Download App

Chapter 15: Dia Anak Kucing yang Nakal

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Setelah Bai Yeqing melirik Xia Xingchen yang tidur nyenyak di tempat tidur. Ia hanya menjawab kegelisahan anak itu dengan memberikan saran yang kurang diharapkan Xia Dabao. Bai Yeqing justru menyarankan agar Xia Dabao membantu ibunya untuk merebut Xu Yan dari pernikahannya.

Mendengar hal itu, Xia Dabai langsung memasang wajah cemberut, dan menatap Bai Yeqing lebih dalam, "Tapi aku lebih menyukaimu."

Bai Yeqing menyipitkan matanya. Permintaan yang sudah sampai di tingkat memohon dalam mata seorang anak polos ini, jika ia tidak memenuhi permintaan anaknya itu, maka ia akan dianggap kejam karena menolaknya.

Tapi Bai Yeqing tetap merasa sulit menerima permintaannya.

"Aku tidak bisa menikahinya." Ia mengulanginya dengan tegas dan tanpa toleransi sedikit pun.

Xia Dabai dengan kesal menarik kepalanya dan bertanya, "Kenapa?"

"Anak-anak tidak perlu terlalu tahu tentang permasalahan orang dewasa." Tanpa komentar lebih lanjut, ia hanya memandang Xia Xingchen di tempat tidur, berbalik lalu membuka pintu dan segera keluar dari kamar ini.

Pintu kamar ini pun tertutup, dan tidak ada gerakan di ruangan itu untuk waktu yang lama. Xia Xingchen dengan ragu mengangkat kelopak matanya dan memastikan bahwa lelaki itu telah pergi sebelum dirinya bangun dari tempat tidur.

"Xia Dabai, sadarkah kamu telah membuatku sangat malu? Aku tidak bilang aku akan menikah dengannya!" Jari kakinya yang dingin langsung mendorong pelan punggung Xia Dabai dengan marah.

Apa maksudnya 'Tidak mau menikahinya'? Seolah ia ingin menikah dengannya.

Xia Xingchen pun merasa kesal dengan apa yang sudah dilakukan anaknya barusan.

Kemudian Xia Dabai pun berbalik, tanpa merasa bersalah, "Bukankah dia berusaha membantumu untuk mengembalikan reputasimu?"

"Bagaimana caranya?"

"Kekasih ibuku ternyata dibawa pergi oleh bibiku, bukankah itu hal yang paling memalukan?" Ucapan anak kecil ini sungguh realistis namun bersamaan dengan itu ia juga mencibirnya. Seorang anak kecil memang mudah untuk menyayangi orang lain, namun pada umumnya anak kecil juga akan dengan mudah membenci orang lain.

Hati Xia Xingchen seakan berdarah dilukai oleh perkataan anaknya. Bocah nakal yang bahkan tidak bisa membuka tutup botol ini telah bicara seenaknya.

"Lagi pula akan terdengar keren kalau Xia Dabao kita bisa menikahi Yang Mulia Presiden! Meskipun presiden bertampang dingin dan membosankan, tetapi dia juga jauh lebih baik daripada paman itu kan? Suruh Papa agar menikahimu!" Kata Xia Dabai dengan matanya yang bersinar cerah.

Xia Xingchen tahu mengenai hal yang dipikirkan anaknya. Semua ini tentang dirinya yang ingin memiliki keluarga yang lengkap seperti anak-anak yang lain.

Tapi tentu saja ada beberapa hal yang sulit diterima Xia Xingchen.

"Sayang, dia itu seorang Presiden, bukan orang biasa seperti kita. Jadi... jangan pikirkan dia lagi, oke?"

Xia Xingchen pun langsung mengelus kepala anaknya itu dengan lembut. Ia tidak tahan melihat kekecewaan yang dirasakan anaknya. Dengan satu langkah, ia bangkit dan mengambil piyama, lalu berjalan ke kamar mandi.

Menikah dengan Presiden tertinggi dan terhormat di negeri ini? Ia bahkan tidak pernah memikirkannya. Setiap presiden yang ada selama ini, mereka sama-sama menikahi orang-orang penting. Apa yang kamu pikirkan?

'Aku memikirkannya, dan aku tidak bisa menghilangkan bayangan tentang kejadian yang terjadi di mobil tadi, memikirkan detak jantungnya yang kuat, lengan yang kuat…' Ucap Xia Xingchen dalam hati.

