Download App

Chapter 87: Kejutan 2

Reva mencium kartu itu, wangin wood menyeruak dari kartu itu. Ini parfum pria, tapi kenapa…Menunggumu membuatku gelisah…Lunar…tidak mungkin! Batin Reva. Lalu dia membuka ponselnya dan mengirimkan pesan

Apa anda yang datang ke kantor saya?

Tidak ada balasan bahkan belum terkirim sms dari Reva. Reva menghela nafas Panjang dan bersandar di kursinya. Ah! Tidak penting! Batin Reva, lalu meneruskan pekerjaannya.

" Sudah waktunya makan siang, Bos!" kata Sinta.

(Music) .....

There goes my heart beating

'Cause you are the reason ...

Nama cintaku tertera di layar ponsel Reva. Reva meraih ponselnya dan menggeser icon telpon yang berwarna hijau.

" Halo, sayang!" ( Sayang! Jangan lupa makan!)

" Iya, sayang! Ini mau makan sama Sinta!" ( Aku sudah kirim gofood ke kamu! Sebentar lagi akan sampai!)

" Terima kasih, sayang!" ( Sama-sama, sayang! Aku kerja dulu! Jangan lupa nanti malam!)

" Iya, sayang! Sampai jumpa nanti malam!" ( I love you!)

" Mee too!"

Reva mematikan panggilan Andra dan meletakkan ponselnya, tapi dilihatnya sebuah sms dari Lunar.

Iya

Hanya sebuah kata yang membuat dahi Reva berkerut karena tidak percaya.

Tapi tadi yang datang adalah pria...apakah dia suami anda atau asisten anda...

Balas Reva pada Lunar. Reva menunggu balasan Lunar lagi, tapi tidak ada balasan. Dia meletakkan ponselnya dengan kesal. Apa sih maunya nih orang? Gak penting banget! batin Reva.

" Bos! Makan siangnya!" kata Sinta yang sudah membawa makanan dari Andra. Sinta meletakkan makanan itu di meja tempat Reva biasa makan. Reva berjalan ke arah meja makannya dan duduk dengan wajah sedikit kesal. Dibukanya kotak makan dari Andra, seketika wajahnya berubah ceria karena Andra menuliskan kata " I love you forever, Andy ".

" Me too!" jawab Reva ambigu. Dengan perasaan senang dia memakan sushi kiriman Andra dan minum teh ocha. Sebuah kombinasi yang sangat nikmat untuk Reva.

Sementara itu di tempat lain di sebuah restoran ternama bernama X RESTO, seorang pria tampan sedang duduk bersama 3 orang pria dan menikmati makan siangnya.

" Pak Andra ini sangat mencintai tunangannya sepertinya!" kata salah seorang relasinya.

" Iya! Sampai makan siang saja mengirimkan makanan favorit kekasihnya!" kata satu lagi.

" Berarti gosip diluar yang mengatakan Pak Andra pernah terlihat bersama wanita di Hotel YYY itu tidak benar?" tanya relasinya lagi. Andra meletakkan sendok makannya dan menatap pada relasinya.

" Saya memang berada di Hotel YYY malam itu, tapi saya tidak bersama wanita, karena belum ada yang bisa membuat pusaka saya tegang selain melihat tubuh tunangan saya!" jawab Andra dengan santai, lalu melanjutkan makannya.

" Maafkan teman saya, Pak Andra! Dia hanya penasaran dengan gosip itu!" kata relasinya.

" Saya tidak suka mencampur adukkan pekerjaan dengan masalah pribadi! Jadi terima kasih atas penawaran kerjasamanya!" kata Andra kemudian meminum air putihnya dan berdiri menatap relasinya.

" Tolong jangan seperti ini Pak Andra! Kita sudah bekerja sama cukup lama!" kata relasinya.

" Saya tidak suka dengan orang yang mencampuri urusan pribadi saya!" kata Andra. Lalu pergi meninggalkan mereka bertiga.

" Pak Andra! Pak..."

" Sudahlah! Pak Andra bukan tipe orang yang menjilat ludahnya sendiri!" kata relasinya.

" Punya mulut itu dijaga! Mulut lo kayak perempuan aja!" kata yang satu penuh amarah.

" Halah! Dia hanya sok suci aja! Suka jajan diluar aja bilang cinta sama tunangannya! T** Kucing!" kata orang yang tadi menyindir Andra.

" Bener-bener ya lo! Apa lo mau mati?" tanya yang satunya lagi.

" Sudah! Cukup! Kita harus melakukan sesuatu agar Pak Andra bersedia bekerjasama dengan kita lagi!" kata relasi Andra.

