Download App

Chapter 75: Berkunjung ke Desa Penduduk Suku Sasak

Setelah puas berkeliling, mereka lanjut ke desa Sade. Selama perjalanan Ayu tertidur bahkan hingga mereka tiba juga masih tidur dan tidak dibangunkan.

Setelah sejam Ayu tidur sejak berangkat, sadarlah ia bahwa mereka telah sampai. Selama Ayu tidur, kepalanya bersandar di bahu Rashid. Hanya mereka berdua di dalam mobil

"Ah.. lelahnya hari ini" kata Ayu sambil menguap dan beranjak duduk tegak.

"Tentu saja Sayang kecapean, olahraga kita hari ini terlalu berlebihan. Kegiatan kita hari ini sudah tenis meja, renang, surfing, ditambah mau keliling desa suku Sasak. Waktu surfing, Abang sudah bilang kita sejam saja belajarnya, tapi Neng malah keasyikan main air kaya anak kecil yang suka main air dan gak mau keluar lagi. Habis itu Abang nyaranin kita pulang aja, istirahat dulu. Tapi nyatanya Neng sendiri yang malah keasikan pengen kelayab kesana kemari. Jadi rasakan akibatnya ya, badan pegal dan kulitmu jadi hitam plus keriput tuh. Kalau tua seperti ini ya? Jelek tahu. Hahaha" ledek Rashid.

Rashid yang tertawa dilemparin bantal mobil oleh Ayu yang kesal dengan omongannya. Umur masih muda gini, 20 tahun saja belum sampai, tapi udah dikatain keriput, padahal yang ngomong itu justru usianya lebih tua.

"Jahat banget sih Abang ini. Abang juga sama aja, kulitnya juga item keriput. Jadi sesama item keriput jangan saling mendahului!" kata Ayu.

"Jadi kita sama - sama tua donk. Tapi Abang malah senang kalau Neng jadi tua, jadi gak akan ada pria lain yang akan melirikmu" kata Rashid

"Ikh.. Apaan sih. Awas ya tunggu pembalasan Neng" kata Ayu dengan nada marah!.

"Iya deh maaf.. Abang cuma becanda kok" kata Rashid.

Setelah emosi Ayu mereda, ia melihat sekelilingnya.

"Dimana ini?" tanya Ayu.

"Sekarang kita sedang berada di desa Sade, salah satu desa tempat tinggal Suku Sasak yang merupakan penduduk asli orang Lombok" jawab Rashid.

"Tunggu apa lagi? Ayo kita turun" Ajak Ayu bersemangat.

Rashid hanya tertawa geli.

- * * * -

Maka mereka berlima ke desa Sade yang merupakan salah satu dusun di desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah. Setelah mereka tiba di sana, terlihat bentuk bangunan tempat tinggal masyarakatnya masih sangat tradisional. Semua bangunannya terbuat dari kayu dengan dinding anyaman bambu, beratap alang - alang jerami dan berlantai tanah liat bercampur kotoran kerbau. Hal yang aneh bagi Ayu, tinggi pintunya pendek sekali sehingga kalau mau masuk sepertinya harus menunduk. Jarak antar rumahnya padat seperti di kota.

"Kalau melihat ekspresi mba Ayu, pasti kaget ya melihat pintu rumahnya kecil?" tanya Maulida.

Ayu hanya menganggukan kepala.

"Itu dimaksudkan supaya tamu yang datang berkunjung menundukan kepala sebagai tanda memberi hormat kepada tuan rumahnya" jelas Maulida.

"Oh begitu, tapi repot juga kalau pemilik rumah bolak balik rumah harus menunduk juga, bisa - bisa encok pinggangnya. Apalagi kalau lupa gak nunduk, pasti jidatnya kepentok tuh, bisa benjol segede bola tenis" kata Ayu yang gak bermaksud melucu tapi semua orang malah jadi tertawa.

"Mba Ayu bisa aja" komentar Maulida

Mereka berkeliling desa, melihat - lihat sambil Maulida menjelaskan.

"Rumah dibedakan berdasarkan fungsinya. Rumah tempat tinggal disebut Bale Tani, terdiri dari 3 ruangan, ruangan dalam untuk anak gadis dan memasak, bagian luar kanan untuk orang tua dan bagian luar kiri untuk anak laki - laki yang merangkap ruang tamu. Rumah lainnya disebut Lumbung yang bangunannya dibuat tinggi sebagai tempat menyimpan hasil panen padi yang uniknya disimpan di atas dengan menaiki tangga darurat. Hal ini untuk menghindari dari banjir dan hama tikus supaya hasil panen tetap aman. Lumbung juga dijadikan sebagai simbol resmi kabupaten Lombok. Sedangkan rumah terakhir merupakan tempat lahiran sebagi tempatnya dukun desa untuk memberikan pertolongan lahiran bagi ibu hamil yang akan melahirkan" jelas Maulida.

