Download App

Chapter 2: Berbeda

"Selamat pagi pak."

"Pagi pak."

Vian tak menggubris sapaan itu, bibir dan mulutnya seakan terkunci rapat. Ia sama sekali tak menghiraukan sapaan demi sapaan yang ia terima dari bawahannya, yang pasti sekarang ia ingin cepat cepat sampai ke ruangannya karena ia lapar.

Ya Vian yang belum memakan apapun pagi ini telah memesan sarapan gratisnya melalui Diki, sekertarisnya.

"Sarapan saya." tanya Vian langsung begitu lewat didepan meja kerja sekretaris nya.

"Di dalam pak boss,sudah siap dengan kopi nya juga " jawab Diki dengan sopan.

Mendengar itu,Vian langsung bergegas begitu saja meninggalkan Diki yang masih berdiri mematung.

"Bilang terimakasih,kek." gerutu Diki pelan. Walaupun sudah terbiasa dengan sikap dingin dan angkuh sang boss tapi tetap saja ada saatnya hati ini tak terima diperlakukan demikian.

"Permisi pak boss." ucap Diki yang menyembulkan kepalanya sedikit dipintu.

"Masuk." jawab Vian dengan mulut penuh makanan.

"Saya hanya ingin mengingatkan jika pak boss akan ada meeting sepuluh menit lagi."

"Ya,saya tau."

Diki tak bisa lagi berkata kata, entah mengapa aura bossnya saat ini sangatlah tidak bersahabat ya walaupun setiap hari seperti itu.

"Baiklah jika begitu saya permisi dulu."

"Tunggu," Vian membuat tangan yang tengah membuka pintu itu terhenti.

"Ada yang perlu saya bantu lagi pak boss." tanya Diki takut takut.

"Untuk hari ini saya tak mempunyai jadwal disore hari kan."

"Akh iya,bapak tidak mempunyai janji atau jadwal keluar sore ini."

"Oke."

Dingin,cuek, sombong itulah Vian,laki laki yang memiliki jabatan sebagai manager di perusahaan Putra Dirtha adalah laki laki yang seperti itu. Angkuh adalah julukannya, karena ia tidak akan pernah menarik simpul keramahan di wajahnya jika ia tak mau. Terkecuali untuk sebuah formalitas kerja saja.

Vian Dirtha sebenarnya adalah cucu tertua dari sang pemilik perusahaan Joko Putra Dirtha. Lalu mengapa Vian tak memegang jabatan yang lebih tinggi,misal menjadi direktur atu CEO, jawabannya hanya satu yaitu karena dia belum pantas.

Sang kakek Joko Putra merasa Vian belum pantas diberi jabatan yang lebih tinggi dari seorang manager karena sifat buruk yang ia miliki tadi,dingin dan cuek mungkin tak terlalu masalah untuk kakek Joko Putra tapi sifat angkuh yang Vian milikilah yang membuatnya belum layak untuk diberikan tanggungjawab lebih. Dan satu lagi sikap yang kakek Joko tak suka dari Vian adalah senang gonta ganti pasangan dan senang sekali menghambur hamburkan uang untuk hal yang tak penting dan tidak perlu.

Maka dari itu kakek Joko memutuskan untuk menikahkannya dengan Lani. Kakek Joko rasa satu satunya orang yang bisa mengubah Vian hanya Lani, dimata kakek Joko Lani adalah gadis yang tangguh dan kakek Joko yakin Lani akan bisa merubah sikap Vian dan cara pandangnya melihat dunia. Sebenarnya menjodohkan mereka hanya satu dari banyak rencana besar yang sudah kakek Joko persiapkan, untuk tanggal mainnya hanya tinggal menunggu waktu saja.

"Maaf nomor yang ada tuju sedang sibuk."

"Maaf nomor yang anda tuju sedang sibuk."

Lagi lagi begitu, ini sudah yang ke sepuluh kalinya telepon Vian ditolak.

"Yang benar saja." ungkap Vian tak percaya jika Lani tak mau mengangkat teleponnya.

Padahal dulu di jam berapapun dikondisi apapun itu,wanita itu akan selalu mengangkat teleponnya kalau pun ia sedang sibuk sekali ia akan mengangkat telponnya walaupun hanya untuk mengatakan "aku sibuk" . Tapi apa ini....

