Louis benar-benar tidak menyangka, jika Helena akan seberani ini. Untuk menciumnya terlebih dahulu, bahkan malam itu ia terlihat sangat agresif. Wanita itu seperti maghnet yang sulit untuk dilepaskan, rasanya ingin sekali Louis mengeluarkan semua tenaganya, tapi dia tahu jika hal itu ia lakukan. Bisa saha Helena akan terlukan.
"Hentikan! Apa kau sudah gila! Kau ingin mati!" Teriak Louis dengan suara lantang dan menggelegar, ia memegangi kedua bahu Helena dengan kuat. Berusaha menjauhkan bibir mungil, yang masih saja menggila untuk menciumnya.
"Raja Louis, aku mohon… aku tidak tahu apa yang terjadi denganku. Tapi rasanya ini sangat menyiksaku, dan aku tidak tahu setan mana yang telah masuk kedalam tubuhku ini. Aku.. aku…" Helena yang masih bersikap agresif, dia terus saja memegangi jubah sang Raja dengan kuat.
Tatapan Helena bahkan tidak lepas dari sepasang mata Louis, yang bahkan dengan hanya melihatnya saja, sudah mampu membuat jantung Helena berdebar tidak karuan. "Rasanya sangat panas sekali…. aku ingin kau menyentuhku." Lanut Helena.
Berbeda dengan sang raja, yang justru memberikan tatapan jijik. Tidak suka dengan perubahan Helena, yang terus saja menggila. Bahkan ia kembali mencium bibirnya, meskipun dengan cepat Louis sudah menapik wajah Helena.
"Persetan! Jika seperti ini, kau hanya akan membuat kekacauan saja." Louis yang sedang berpikir, hal apa yang harus dia lakukan? Agar bisa menghentikan Helena yang terus saja menggerayangi sekujur tubuhnya.
Tanpa berpikir panjang lagi, Louis sudha meraih pinggan Helena. Dengan cepat permaisurinya, sudah berada didalam gendongannnya. Helena tidak menolak dengan perlakuan sang Raja, karena pikirannya sedang melayang dan tenggelam dalam khayalannya sendiri.
"Yang mulia, rasanya ini sangat panas… tubuhku tidak nyaman sekali. Apa yang terjadi denganku?" tanya Helena dengan wajah yang memerah padam.
Louis masih diam dan tidak memerikan jawaban apapun untuk Helena, langkah kakinya yang tegas sudah mengarahkan mereka berdua pada sebauh ruangan lainnya.
Untuk pertama kalinya Helena melihat wajah Louis yang amat dekat dengannya, wajah dengan pahatan yang sangat sempurna. Tatapan matanya yang tajam, hidunya yang mancung, dan bibir yang sudah Helena cicipi.
"Apa yang aku lakukan barusan?" Gumam Helena seraya ia memegangi bibirnya sendiri, sedikit tersadar dengan sikap bodoh yang ia lakukan pada Louis.
"Tapi… kenapa aku ingin meyentuh bibir itu lagi. Rasanya aku tidak bisa menahan diri, bagaimana ini… aku ingin sekali menciumnya." Helena yang masih berada dalam gendongan Louis, dan ia terus memperhatikan bibir sang raja yang tidak dijaga sama sekali.
Louis membuka sebuah pintu ruangan, ternyata dia membawa Helena kedalam kamar mandi yang sangat luas dengan bath up yang sama besarnya. Disaat dia sudah ingin meletakkan tubuh Helena kedalam bak, disaat itu juga Helena kembali mencium bibir Louis.
Sikap Helena semakin tidak bisa terkendali dari sebelumnya, bahkan kedua tangannya sudah melingkar pada leher Louis yang kokoh. Dengan sisa tenaga yang masih dimiliki oleh Helena, ia menarik sekuat mungkin Louis kearahnya.
Usaha Helena membuahkan hasil, ketika Louis tanpa sengaja justru ikut masuk kedalam bak mandi tersebut. Saat itu ia sudah berada diatas tubuh Helena, melihat wajah wanita itu yang sangat menginginkan sentuhan dan belaian darinya.
"Helena, hentikan!" Louis berusaha memperingati.
