Download App

Chapter 102: Pasrah

Up 07.08 WIB

________________

Tok! Tok! Tok!

" Sayang!" panggil Valen di depan pintu kamar mereka.

" Bos pasti tahu, Nyonya!" kata Ben.

" Matikan telpon itu Ben!" teriak Valen.

" Maaf, Nyonya!" kata Ben takut, lalu mematikan panggilan Tata. Tata meletakkan ponselnya dan duduk di ranjang, tidak lama kemudian pintu kamarnya terbuka dan dia mendengar langkah kaki Valen mendekatinya.

" Kalian tega membohongiku!" kata Tata tanpa melihat suaminya.

" Sayang! Kami hanya nggak ingin kamu kecewa dan sedih!" kata Valen yang telah bersimpuh di hadapan istrinya. Airmata Tata mengalir di kedua pipinya, Valen menghapus airmata itu dengan kedua ibu jarinya.

" Sayang!" ucap Valen.

" Kenapa dia harus mengalami ini, Val? Dulu kamu ninggalin dia sampe..."

" Huuusssss! Please, jangan ingat-ingat yang dulu lagi!" kata Valen memeluk istri yang sangat dicintainya itu.

" Aku hanya takut, Val!" kata Tata.

" Ada aku disini, sayang! Tidak akan ada yang terjadi pada kalian!" kata Valen.

" Apa kamu tidak bisa memaksa...bicara dengan Andra?" tanya Tata.

" Putri kita yang nggak mau, sayang!" kata Valen lemah.

" Tapi apa alasannya? Itu anak dia juga!" kata Tata melepaskan pelukan suaminya.

" Sayang! Aku minta tolong, kali iniiii saja! Kamu dengerin aku ya!" kata Valen.

" Putri kita saat ini sangat membutuhkan kita! Dan apapun alasan yang dia miliki saat ini, kita sebagai orang tua hanya bisa mendukung keputusan dia!" tutur Valen yang tidak mau istrinya sampai sakit dan sangat kecewa pada putrinya. Tata hanya bisa menuruti apa kata suaminya, dia tahu jika suaminya pasti akan selalu membuat keluarganya bahagia.

Reva dibawa oleh Valen pergi ke tempat Saras dan Tata memaksa untuk mendampingi putrinya itu disana.

" Sorry, Ras! Gue jadi ngerepotin lo!" kata Tata.

" Apa'an, sih! Gue malah seneng banget kalo lo mau tinggal disini, jadi kita bisa sama-sama!" tutur Saras gembira.

" Andai Reva mau menikah dengan Bayu, gue akan sangat bahagia sekali!" kata Saras melihat putranya sedang berbincang-bincang dengan Reva di halaman belakang. Sementara Valen sedang bicara dengan Ferdi, suami Saras.

" Lo tambah cantik aja, Rev!" puji Bayu.

" Thanks, Bay! Lo juga tambah ganteng aja!" jawab Reva tersenyum.

" Nggak usah nyindir! Mana mungkin gue ganteng, orang tiap hari kerjanya di perkebunan gini!" tutur Bayu nggak percaya diri.

" Memang kalo kerja di kebun gak bisa jadi orang ganteng?" kata Reva.

" Ya dibandingkan yang kerja kantoran? Gue jauh, Rev!" jawab Bayu.

" Nggak juga!" kata Reva.

" Gue seneng lo tinggal disini!" kata Bayu.

" O, ya? Kenapa?" tanya Reva.

" Seneng aja!" jawab Bayu.

Bayu adalah putra pertama dari Saras dan Ferdi, usainya lebih tua setahun dari Reva dan dia memang tampan seperti Ferdi, hanya saja karena kerjanya di perkebunan, jadi kulitnya sedikit kecoklatan.

Sementara itu di tempat lain, tepatnya di negara L, Revan uring-uringan karena Wina yang belum pulang-pulang dari kuliah. Tadi pagi Revan memaksa Wina untuk pindah ke apartementnya yang letaknya tidak jauh dari kampusnya.

" Bos! Nona masih ada kelas!" kata JIm.

" Jam segini? Kelas apa? Kelas sex!" kata Revan marah. Jam sudah menunjuk angka 9 malam, tapi Wina masih ada di kampus.

" Benar, Bos! Saya sudah mengecek kesana!" kata Jim lagi. Huh! Dasar Bos Bucin! Gini ini kalo sudah kena penyakit hati! batin Jim.

" Cari tahu dosen mana yang membuat mahasiswanya belum pulang jam segini!" kata Revan.