Sementara waktu, jantungnya mulai berdebar-debar lagi.

Tidak! Tidak! Xia Xingchen, tidak boleh memikirkannya lagi! Apa yang dipikirkannya tentang pria itu?

Ia menepuk-nepuk wajahnya, menenangkan diri, dan menghilangkan sosok pria itu dari benaknya. Setelah berdiri sebentar, ia memegangi dadanya, pada akhirnya detak jantungnya bisa tenang seperti semula.

*****

Setelah malam panjang itu, matahari pagi pun telah terbit. Seisi rumah ini juga telah bangun dan beraktifitas seperti biasa.

Saat Xia Xingchen berjalan dengan Xia Dabai yang sudah berpakaian seperti pria kecil yang tampan. Mereka berjalan menuju ke ruang makan, ketika mereka hendak sampai di ruang makan mereka melihat presiden sudah duduk di sana. Beberapa pramusaji juga sedang menunggu kedatangan mereka berdua.

Bagaikan cahaya pertama yang masuk ke jendela dari langit-langit. Setiap gerakan pria itu sangat elegan dan tenang, saat itu ia mengenakan baju yang mempesona. Ketika mereka masuk, ia hanya mengangkat kelopak matanya sedikit dan menatap anaknya itu.

Xia Xingchen merasa bahwa ia dekat dengan pria itu, tetapi nyatanya masih sangat jauh untuk dianggap setara dengan pria itu. Mereka berdua bukan orang yang mampu berada di dunianya.

"Tuan Muda, Nona Xia, selamat pagi." Pelayan yang ada di ruang makan itu menyambutnya dengan hormat, lalu menarikan kursi untuk mereka.

"Papa, selamat pagi," Kata Xia Dabai dengan sopan. Akhirnya Xia Dabai bersedia memanggilnya dengan sopan.

"Pagi." Bai Yeqing membuka bibirnya sedikit.

Sebaliknya, Xia Xingchen tidak berkata apa-apa. Ia hanya makan pelan-pelan. Setelah apa yang terjadi semalam, Xia Xingchen merasa sedikit canggung untuk bertemu dengannya. Namun, rasa malu ini tampaknya hanya dirasakan oleh dirinya saja, dan pria yang ada di depannya itu selalu bersikap tenang dan sepertinya ia sudah melupakan kejadian semalam.

"Pa, apa ini?" Xia Dabai seketika memandang Bai Yeqing dengan aneh, sembari bertanya ia karena penasaran ia menunjuk leher Bai Yeqing.

Xia Xingchen melihatnya, dan dibagian itulah dirinya menggigit lehernya tadi malam. Ia benar-benar banyak minum sampai berani melampiaskan gigitannya pada orang ini. Hal itu membuat lukanya tampak mengejutkan pagi ini.

"Anak kucing nakal yang menggigitnya." Setelah menjawab pertanyaannya, Bai Yeqing tidak memiliki pandangan yang mendalam kepada orang yang menggigit lehernya.

Saat itu Xia Xingchen merasa sangat malu. Ia merasakan betapa canggung situasi ini.

Matanya tanpa sadar menatapnya namun dalam waktu yang cepat ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah yang lain. Pipinya tampak merah merona, dan tangannya yang memegang pisau sempat terasa kehilangan kestabilannya. Kemudian dengan cepat ia menundukkan kepalanya lagi.

Di sebelahnya, Xia Dabai masih memperhatikan mereka berdua, lalu mengerutkan kening. Sekilas ia terlihat sangat senang, kemudian ia pun berkata "Aku tahu, kucing ini pasti sangat cantik."

"Hah!!! Bagaimana menurutmu?" Ia mengangkat alisnya.

"Kalau tidak, bagaimana dia bisa menggigit Papa? Dan aku juga akan memilih untuk menggigit di tempat-tempat intim seperti itu." Xia Dabai melanjutkan, "Jika itu aku, dan wanita cantik itu bukan yang aku sukai, aku tidak akan membiarkannya menggigitku!"

Setelah bocah itu berkata demikian, pelayan dan koki yang ada di ruangan ini hampir tidak berhenti tertawa.

Xia Xingchen merasa sangat malu sampai ia ingin mengebor sebuah lubang untuk bersembunyi di dalamnya.