"Apa? Dukun? Jaman sekarang masih ada dukun?" tanya Ayu.

"Kata Dukun di sini bukan dukun yang memberi jampi - jampi yang tak jelas seperti kebanyakan dukun. Tapi maksud Dukun di sini adalah mitra kerja Bidan, mereka sudah terlatih seperti Bidan saja, atau dengan kata lain Dukun di sini itu Bidan desa. Tugas dukun selain memberi pertolongan saat melahirkan, tapi juga memberi penyuluhan kepada warga supaya tidak melahirkan sendiri di rumah demi keselamatan ibu dan si jabang bayi dan memberi pemahaman pentingnya Akte Kelahiran" jelas Maulida.

"Oh begitu.." tanggapan Ayu.

Mereka memasuki salah satu rumah, Maulida menjelaskan "Alas lantai disini dari campuran tanah liat dan kotoran kerbau".

"Yang bener? Tapi kok gak bau ya?" komentar Ayu.

"Ya karena sudah kering dan lama jadi tidak berbau. Mereka percaya bahwa kotoran kerbau ampuh mengusir nyamuk dan membuat rumah menjadi hangat" terang Maulida.

"Ada hal unik mengenai tradisi perkawinan di desa sini, asalkan pihak pria dan wanita saling suka maka tanpa ada lamaran, sang pria menculik dan bawa kabur anak orang (wanita), lalu sembunyikan dari orang tua si gadis. Setelah sang orang tua gadis menyerah mencari anaknya yang hilang, barulah sang pria bilang ke orang tua sang gadis kalau dialah pelakunya dan dia mau menikah dengan gadis pujaannya" jelas Maulida.

"Lucu kaya main petak umpet, kalau sampai ketahuan sebelum si pria bilang, bagaimana tuh?" tanya Ayu.

"Maka pernikahannya gagal"

"Hah? Gagal? Bagaimana kalau mereka telah melakukan hubungan suami istri lalu hamil?" tanya Ayu.

"Mungkin tetap dinikahkan, tapi jarang yang gagal. Oke kita lanjutkan penjelasan lainnya. Tradisi kawin culik biasanya berlaku sesama warga desa dengan mas kawin yang tidak begitu mahal, tapi kalau di luar desa maka pakai mas kawin yang agak mahal" kata Maulida.

"Wah.. coba aja Neng asalnya dari desa Sade, Abang gak perlu repot - repot urus sana sini, tinggal culik aja Neng, urusan jadi beres" kata Rashid.

"Lah, bukannya Abang secara tak langsung emang nyulik Neng? Kalau tidak, maka Neng pasti sekarang masih ada di Serang sedang sibuk kuliah. Abang juga awalnya bisa memilih kawin kontrak yang mudah dilakukan seperti wisatawan lainnya, tapi Abang malah milih nikahin Neng secara resmi. Jadi rasain akibatnya" kata Ayu mengingatkan Rashid akan perbuatannya.

"Oh iya ya, Abang lupa. Hehehe" kata Rashid yang nyengir memperlihatkan giginya yang putih.

Maulidapun melanjutkan penjelasan lainnya.

"Mata pencaharian mereka bertani dan mengandalkan kunjungan para wisatawan dengan menyuguhkan atraksi tradisional sukunya yang disebut Peresean merupakan olahraga bela diri para pria suku Sasak berupa 2 orang yang saling bertarung menampilkan keahlian masing - masing yang bersenjatakan tongkat rotan dan perisai kulit kerbau yang tebal dan keras. Para petarung bertelanjang dada dan sarung yang diikat dengan tali hingga panjangnya sebatas lutut. Dulu Peresean dilakukan sebagai upacara memohon hujan saat musim kemarau, tapi sekarang peresean dilakukan untuk menyambut tamu wisatawan yang berkunjung ke Lombok" terang Maulida

"Selain itu, mata pencaharian mereka juga sebagian besar dengan membuat kain tenun songket maupun kerajinan lainnya yang langsung dijual ke pengunjung wisatawan. Ataupun mereka kerjasama dengan pihak luar maupun pemerintah dengan mengirim kain songketnya yang diolah menjadi peci, pakaian, rok, gantungan kunci, dan sebagainya lalu dijual di sini" jelas Maulida

"Ya bagus dan unik - unik barang dagangan mereka" komentar Ayu.