Berusaha sekuat mungkin untuk beranjak keluar, dari bak mandi yang besar tersebut. Ia mencari sesuatu yang bisa dijadikan sebagai pegangan, dan hanya bisa menemukan keran air saja. Saat Louis berusaha untuk bangit dari tubuh Helena, hal yang lebih mengejutkan kembali terjadi.
Louis tanpa sengaja memutar keran air yang ia pegang, membuat air yang dingin segera keluar dari atas pancuran. Seketika membasahi kedua tubuh mereka, dan tidak lagi bisa menghindari dengan cepat. Bahkan Helena memekik merasakan air dingin yang mulai menyentuh tubuhnya.
"Raja Louis? Apa yang kau lakukan…. Ini sangat dingin." Ucap Helena, tapi ia tidak mau melepaskan kedua tangannya dari leher sang Raja.
"Helena, aku harus melakukan ini padamu. Agar efek obat itu segera hilang." Ucap Louis yang sedikit kewalahan, karena berusaha untuk melepaskan diri dari kedua tangan Helena.
Air yang dingin itu semakin lama semakin banyak, terus saja membasahi tubuh keduanya tanpa henti. Pikiran Helena semakin tidak terkendali, ketika penampakan wajah sang Raja semakin terlihat menggoda dihadapannya.
Wajah Louis yang basah dengan rambutnya yang sedikit panjang, membuat pandangan Helena menjadi semakin terlena. Pikiran kotor itu terus saja berada dibenaknya, dan ingin sekali ia melakukan hal lebih dari sekadar berdekatan atau berciuman seperti ini.
"Sial… aku harus melakukan ini," ucap Louis dan dia sudah memegangi pergelangan tangan Helena sangat kuat. Cengkramannya mampu membuat Helena menjerit kecil, karena merasakan sakit. "Raja Louis aku mohon… ah… ini sakit." Ucap Helena dengan sikapnya yang konyol.
Pada akhirnya Louis berhasil untuk beranjak dari bath up yang besar, dan kali ini hanya ada Helena yang berada didalamnya.
"Kali ini kau benar-benar keterlaluan Permaisuri Helena," ujar Louis dengan tatapan yang amat seram. Ia masih berdiri disamping bak mandi dengan lapisan keramik marmer berwarna cokelat. Menatap pada keran air, lalu semakin membesarkan volume air yang terus saja membasahi tubuh Helena.
Pekikan dari Helena semakin menjadi, dan Louis tampaknya tidak peduli. Ketika air semakin banyak, dan membuat tubuh Helena terendam dengan air yang dingin, ia hanya memberikan tatapan dingin.
"Raja Louis, hentikan… aku mohon… ini sangat dingin. Aku bisa… bisa…" Helena menyeka raut mukanya sendiri dengan sikap yang gelisah.
"Aku harus melakukan ini Helena, dan ini semua untuk kebaikanmu." Louis melihat Helena yang terus saja menggeliat, air dingin yang lansung membuat sekujur tubuhnya menjadi basah.
Tapi semakin Helena berteriak, semakin Louis menatap dengan tidak peduli. Bahkan ada rasa amarah yang sebenarnya sedari tadi ia tahan sekuat mungkin. Andai saja ini bukan malam berkabung, pasti Louis sudah menendang Helena.
Meninggalkan Helena yang sedang berendam dengan air dingin, agar semua hasratnya yang bergejolak tidak lagi muncul. Dan kenyataannya car aitu berhasil diakukan oleh Louis.
Setelah tiga puluh menit berada didalam bak mandi, Helena sudah mulai sadar dari pikiran kotornya. Air keran yang masih menyala, segera saja ia matikan dengan cepat.
"Hhh… dingin… dingin…" Ucap Helena sambil ia keluar dari bak mandi, masih dengan gaun yang harusnya ia gunakan untuk berdoa bersama dengan Raja Aarez. Tapi sayangnya malam itu semua usaha Helena sia-sia, ia bahkan bertindak sangat bodoh.
"Hh… dingi sekali. Aku harus mengganti bajuku." Ucap Helena menggigirl, tapi rasa takutnya kembali muncul ketika ia sudah berada didepan pintu keluar. "Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana jika dia marah besar. Oh… Helena sebenarnya apa yang terjadi padamu?" gerutunya pada diri sendiri.