Wajah presiden tampak sedikit menunduk, membuat sebagian wajahnya menggelap karena bayangannya. Sepertinya Bai Yeqing juga merasakan sindiran dari Xia Dabai. Apa yang dibicarakan bocah kecil ini? Apa menuduhnya karena dengan sengaja digigit oleh seorang wanita?

"Cukup Dabai. Cepat makan sarapanmu!" Xia Xingchen mengambil buah dan ingin menutup mulut putranya yang sudah berbicara sembarangan ini.

Sebaliknya, Xia Dabai mengedipkan matanya sembari berkata, "Oh, Mama, mengapa wajahmu begitu merah?"

Xia Xingchen diam saja, namun dalam hati ia ingin berteriak, 'Dasar penjahat!'

*****

Setelah Xia Dabai berkata demikian, Xia Xingchen pun mulai memakan sarapannya dengan tersipu malu. Xia Xingchen sangat malu untuk menatap presiden dan Xia Dabai. Ia tidak berani memikirkannya lagi dan dengan cepat meminta sopir untuk mengantarkannya ke kantor.

Sesampainya di kantor Kementerian Luar Negeri, dengan terburu-buru ia berjalan menuju ke departemen dan terlihat beberapa pekerjaan yang sudah menantinya.

Kemudian, saat Xia Xingchen sedang sangat sibuk untuk melayani berbagai tamu dan menghadap ke divisi tertentu. Ia juga banyak menyapa orang-orang penting yang berkunjung di Kementerian tersebut. Namun saat itu tiba-tiba teleponnya berdering, ternyata wanita tua itu menelepon Xia Xingchen.

"Hei, Nek. Maaf, aku tidak memberitahumu kalau aku sudah pulang tadi malam."

"Tadi malam kamu baik-baik saja, kan? Aku mendengar dari Xia Xingkong, katanya kamu dijemput oleh sekelompok orang asing tadi malam."

'Orang asing? Oh Bai Yeqing... jadi semua orang di rumah itu tahu?' Pikir Xia Xingchen sambil mengingat apa maksud yang dikatakan oleh neneknya ini.

Xia Xingchen tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia hanya berkata, "Bukan orang asing. Itu hanya temanku, Nek!"

"Xu Yan dan Xia Xingkong sama-sama mengatakan bahwa pria yang membawamu tampak misterius dan kelihatannya bukan orang baik. Apalagi Xia Xingkong juga mengingatkan kamu agar jujur ​​memberitahu Nenekmu kan? Selain itu Xia Xingchen, kamu sedang tidak berteman dengan orang-orang yang tidak jelas, kan?"

Dalam hati kecil Xia Xingchen, ia benar-benar tidak ingin mengecewakannya. Sebagai cucu yang baik, ia juga tidak ingin lupa memberitahu informasi kecil mengenai masalah ini.

"Nenek, jangan dengarkan mereka yang berbicara aneh-aneh tentang kepergianku tadi malam. Orang-orang itu bukan orang yang tidak jelas, aku bisa pastikan itu."

"Kamu harus hati-hati ya! Ingat itu, kamu harus hati-hati! Meski kamu bisa memberikan kehidupan yang layak untuk anakmu, namun sampai sekarang kamu masih belum menemukan ayah dari anak itu kan? Bagaimana menurutmu, bila hal itu menjadi sebuah lelucon besar lagi dalam keluarga Xia kita!"

Xia Xingchen menggigit bibirnya, ketika neneknya mengatakan itu, ia tidak bisa menjawab pernyataan neneknya, ia hanya diam dan mendengarnya saja.

"Nenek sudah menemukan orang yang baik untukmu. Dalam beberapa hari, aku akan membantumu bertemu dengannya. Tidak peduli apapun keadaanmu, kamu harus datang dan melihatnya secara langsung. Jangan menganggap ini terlalu serius. Jika orang lain tidak berpikir kamu sudah punya anak, yah kamu beruntung."

"Hmmm… Nenek…" Xia Xingchen ingin mengatakan sesuatu, tapi wanita tua itu memotong pembicaraannya, "Tidak, sudah diputuskan."

Setelah Neneknya selesai berbicara, ia tidak akan memberi Xia Xingchen lebih banyak kesempatan untuk menunda tujuannya. Orang itu hanya akan menelepon Xia Xingchen terlebih dahulu dan menekankan tujuannya ia menelepon.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C15
    Fail to post. Please try again
    • Translation Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login