelah Rey menyalakan mesin motornya dan siap untuk berangkat Atin pun segera menaiki motornya.

Dan Rey langsung melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata. Kota Jakarta seperti biasanya di hadapi dengan kemacetan, untung saja Rey jago dalam menyelinap jadi tidak butuh waktu lama untuk sampai di kampus, tetapi itu membuat Atin takut dan tanpa sengaja memeluk Rey dan Rey pun hanya menghiraukannya.

Setelah sampai di depan kampus, Atin pun turun dari motor melepas helmnya dan memberikannya kepada Rey, "Makasih ya kak jadi ngerepotin," ucapnya tersenyum kepada Rey.

Rey tersenyum membalasnya, "Iya sama-sama."

"Ya udah aku masuk dulu ya bye," Rey hanya mengangguk membalasnya.

Atin pun pergi meninggalkannya, tetapi sebelum itu ia menengok ke belakang tersenyum sekilas kepada Rey dan Rey pun membalasnya, lalu Atin pun melanjutkan langkahnya.

Setelah Atin tidak terlihat dari pandangan Rey, ia pun menyalakan motornya melaju meninggalkan kampus tersebut.

****

.

.

.

.

Jangan lupa vote & komennya. Satu vote & komen dari kalian sangat berharga bagi author.

Terima kasih untuk para Readers yang telah mampir untuk membaca cerita "Sincere Love"

Tunggu kelanjutan ceritanya ya para Readers 😉😄


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login