Download App

Chapter 2: Penyelamat?

Kejadian yang melibatkan Evelyn dan kakak senior menjadi pembicaraan banyak siswa dan siswi di Noah. Beberapa dari mereka mengagumi sikap berani Evelyn, banyak juga yang mencemooh aksinya tersebut. Alhasil, beberapa orang tampak memandang sinis kepadanya. Tapi, bukan Evelyn namanya jika hal semacam ini bisa membuatnya bersedih.

"Human abnormal, dasar!" sewot Evelyn yang kala itu duduk sendirian. Dengan kesal ia menyeruput teh manis yang baru saja ia pesan.

Hari ini, gadis itu sudah menerima pesan dari beberapa stalkernya. Banyak kata-kata menyakitkan disana, tapi ia tak peduli. yang jelas, ia hidup didunia ini bukan karna mereka. Dia tak peduli sama sekali.

Kantin, memang ruangan paling berisik setelah pasar bagi Evelyn. Jika saja ia tidak lapar, rasanya malas sekali menginjakkan kaki di lantai kantin seperti sekarang ini.

"Pindah!" Suara bernada tinggi itu mengagetkan Eve, gadis itu hampir tersedak. Sontak, suara itu membuat seisi kantin menoleh penasaran.

Dua orang perempuan berdiri sambil membawa nampan makanan miliknya. Satu berambut pendek lurus, satunya lagi berambut panjang seperti Eve. yang jelas, salah satu perempuan itu adalah manusia paling sok-sokan yang pernah Eve temui. ya, dia adalah senior centil berkipas pink.

"Gue bilang pindah budek!" Suaranya meninggi. lebih tinggi dari sebelumnya.

Eve berdiri, ia pandangi datar. Seperti yang diketahui, ia tidak menyukai cewek dihapadapannya. Bukan benci, ia hanya kesal, sangat kesal sampai rasanya ingin sekali menarik rambutnya yang tergerai.

"lo buta apa rabun jauh sih?" jawab Eve ketus. Membuat cewek itu melotot, "Tuh liat, papan disana bertuliskan, Kantin siswa-siswi high school NOAH, bukan kantin pribadi."

"Ini tempat gue! Gue tiap hari makan disini!"

What the fucking? Ternyata masih ada orang sok berkuasa di muka bumi ini, dan sialnya orang itu kini berada dihadapan Evelyn.

"Kalo gitu, mulai hari ini elo cari tempat lain, dong." Evelyn tidak suka di atur, apalagi dengan orang yang asing di kehidupannya, ia benci.

"Brengsek lo!" geram cewek berambut panjang tadi sambil menyiramkan jus jeruknya diatas rambut Eve. jus itu mengalir begitu saja, membasi rambut, wajah dan seluruh sebagian tubuh Evelyn. Lengket, kotor, Eve benci diperlakukan seperti ini.

"Hidup lo kebanyakan drama tau nggak! Makan tuh bangku kayu!" Eve berang, setelah menyiram kuah bakso yang tadi ia makan bersama dengan es teh yang masih tersisa ke meja dan kursi kayu kantin. Eve pun pergi, pastinya diliputi kekesalan yang amat sangat.

Eve buka bajunya ditoilet wanita. dia benci diperlakukan seperti ini. tapi, lebih benci lagi jika manusia seperti mereka dibiarkan hidup tenang di muka bumi.

Setelah mencuci bajunya yang lengket, Evelyn pun segera keluar. Dengan seragammya yang basah kuyup, Eve tak pedulikan beberapa orang yang meneriakinya, gadis menarik perhatian siswa-siswi disekitar karna bajunya yang transparan, apalagi para cowok.

"Gila, Evelyn ngeri amat!"

"Sexy abis."

"Eve, lumayan juga."

Suara bisik-bisik terdengar sepanjang Evelyn menyusuri koridor. Jujur ia malu, tapi ia lebih merasakan jengkel dihatinya sebab perlakuan seperti tadi.

"Eh,"

Eve menghentikan langkahnya ketika sesuatu terasa menyentuh pundaknya. Salah seorang cowok dari mereka mendekat, lalu membuka jaketnya. Setelah itu, ia membawa Eve ke suatu tempat.

Parking area

"Siapa loe?"

"Jangan ge'er, gua malu aja liat elo kaya gitu," jawab cowok pemilik jaket sambil memainkan rambutnya.

"dih ge'er kata loe? Gak mungkin!" Eve membalasnya ketus, bukan malah mengatakan terima kasih.

"loe pulang aja. Nanti gua yang minta izin ke kelas lo."

"Gak, gak mau!" Dengan segenap harga dirinya, Evelyn menolak.

"Loe basah kayak gini, masuk angin mampus, loe." protes laki-laki itu.

"Loe siapa ngatur-ngatur gue?"

Laki-laki itu terdiam.

benar juga, dia tak mengenali gadis sangar ini.

"Loe jadul, miris gue liatnya," jawabnya awkward.

"Maksud loe?" Eve bener-benar nggak ngerti kali ini.

"Baju lo basah, dan lengan siswi disini perasaan gue pendek, lo kenapa furqon sendiri?"

"Suka-suka gue dong. Hidup gue juga, ngapa lo yang sewot."

