Download App

Chapter 27: dua tujuh

Leewan tertegun sesaat.

"Apa maksudmu? Aku begitu senang bisa berjumpa denganmu. Lalu tiba-tiba kau berkata ingin putus. Apa kau sudah terjerat oleh Lanzhou? Atau mungkin benar kau ingin menjadi istri dari seorang pangeran, bukan anak yatim miskin sepertiku?" ucapnya.

Shenling berbalik cepat dan menatap pemuda itu dengan mata berkaca-kaca.

"Apa menurutmu aku begitu rendah hingga melakukan semua itu? Ini bukan duniaku. Apa kaupikir aku ingin menjadi seorang putri? Aku selalu menanti untuk bertemu denganmu, tapi kau malah dengan begitu mudah bertunangan dengan Lanshang," ucapnya. Ia lalu mengusap air matanya kasar.

"Jadi ini semua masalah pertunanganku dengan Lanshang?" tanya pemuda itu. Shenling mengangguk perlahan. Leewan tersenyum dan menarik napas lega.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu? Apa aku mengatakan hal yang lucu? Kau bertunangan dengan gadis lain, tapi malah menertawaiku," tukas Shenling kesal.

"Semua itu hanya salah-paham. Aku sama sekali tidak berniat untuk menjalin hubungan dengan Lanshang. Dari dulu, aku sudah menganggap dia seperti adikku sendiri," jelasnya.

"Kalau begitu, mengapa bisa tersiar berita itu?"

"Yang Mulia Raja memang mentitahkan hal itu, tapi aku tidak menginginkannya. Meski begitu, aku tidak bisa menolak langsung dan menyinggung beliau, jadi aku mencari alasan untuk pergi ke perbatasan."

"Kalau begitu, apa gunanya sekarang? Kau juga pasti tidak akan berani menolak permintaannya."

"Aku tidak akan pernah menikah dengan putri Lanshang apa pun yang terjadi karena aku masih sangat mencintaimu. Aku tahu kita berbeda masa dan aku tidak yakin kita akan kembali dipertemukan, tapi itu tidak mengubah perasaanku. Aku akan tetap mencintaimu untuk selamanya," ucapnya.

Pemuda itu kemudian tersenyum dan meraih tangan Shenling.

"Tapi sekarang semua berubah. Sekarang kau ada di sini bersamaku. Aku merasa sangat bahagia," ucapnya.

Gadis di hadapannya itu ikut tersenyum dan berjinjit untuk mencium bibir Leewan. Sang pemuda segera membalas memperdalam ciuman tersebut. Mereguk kerinduan yang telah lama terpendam.

***

Matahari bersinar terik. Namun Lanzhou tidak peduli. Apa yang dia lihat kemarin membuat dirinya begitu emosi dan marah. Leewan dan Shenling tidak tahu bahwa diam-diam dia mengikuti mereka ke kebun belakang.

Dia sudah berjuang menahan emosi. Akan tetapi, bayangan kemesraan Shenling dan Leewan yang selalu membayang di pelupuk mata membuat dirinya tidak bisa lagi amarah.

Karena itu, kini dia memutuskan untuk mencari Leewan. Meski mereka adalah teman sejak kecil, tetap saja dia tidak akan mengalah dan memberikan begitu saja gadis yang dicintainya.

Tanah lapang itu tampak luas dan berdebu. Tepat di tengah tempat tersebut terlihat para prajurit yang tengah berlatih perang. Di tepi tanah lapang itu terdapat berbagai senjata seperti sejumlah pedang, panah, serta tombak yang digunakan untuk berlatih. Lanzhou mendekat ke tempat senjata dan mengambil sebilah pedang yang berukuran sedang. Dia kemudian menghampiri Leewan yang sedang memberi pengarahan pada anak buahnya yang sedang berlatih.

"Aku menantangmu sekarang. Aku ingin kau melawanku!" tantangnya sambil menghunus pedang yang dibawa di leher pemuda itu.

Semua yang berada di sana terlihat bingung dan bertanya-tanya. Selama ini, mereka tahu bahwa Lanzhou dan Leewan bersahabat akrab, bahkan seperti saudara. Mereka sering mengobrol dan menghabiskan waktu luang bersama. Kini, tiba-tiba sang pangeran menantang pimpinan mereka itu berkelahi.

"Lanzhou, tidak perlu bersikap seperti ini," ujar Leewan mencoba menenangkan pemuda yang seumuran dengannya tersebut.