" Apa cuma dia perusahaan yang ada? Apa nggak ada yang..." Bug! Relasi Andra memukul temannya yang selalu menjelek-jelekkan Andra.

" Gue udah cukup bersabar dengan lo! Lo kira Pak Andra itu relasi kacangan kayak relasi-relasi lo itu? Gue ngajak lo kerjasama sama gue dan ngenalin Pak Andra supaya lo nantinya bisa kerjasama sendiri dengan perusahaannya dia! Karena perusahaan dia bukan perusahaan kecil dan dia adalah calon menantu Don Valen! Lo tahu!" kata relasi Andra. Tenggorokan temannya tercekat mendengar nama Valen disebut oleh temannya. Dia menelan salivanya, karena dia tahu betul siapa Don Valen itu.

" Apa? Mau bilang apa lo? Mampus lo!" kata temannya yang satu.

Andra pergi ke rumah kakeknya dahulu sebelum pulang ke penthousenya. Karena dia tidak lama dinegara ini.

" Bagaimana perusahaanmu?" tanya Kakek Andra.

" Baik, Kek!" jawab Andra.

" Papa mamamu?" tanya kakek lagi.

" Baik, Kek!" jawab Andra.

" Kapan kamu akan menikah?" tanya Kakeknya. Andra menarik nafas panjang, akhirnya pertanyaan itu muncul juga di bibir kakeknya.

" Bulan depan, Kek!" jawab Andra mantap.

" Bagus! Tunanganmu itu harus segera diikat! Biar tidak ada yang berani mendekati lagi!" kata kakek Andra dengan nada kesal.

" Apa yang kakek tahu tentang Reva?" tanya Andra memicingkan matanya.

" Kakek hanya tidak suka jika dia terlalu dekat dengan sepupunya!" kata kakek Andra.

" Valmont?" tanya Andra.

" Hm!" jawab Kakek Andra.

" Reva hanya menganggap dia saudara, kek!" kata Andra.

" Tapi cara dia memandang tunanganmu itu seperti mau memaknnya saja!" kata kakek Andra.

" Kakek?!" ucap Andra terkejut.

" Jangan bilang kamu nggak pernah tahu!" kata kakek Andra lagi.

" Kakek ada-ada aja!" kata Andra.

Reva bersiap-siap untuk pergi ke pesta ulang tahun temannya yang dilakukan di club XIX.

" Apa Tunangan Bos nggak ikut?" tanya Sinta.

" Nggak! Dia harus ke rumah kakeknya!" kata Reva. Dia meraih pakaiannya yang telah disiapkan oleh Sinta dan memakainya. Reva tidak suka berdandan tebal, karena itu dia hanya memoles tipis wajahnya.

" Bos selalu cantik dan seksi! Apa nggak papa pakai pakaian begitu sama Bos A?" tanya Sinta ragu saat melihat belahan di gaun malam Reva yang berakhir di pada mulusnya.

" Dia nggak akan berani melarangku, Sin!" kata Reva.

" Kita pergi!" kata Reva kemudian berjalan dengan anggunnya ke dalam lift.

Pesta itu sangat meriah, karena mendatangkan DJ terkenal dari Negara S dan itu adalah Valmont sepupu Reva. Reva datang dan langsung masuk ke dalam ruang VVIP yang telah disiapkan untuk dia dan beberapa teman dekat Marsha, yang berulang tahun saat ini.

" Adik lo emang hebat, Rev!" kata Marsha saat melihat dari lantai atas di ruang VVIP yang berdinding kaca.

" Dia memang hebat!" jawab Reva melihat adik sepupunya yang hanya beda 2 tahun darinya.

" Turun Rev?" tanya Marsha.

" Nggak! Lo tau gue paling anti berdesakan gitu!" kata Reva.

" Sayang!" panggil seorang pria.

" Peter!" sahut Marsha kemudian memeluk kekasihnya itu dan menciumnya.

" Happy Birthday, baby!" kata Peter memberikan sebuah kado pada Marsha.

" Thank you, baby!" jawab Marsha.

" Hello, Rev!" sapa Peter.

" Hi, Peter!" jawab Reva.

" Bisa kita turun? kata Peter.

" Ok! Gue turun dulu, Rev!" kata Marsha.

" Ok!" jawab Reva lalu melihat ke arah meja DJ. Kemana tu bocah? batin Reva.

" I miss you!" tiba-tiba pinggang Reva dipeluk oleh seseorang. Rava sudah tahu siapa yang memeluknya seperti itu. Dia tersenyum dan memukul tangan orang tersebut dengan sengaja.

" Auchhhh!" teriak orang itu.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C87
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login