Download App

Chapter 27: Aku Kasihan Padamu

"Rhein, disuruh menghadap Bos!" teriak Yuni sambil menutup aipone.

"Oke, ada apa katanya?" dengaus Rhein/

"Aku gak tanya, hehehe," Yuni terkekeh. "Gak pakai lama katanya!"

Dengan malas Rhein berdiri dari duduknya untuk menemui Surya. Rhein mengetuk pintu ruangan Surya dan segera memasukinya setelah Surya menyuruhnya masuk. Surya tersenyum lebar menyambut Rhein dan menyuruhnya duduk di sofa, Rhein segera duduk di single sofa sedang Surya yang masih duduk di kursinya kemudian berdiri dan duduk di depan Rhein.

"Ada apa?" tanya Rhein datar dia heran kemana hilangnya rasa cinta di hatinya kepada Surya.

"Kamu ada waktu tidak? Aku ingin mengajakmu makan di luar, ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu," Surya tersenyum lembut berusaha membuat Rhein terpesona.

"Aku sudah pesan delivery, mungkin sebentar lagi sampai. Kalau ada yang ingin kamu sampaikan, katakan saja di sini," Rhein berkata dengan ketus.

"Kamu benar-benar telah berubah, Rhein," Surya menghela nafas panjang kemudian menatap Rhein dengan prihatin, "Sebenarnya aku merasa kasihan kepadamu, Rhein,"

Rhein mendongakkan wajahnya menatap Surya.

"Maksud kamu?"

"Aku yakin kamu gak tuli! Aku dengar apa yang mereka bicarakan suamimu," Surya tertawa menatap Rhein.

"Oya?" cibir Rhein.

"Gak usah pura-pura, Rhein. Aku dengar mereka bilang suami kamu seorang gay. Aku yakin pernikahan kamu dengan dia hanya pura-pura. Kamu sengaja melakukan itu untuk membuatku cemburu. Aku yakin ada kesepakatan diantara kalian, dia menikah denganmu hanya untuk menutupi orientasi seksualnya yang melenceng." Tawa Surya berganti dengan senyuman sejenak kemudian wajahnya berubah menjadi serius. "Aku masih mencintaimu dan aku yakin kamu juga masih mencintaiku. Jadi aku ingin kamu kembali padaku, Rhein."

Rhein mengerutkan kening menatap Surya kesal, entah apa yang ada dalam pikiran laki-laki itu.

"Tinggalkan dia dan kembalilah padaku, Rhein." kata Surya penuh harap. dia berusaha meraih tangan Rhein tapi Rhein segera menepisnya.

Rhein menatap Surya dengan muak bukan hanya pada rasa percaya dirinya yang berlebihan tapi juga sikap Surya menggunakan berita yang belum tentu kebenarannya itu untuk mengambil keuntungan bagi dirinya.

"Rhein, aku akui Keenan bisa memberimu kekayaan lebih dari yang bisa kuberikan, tapi aku bisa memberimu kebahagian tidak hanya lahir tapi juga batin. Apa gunanya kekayaan berlimpah kalau dia tidak bisa memuaskanmu?"

"Surya!" teriak Rhein sambil mendelik, wajahnya merah padam.

Surya terkejut mendengar Rhein berteriak, dia menatap Rhein tak percaya.

"Yang tahu Keenan gay atau bukan hanya aku, jadi tak perlu berasumsi macam-macam! Tentunya aku tak perlu menceritakan bagaimana aku mendesah-desah dibawahnya atau mengirim video saat kami sedang making love hanya untuk menunjukkan kalau Keenan bukan gay!" Rhein berkata dengan dingin, tatapannya setajam pisau yang terhunus. Sepertinya Rhein benar-benar kesal dia langsung berdiri meninggalkan Surya yang terpaku di tempatnya.

"Aku keluar!" teriak Rhein sebelum menutup pintu ruangan Surya dengan keras.

"Kenapa Rhein?" tanya Anita yang mejanya di luar ruangan Surya.

"Aku mau keluar dari sini, dasar Surya menyebalkan!"

"Sabar, Non! Kamu hanya emosi saja! Memangnya kamu mau kerja dimana kalau bukan di sini, aku tahu lamaranmu ke beberapa perusahaan belum dapat jawaban Rhein," bujuk Anita.

"Tapi ini benar-benar menyebalkan!" gerutu Rhein.

" Aku melarangmu keluar dari sini! Kamu tidak bisa keluar seenaknya saja!" Tiba-tiba Surya sudah ada di sebelah Rhein dan Anita. Dia menatap tajam ke arah Rhein.