"Angkat napa Lan,berisik tau." protes Ria karena merasa terganggu dengan getar handphone Lani.

"Berisik apaan, ngeluarin bunyi aja kagak."

"Ya elah,loe lagi berantem ya sama Vian."

"Enggak kok, kita baik baik aja lebih baik dari kemarin malah." jelas Lani dengan terus mengabaikan getar dari handphonenya yang tak kunjung berhenti.

"Emang kemarin kenapa." Ria tentu saja penasaran karena sampai hari ini Lani belum bercerita apapun.

"Gue belum cerita ya. Nanti malam deh gue cerita,loe gak sibuk kan malam ini."

"Ya gue free kok. Mau kemana kita." tanya Ria bersemangat.

"Kemana ke yang penting ada es krim."

"Loe tu ya udah kayak bocah aja,es krim es krim."

"Gue yang trakir." ucap Lani sukse membuat Ria behenti berceloteh.

Sedangkan itu sang manager masih saja tak bosan bosannya untuk menekan tombol hijau di atas nomor bernama Lani Ailani.

"Apa dia menghindarku, semalam aku tak salah bicarakan."

Jangan heran bila Vian tahu betul perubahan sikap seorang Lani. Bersahabat hampir selama lima belas tahun tentu bukan waktu yang singkat bukan, apalagi mereka sempat tinggal bersama seperti seorang adik kakak. Jadi Vian tentu tahu jika sekarang Lani pasti sedang kesal akan sesuatu hal dan Vian yakin ini pasti menyangkut pembicaraan mereka semalam.

"Baik aku mengalah." Vian menyerah ia rasa percuma berapa puluh kali ia menelpon wanita itu pasti tidak akan diangkat jadi ia memutuskan untuk berhenti,jujur jarinya pun terasa pegal sepegal hatinya.

Jika ada yang bertanya sebenarnya Lani dan Vian itu memiliki hubungan apa tentu mereka tak memiliki hubungan apa apa selain persahabatan dan balas budi.

Lani datang ke kehidupan Vian saat berumur dua belas tahun ya bisa dikatakan mereka ini seumuran. Lani di bawa oleh Kakeknya Vian dari jalanan, ya jalanan Lani dulunya adalah anak jalanan.

Dulu saat awal awal Lani datang tentu saja sikap Vian tak bersikap sebaik sekarang. Vian yang menjadi cucu kesayangan kakek Joko tentu saja merasa tersaingi kala itu. Kedatangan Lani membuat perhatian orang rumah terbagi dan Vian kecil tak suka itu, apalagi ibu nya selalu saja membanding bandingkannya.

"Mati aja sana." Vian kecil bahkan tak sungkan sungkan mencelakakan Lani karena rasa irinya, tapi tentu saja kakek tak akan membawa Lani kerumah megahnya tanpa sebuah alasan. Seorang Lani tak pernah menangis atupun marah dengan perlakuan Vian saat itu karena bagi Lani itu sudah biasa. Dan akhirnya seiring berjalannya waktu sikap Vian melunak, ia mulai bisa berdamai dengan keadaan dan mulai menerima keberadaan Lani dihidupnya.

Tapi sikap Vian yang angkuh, menganggap dia bisa melakukan apa saja yang ia mau tentu saja tak membuat persahabatan itu berjalan mulus. Kadang hubungan mereka berjalan seperti orang berpacaran yang putus nyambung,putus nyambung. Tapi sepelik apapun masalah diantara mereka, mereka selalu bisa kembali akur seperti dulu.

Tapi kini semuanya berbeda bukan.

Hubungan sebuah persahabatan tentu saja berbeda dengan suami istri. Menjadi pasangan suami istri banyak yang harus dibagi, banyak hal yang harus direncanakan dan tak bisa berjalan begitu saja seperti sebuah persahabatan. Ya walaupun banyak pasangan yang menjadi sahabat bagi pasangan mereka,tapi tentu saja hubungan mereka itu sudah berbeda artian bukan.

Sementara itu Lani selalu yakin jika Vian tak akan bisa menjadi sosok suami baginya karena Vian masuk kedalam daftar laki laki yang Lani benci.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login