"Jelasin hal yang nggak bakal ketangkep sama lo tu nggak guna, ikut Gue!"

Cwok itu menarik Evelyn masuk kemobilnya, meninggalkan sekolah, hari ini, Evelyn seperti diculik.

***

Eve menggigit bibirnya yang membiru,

baju seragamnya yang basah membuatnya menggigil. Meskipun jaket Milik laki-laki misterius itu menyelimutinya, tapi tetap saja, yang dingin berasal dari dalam, jaket hanya menutupi penampakan yang terjadi karna baju sialan ini.

Laki-laki yang tadinya fokus dengan kemudi pun menoleh, gigi Eve yang bergemeletuk membuatnya terganggu.

"Kedinginan ya lo?" Pertanyaan konyol macam apa ini? Sudah jelas cewek disebelahnya menggigil sampai bibirnya membiru, masih pake nanya!

"Loe bego ya," jawab Eve kesal.

Gadis itu masih sempat nyolot dalam keadaan yang sedarurat ini. Sedangkan si cowok hanya tersenyum, senyum yang baru kali pertama Eve lihat selama bertemu.

Mobil jeep berwarna hitam itupun menepi, lalu berhenti di kawasan yang agak sepi.

"Bukak jaket gua," perintah pemuda itu sambil menoleh kebelakang. Bahunya hampir menyenggol kepala Eve disampingnya. Masih dengan posisi begini, suaranya terdengar lagi, "kalo udah buka baju loe"

Spontan saja Evelyn langsung menoreh curiga.

Ditempat sepi? buka baju? Perasaan aneh menyelimutinya, takut jika hal mengerikan bisa saja menimpanya hari ini.

"Udah belum si?" tanya pemuda itu kesal, ia tunjukkan baju kaos panjang berwarna hitam miliknya pada Evelyn. Sedangkan Evelyn hanya terdiam, dengan kepala tertunduk takut.

"Loe mau apa?" tanya Eve sambil mengigit bibir bawahnya yang menggigil kedinginan.

"Loe ganti baju. Pake baju gue dulu, kegedean dikit nggak papa deh, kebetulan ada yang lengen panjang, bisa anget sikit!" jelasnya panjang lebar, membuat Eve malu sendiri.

"Gue gak ada niat mau macem-macem sama loe, tenang aja."

Eve malah masih tetap mematung, seperti ayam lupa caranya bertelur. Entah kenapa, Eve berubah menjadi penurut seperti ini.

Setelah membuka jaket milik si cowok, ia pun memegang kancing seragamnya yang masih basah, bermaksud ingin membukanya, tapi tetap saja ia ragu.

"Tutup dulu mata loe!" pinta Eve geram. Dan si cowok hanya menurut. ia tak mau macam-macam pada serigala yang baru jinak, masih terlalu bahaya.

Eve menghentikan aktifitasnya sesaat. matanya memandang kedua tangannya yang lebam. rasa nyerinya belum hilang, sejak kejadian seminggu lalu, menyisakan beberapa goresan yang perih.

Lima menit yang menjemukan.

"Udah belum?" tanya si cowok, masih dengan posisi membelakangi Evelyn.

"Udah."

"Udah gak dingin lagi, 'kan?" tambah si cowok sambil kembali menjalankan mobilnya. sedangkan Eve yang sudah siap dari tadi, hanya memandang kearah cowok yang sampai saat ini belum tau siapa namanya.

"Btw makasih" sela Evelyn ditengah-tengah keheningan. baru kali ini ada cowok yang begitu peduli padanya.

Cowok itu tersenyum lebar. Eve bisa melihatnya meski hanya dari samping. membuat Eve juga ikut tersenyum entah karna apa.

Beberapa menit kemudian Eve mulai suka angkat bicara. yah, biasanya dia memang suka bicara. dari kejadiannya di kantin tadi pagi, sampai kejadiannya di pintu pagar sekolah kemarin. Eve sesekali bercerita diiringi tawa yang membahana, menertawakan si senior belagak yang sudah ia lawan tanpa gentar.

cowok itu menanggapi sesekali, dia bukannya tak tau semua kejadian itu. Kebetulan, dua kejadian yang melibatkan Eve dan kakak senior berkipas pink itu, dia ada di lokasi kejadian.

"Loe keliatannya bahagia banget ya, bisa nge bully kakak kelas," ucap si cowok. matanya melirik kearah Eve sesekali.

Eve membalasnya dengan senyuman sumringahnya. Tanpa mengatakan apapun, si cowok Pasti sudah bisa memahaminya.

"Loe, kalo diliat-liat, orangnya ceria banget ya? kaya nggak ada beban gitu dalam hidup loe." Entah kenapa tiba-tiba kalimat itu menghentikan celoteh Eve, beserta tawa didalamnya.

Eve tak mengerti, "Maksud loe?" tanyanya bingung.

"Iya Keliatan dari senyum lo itu."

"Jangan berprasangka terlalu jauh, senyum bukan berarti hidup seseorang baik-baik saja 'kan?"

Setelah mengatakan hal yang membuat si cowok tak menjawab apapun, Eve pun menyandarkan kepalanya di jok mobil hingga akhirnya tertidur pulas.

To be continue


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login