"Atau apa?" tantang Rhein.

Anita yang hanya terdiam menyaksikan keduanya.

"Kamu tidak akan bisa bekerja di manapun!" Kata Surya dengan penuh percaya diri. Surya yakin Rhein tidak akan menggunakan koneksi Keenan untuk mencari pekerjaan karena dia tahu siapa Rhein.

"Menyebalkan!" Rhein menghentakkan kakinya pergi dari hadapan Surya dan Anita dengan wajah yang menyeramkan.

"Ada apa ini?! Kamu mencoba merayu Surya lagi?"sinis suara itu

Seorang perempuan menghalangi langkah Rhein, dari suaranya Rhein tahu itu adalah meta, si penyihir, istri Surya. Kedatangan Meta membuat Rhein makin emosi, dia tak menghentikan langkahnya tapi terus berjalan bahkan dengan sengaja menabrakkan bahunya pada bahu Meta. Rhein meringis merasakan bahunya sakit tapi dia tak perduli apalagi saat dilihatnya Meta agak terhuyung karenanya. Anita berusaha menahan senyumnya melihat hal itu,

"Kenapa dia masih di sini, harusnya kamu pecat dia, Yang!" Meta memegangi bahunya yang sakit dan langsung memarahi Surya.

Surya menatap Meta sebal dan langsung membalikkan tubuhnya memasuki ruangannya, Surya menghempaskan pantatnya di atas kursinya. Meta segera menyusul Surya ke ruangannya.

"Kamu kenapa, Yang? Apa yang dia lakukan kepadamu?"

Surya hanya diam dan tak menjawab pertanyaan Meta. Sementara itu Rhein telah kembali ke kubikelnya, dia berusaha setenang mungkin agar teman-temannya tak curiga dengan apa yang terjadi antara dia dan Surya. Rhein segera duduk di kursinya dan meminum sisa teh yang ada di gelasnya.

"Kenapa si Bos, Rhein?" tanya Nena melihat Rhein telah berada di sampingnya.

"Biasa!" dengus Rhein.

"Pengin balikan? Jiah si Bos sepertinya gak sadar, istrinya saja bersliweran di sini masih saja mau cari gebetan, cari mati dia!" Nena ikutan gemas.

"Terus si nenek sihir tadi ngapain?"

"Entahlah," Rhein mengangkat kedua bahunya sebal.

"Mbak Rhein, pesanannya datang," kata Agung, satpam kantor.

"Oke suruh bawa ke sini!" Rhein tersenyum, rasa kesalnya sedikit berkurang.

Kurir yang membawa makanan segera membawa pesanan Rhein ke dalam kantor, Agung dibantu dua orang cleaning servis mendistribusikan nasi kotak dan minumannya kepada semua karyawan kecuali pada bos mereka. Ucapan terimakasih segera mengalir pada rhein yang dibalas dengan senyuman karena mereka tak perlu mengeluarkan uang untuk makan siang sedang mereka yang telah membawa bekal maka mereka akan memakan bekal mereka dan sedang nasi kotaknya dibawa pulang. Surya dan Meta yang berjalan melewati karyawannya karena hendak makan siang di luar terkejut karena semua orang dapat nasi kotak tapi melewatkan dirinya, hal itu memang sengaja dilakun Nena saat menghitung dan menyampaikan pesanan lewat aplikasi tadi.

Nena tertawa melihat wajah Surya dan Meta yang cemberut, dia langsung melakukan toss dengan Yuni setelah kedua orang itu keluar dari pintu kantor.

Tiba-tiba ponsel Rhein berbunyi saat Rhein mulai makan, Rhein segera mengeluarkan ponsel itu dari sakunya dan melihat nama Keenan terlihat di layarnya. Rhein segera mengangkat teleponnya.

"Hon, kamu bisa pulang lebih awal hari ini?" tanya Keenan setelah mengucap salam.

"Jam berapa?"

"Jam tiga Cassandra akan mengadakan prescon, aku ingin kamu ada di sini jam-jam itu,"

Rhein menatap jam ditangannya, jam yang membuat heboh teman-temannya. Sebenarnya Rhein merasa tidak pantas memakainya tapi Keenan melarangnya melepas jam tas tangan tersebut. Dia sebenarnya malas bertemu dengan Casandra dan asistennya.

"Harus, ya?"

"He-eh," jawab Keenan.

'Aku masih ada urusan jadi tidak bisa datang pada jam itu, jadi aku mungkin telat,"

"Gak apa-apa, biar Pak Amir menjemputmu nanti jam empat!"

"Oh, baiklah,"

***

AlanyLove


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C27
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login