"Kurang ajar. Beraninya kau menolak permintaanku. Apa kau lupa aku adalah seorang pangeran? Benar, kau pasti lupa hingga berani merebut milikku!" teriak Lanzhou sambil mengayunkan pedangnya.

Leewan langsung menghindar. Namun Lanzhou tetap menyerang membabi-buta. Mereka yang berada di sekeliling segera menyingkir tanpa berani melerai. Semua melihat sang pangeran sedang kesal dan marah karena itu mereka tidak berani ikut campur daripada menjadi sasaran.

Leewan merasa kewalahan oleh serangan Lanzhou yang penuh emosi. Dia akhirnya juga mengambil pedang untuk mengantisipasi serangan tersebut.

Suara denting pedang yang beradu terdengar riuh. Begitu pula suara sabetan pedang yang terayun. Meski begitu, Leewan berusaha mengalah dan lebih banyak menghindar. Namun, Lanzhou terus saja menyerang seperti ingin menghabisi dia. Mau tidak mau, Leewan membalas serangan dan berhasil menjatuhkan Lanzhou. Pedang yang dibawanya juga terjatuh ke tanah.

"Bisakah kita menghentikan ini, Pangeran?" tanya Leewan. Akan tetapi Lanzhou menggeleng dan bergegas bangkit berdiri.

"Aku tidak akan kalah darimu!" serunya.

"Hentikan!" teriak Shenling sambil bergegas menghampiri dan berdiri di antara kedua pemuda itu.

"Jangan berkelahi lagi!"

Gadis itu lalu menatap Lanzhou.

"Pangeran, jika Anda memiliki masalah denganku, maka lampiaskan saja padaku. Jangan mencari masalah dengan Leewan!"

Lanzhou tampak tertegun.

"Apa kau begitu mencintai dia?" tanyanya lirih. Shenling hanya mengangguk dalam diam. Lanzhou lalu melangkah pergi dengan gontai. Shenling dan Leewan hanya diam menatap kepergian pemuda itu.

***

Lanzhou duduk termenung di dalam kamarnya. Terbayang dalam ingatan tentang sosok Shenling. Gadis itu telah berhasil memikat dan menempati ruang dalam hatinya dengan segala tingkah lakunya yang menarik. Namun, kini hatinya terasa kosong dan pilu. Tidak ada lagi yang tersisa. Dia adalah seorang pangeran, tetapi ia gagal membuat gadis yang dicintai menerima dan membalas cintanya.

'Cinta itu ternyata bukan sebuah kebahagiaan, melainkan adalah sumber dari kesakitan,' ucapnya lirih.

Shenling mengetuk pintu dan bergegas masuk sambil membawa nampan. Lanzhou hanya diam menatap gadis itu.

"Aku minta maaf untuk semua. Aku sama sekali tidak bermaksud menyakiti hatimu, tapi sejak awal aku memang tidak bisa menerima perasaanmu," ucapnya sambil meletakkan nampan di meja.

Lanzhou bergegas memeluk gadis itu.

"Tidak bisakah kau mempertimbangkan perasaanku? Aku juga mencintaimu, bahkan mungkin lebih dari Leewan. Tidak bisakah kau memberi sedikit saja rasa hatimu untukku?" tanyanya.

"Aku tidak bisa melakukannya. Hatiku hanya ada satu dan itu sudah menjadi milik Leewan. Meski begitu aku tetap menyukaimu sebagai teman. Lanzhou, kau adalah pria yang baik. Suatu saat akan ada gadis yang mencintaimu dan kau cintai lebih dari aku," ucap Shenling sambil mengurai pelukan tersebut dan tersenyum.

Shenling lalu menata makanan yang ada di nampan.

"Sebaiknya kau makan dulu," ucapnya. Lanzhou meraih tangan gadis itu, menghentikan gerakannya.

"Meski kau tidak mencintaiku, tetapi ijinkan aku untuk tetap mencintaimu," ujarnya lembut. Shenling tersenyum dan mengangguk.

***

"Kau baru saja menemui Lanzhou?" tanya Leewan yang ternyata sudah menunggu di depan kamar gadis itu.

"Benar. Kenapa? Apa kau cemburu?"

"Tentu saja aku cemburu. Gadis yang aku cintai ternyata menaruh peduli pada pria lain."

Shenling tersenyum dan mengecup pipi pemuda itu.

"Jangan marah lagi. Cinta yang kumiliki tetap hanya untukmu," ujarnya.

Leewan ikut tersenyum. Keduanya tidak tahu di halaman dekat tempat tersebut, Lanshang tengah berdiri dan melihat itu semua dengan tatapan marah.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C27
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login