"Pilih saja apapun yang Sayang mau" usul Ayu.

Barulah mereka berbelanja barang yang unik khas lombok hingga mereka melihat penduduk wanita membuat kain dengan cara menenun. Ayu tertarik melihatnya dan sepertinya mudah menenun itu.

"Mba Ayu bisa belajar juga disini cara membuat kain songket khas suku sasak. Tapi ada desa khusus penghasil kain di desa Sukarara" kata Maulida.

"Oke, ayo lanjut ke sana!" kata Ayu dengan semangat.

Sebelum berangkat ke tujuan berikutnya, mereka sempat menikmati atraksi pertarungan Peresean.

"Aw kalau kena sabetan rotannya, pasti sakit sekali tuh karena langsung kena kulit badan. Rotannya ternyata bentuk kecil memanjang seperti cambuk saja" kata Ayu yang sedikit ngeri dan terasa sakit walaupun ia hanya menyaksikan saja, bukan sebagai petarung yang mendapatkan sabetan rotannya.

"Ya memang sakit, karena itulah dibutuhkan perisai untuk menghalangi sabetan rotan itu beserta keahlian para petarung menggunakan dua senjata itu sebaik - baiknya" kata Maulida.

Setelah puas menonton, mereka lanjut ke desa Sukarara berlokasi di kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, dengan waktu tempuh setengah jam merupakan desa adat pengrajin kain tenun terbesar di Lombok. Selain Ayu melihat dan membeli kain songket hasil tenunan masyarakat itu, Ayu juga belajar membuat cara bertenun. Lagi - lagi Ayu gagal membuatnya karena pusing dan rumit melihat banyak benang yang harus ditenun dengan pola ciri khas suku Sasak.

"Aih.. Sulit sekali sih bikin kerajinan tangan tradisional itu. Belajar menjahit gak sesulit membuat bahan kain" keluh Ayu frustasi.

"Sabar donk Sayang.. Maklum kan baru aja belajar, sedangkan mereka sudah praktik bertahun - tahun. Mereka bisa karena biasa" komentar Rashid menyemangati Ayu.

Ayu hanya mengangguk tapi di wajahnya masih terlihat sedih.

Waktu tak terasa bentar lagi magrib sehingga mereka hanya sebentar mampir di desa Sukarara. Walaupun sepanjang perjalanan banyak ditemukan masjid karena Lombok terkenal akan sebutan pulau seribu mesjid, tapi destinasi selanjutnya ke salah satu masjid terkenal di Lombok yang dekat dengan lokasi mereka.

Mereka shalat magrib di Masjid Agung Praya yang letaknya tak jauh dari desa Sukarara hanya butuh waktu 15 menit perjalanan. Masjid Agung Praya merupakan salah satu masjid besar di Lombok Tengah. Masjidnya berdiri di tanah pemerintah bekas perkebunan tebu sejak tahun 1979. Masjidnya terlihat megah, bermotif putih di dindingnya dengan kombinasi biru tua di bagian kubahnya.

"Apakah mau dilanjutkan tournya?" tanya Maulida.

"Cukup. Besok lagi ya. Sekarang cari tempat makan saja lalu pulang" komentar Ayu.

"Kasian.. Sayang kelihatan cape dan ngantuk. Pulang saja yuk! Makannya di hotel saja, makan di restorannya atau pesan makan dari kamar saja" usul Rashid.

"Terserah" kata Ayu dengan suara lemah lalu matanya terpejam dan langsung tertidur.


CREATORS' THOUGHTS
3cy 3cy

Bakalan sibuk nih.

Kmrn sibuk keliling ke rmh sodara suami di Rangkas & sodara saya di Menes dalam wkt sehari doang. Mampirnya bentar2,takut nularin ke sodara.

Mulai bsk yg bantuin di rmh jg pd pulang. Biasanya kalo salah satu libur ada yg lain gantiin,skrg dua2nya libur,jd maaf ya reader daku sibuk dl di rmh,pasti bakalan tersendat2 updatenya.

Oh iya,ada reader yg ga bs beli baju lebaran,jd Insya Allah nanti minggu/senin ada 1 Kuis dgn hadiah kain batik khas Banten berlaku buat semua.

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C75
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login