Chapter 4: Chapter 6
Seminggu kemudian, Ava yang hendak pulang secara tidak sengaja melihat pria itu—yang bertengkar dengan Violet—duduk sendirian di taman depan rumah sakit.
Ava bertanya-tanya apakah pria itu sengaja menunggu Violet di rumah sakit. Pria itu mungkin saja masih memiliki perasaan terhadap Violet. Sepertinya Violet juga memiliki perasaan sama dengan pria itu karena Ava mengamati Violet sejak pertemuan Violet dengan pria itu, Violet melakukan pelbagai kecerobohan. Violet sering melamun dan kehilangan konsentrasi seolah memikirkan sesuatu.
Pria itu duduk sambil melamun karena ia tidak menyadari kehadiran Ava saat ia duduk di samping pria bernama Ryan tersebut sampai Ava membuka suara. "Apa kamu mantan kekasih Violet?"
Pria itu terkejut menyadari kehadiran Ava. Matanya menatap curiga sebelum melihat seragam biru—seragam dokter rumah sakit keluarga Aryasha—yang Ava pakai.
"Ah, maaf. Kenalkan namaku Sari, teman Violet di tempat kerja." Ekspresinya berubah melembut saat Ava mengucapkan nama Violet. "Violet sering cerita tentang mantannya yang akhir-akhir ini mengganggunya. Jadi, kupikir pria yang dia maksud itu kamu."
"Nama saya Ryan." Pria itu hanya tersenyum kaku saat Ava mengatakan jika Violet sering bercerita tentangnya.
Pria itu mungkin berpikir Violet tidak akan menceritakan siapa dirinya pada sembarang orang. Jadi, Ava berpikir pria itu mungkin akan percaya pada kebohongan selanjutnya.
"Seminggu lalu aku tidak sengaja lihat kamu dengan Violet sedang bertengkar," kata Ava membuka percakapan sambil diam-diam mengamati ekspresi wajah Ryan.
Ava tahu kalau pria ini masih menaruh kecurigaan. "Aku harap kamu bisa menjauhi Violet dan tidak menganggunya lagi."Wajahnya terlihat terkejut tetapi perlahan-lahan berubah menjadi raut sedih. "Aku tidak ingin kamu dekat dengannya lagi karena bulan depan Violet akan bertunangan dengan kekasihnya. Violet tidak ingin tunangannya—dan keluarganya tahu kalau dia pernah aborsi. Kamu mengerti kan maksudku?"
Ava mengambil resiko memercayai rumor jika Violet pernah aborsi saat SMA. Well, sepertinya keputusan Ava tepat karena wajah pria itu berubah pias, semburat merah tertangkap jelas dari wajahnya.
"Violet tidak aborsi. Dia keguguran dan semua itu karena kesalahan saya," ucapnya membantah kalau mantan kekasihnya melakukan sebuah dosa besar.
Jadi benar Violet pernah mengandung saat SMA? Apakah Kak Aidan tahu informasi ini? Sepertinya tidak! Ava tersenyum culas. Dengan fakta ini, hubungan Aidan dan Violet pasti akan hancur. Aidan memang bukan pria yang berpikiran sempit—yang menilai wanita dari masa lalunya—tetapi tidak dengan Nenek—yang masih memiliki darah biru—yang selalu memperhatikan bibit, bebet dan bobot. Dapat dipastikan jika nenek Aidan tahu, beliau pasti meminta Aidan memutuskan Violet.
"Terserah kamu bagaimana tapi jangan sampai tunangan Violet tahu jika Violet memiliki masa lalu gelap seperti itu," kata Ava sambil menghela napas, berpura-pura prihatin.
Pria itu menatap Ava dengan pandangan menyelidik. "Kenapa memangnya? Apa kalau tunangannya tahu, dia tidak akan menikahi Violet?"
Akhirnya pria itu mengambil umpannya. Ava mengulum senyum kemenangan walaupun hanya dalam hatinya. Dia memilih memasang kernyitan alis agar pria itu percaya ucapannya.
"Kamu bodoh, ya? Memang pria mana yang mau menerima cewek yang pernah hamil tanpa ikatan pernikahan lalu keguguran. Lagipula, kudengar keluarga tunangan Violet itu masih keturunan konglomerat dengan berbagai usaha dan masih berdarah biru. Bisa dipastikan mereka tidak akan menerima masa lalu Violet karena merusak reputasi keluarga mereka." Ava berhenti untuk mengambil napas sejenak lalu melanjutkannya, "Makanya jangan ganggu Violet lagi. Kamu ingin Violet hidup bahagia, kan?"
Pria itu terdiam beberapa saat seperti memikirkan sesuatu. Ava pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan. Ava merasa bersalah tetapi mungkin inilah satu-satunya kesempatan agar Aidan memutuskan Violet.
Weekly Power Status
-- Power
Ranking 
-- Power
stone