" Baik, Bos!" jawab Jim yang kadang nggak habis pikir dengan sikap posessif Bosnya itu. Padahal Revan telah menempatkan beberapa bodyguard di sekeliling Wina dan Wina tahu hal itu. Jim pergi meninggalkan Bosnya yang masuk ke kamarnya dan melepaskan pakaiannya. Revan berbaring di ranjangnya karena lelah seharian harus kuliah dan menghadiri acara peluncuran produk baru di perusahaan papanya yang ada disitu.

Wina masuk ke dalam apartement saat jam menunjuk angka 11 malam.

" Apa dia marah-marah?" tanya Wina pada Jim yang menunggu di luar apartement.

" Iya, Nona!" jawab Jim.

" Huh! Dasar nggak sabaran banget!" kata Wina.

" Lo boleh balik, Jim!" kata Wina.

" Baik, Non! Permisi" kata Jim lalu pamit. Wina membuka pintu apartement dan pintu itu tertutup dengan otomatis. Wina meletakkan tas dan barang-barangnya. Lalu dia pergi ke dapur untuk minum dan masuk ke dalam kamar. Dilihatnya Revan yang tidur dengan bertelanjang dada. Glekk! Wina memejamkan matanya, dia merasa jika dirinya sangat mencintai dan menyukai setiap apa yang ada pada pemuda itu walau dengan sikap sombong dan pemaksa yang dimiliki Revan. Wina masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan melakukan ritual mandinya. Wina selalu menjaga tubuhnya terlebih sejak Revan menjadikan dirinya pemuas nafsunya. Mungkin dia bisa dibilang gadis tolol atau sejenisnya, tapi sekali lagi, cinta mengalahkan segalanya. Tapi sejak kemarin dia bertekad akan menundukkan pemuda angkuh itu dengan kelemahan yang dimilikinya.

Wina memakai lingerie yang ada di walk in closet lalu bergabung dengan Revan di ranjang. Revan yang mersakan ranjangnya bergerak, membuka matanya.

" Jam berapa ini?" tanya Revan.

" Tidurlah!" jawab Wina.

" Kenapa kamu pulang malam sekali?" tanya Revan.

" Ada kelas tambahan!" kata Wina.

" O, ya! Gimana kamu bisa masuk ke apartementku semalam?" tanya Wina yang baru sadar jika dia mengunci pintu apartementnya saat berangkat kuliah kemarin.

" Apa yang nggak bisa aku lakukan, apalagi aku anak papaku!" jawab Revan sombong.

" Tsskkk!" decak Wina.

" Tidurlah! Aku capek!" kata Wina santai. Revan seperti terhipnotis, dia biasanya yang sudah menggebu-gebu, hanya diam memeluk Wina dari belakang dan menghirup aroma tubuh wanitanya itu. Kepala Revan di letakkan di ceruk leher Wina.

" I miss you!" ucap Revan.

" Sleep!" jawab Wina dengan tubuh bergetar akibat hembusan nafas Revan yang terasa di lehernya. Tapi sepertinya pemuda itu memang sedang lelah, karena tidak lama kemudian dengkuran halus terdengar dari bibirnya. Wina juga sangat lelah dan menyusul Revan ke alam mimpi.

Keesokan harinya Wina merasakan tubuhnya menggeliat saat dua buah dadanya di remas dan dilumat dengan ganas hingga berkali-kali.

" Ahhhh!" desahan keluar dari bibir Wina. Tak lama kemudian kenikmatan dirasakan pada tubuhnya akibat ada yang bermain dibagian intimnya.

" Ssshhhh!" desisan terdengar di bibir Wina seksi.

" Sebut namaku, sayang!" sebuah suara terdengar seksi di telinga Wina.

" Rev...van!" sebut Wina tanpa membuka matanya.

" Yes, baby! Say it!" kata Revan memasukkan kedua jarinya dan menjilat lubang intim Wina dengan lembut dan pelan.

" Rev...kamu...gi...laaaaaaaa!" teriak Wina mendapatkan pelepasannya. Tubuhnya melengkung kebelakang saat perut bagian bawahnya menegang akibat pelepasan itu.

" Sangat nikmat, sayang!" ucap Revan menjilat jarinya yang basah karena cairan Wina. Wina yang telah membuka matanya, merona merah karena malu cairannya membasahi jari Revan dan dengan rela pemuda tampan itu menikmatinya.

" Kotor, sayang!" ucap Wina lembut.

" Apa? Katakan lagi!" pinta Revan. Baru kali ini Wina berani memanggilnya sayang.

" Tidak!" jawab Wina menutup wajahnya dengan kedua matanya.

" Hahahaha! Puaskan aku, sayang!" bisik Revan di telinga Wina lalu menjilat dan menggigit telinga dan leher Wina.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C102
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login