Download App

Chapter 8: SALING MENGIKHLASKAN

"Tapi tidak dengan mengorbankan perasaan kita Dek Fazrani?" ucap Hafiz putus asa karena dia sangat tahu bagaimana keras kepalanya wanita yang bernama Fazrani Aisyah.

"Aku tidak pernah mengorbankan perasaan apapun Mas Hafiz, aku ikhlas dengan semua yang terjadi, seperti halnya aku ikhlas memberikan hidupku pada anak-anak yang membutuhkan kasih sayang dan ilmu dariku." ucap Fazrani memberi gambaran pada Hafiz tentang hati dan pikirannya.

"Tidakkah kamu menderita bila hidup tidak dengan orang yang kamu cinta?" tanya Hafiz menatap lekat-lekat wajah wanita yang di cintainya.

"Seperti Mas Hafiz bilang kita hidup sebenarnya hanya abadi dengan mencintai Alloh saja. Aku akan berusaha untuk berpegang teguh pada itu Mas. Semoga walau kita tidak berjodoh di dunia ini kita berjodoh di akhirat nanti. Mas Hafiz mengerti maksudku kan? aku tidak perlu lagi menjelaskan apapun kan Mas Hafiz? karena Mas Hafiz adalah panutanku yang lebih tahu dalam hal ini." ucap Fazrani yang berusaha mengikhlaskan cinta Hafiz.

"Aku akan berusaha mengikhlaskan cinta Mas Hafiz pada yang lain." ucap Fazrani bangun dari duduknya meninggalkan Hafiz yang merenungkan semua ucapan Fazrani.

"Neng Fazrani." panggil Laila datang bersama Habibah.

"Ya Ummi, Bunda." ucap Fazrani mengecup punggung tangan Laila dan Habibah.

"Neng beritahu kami berdua, kenapa Neng Fazrani memilih Allam? kenapa bukan Hafiz?" tanya Laila di ikuti anggukan kepala Habibah.

"Ummi, Bunda, barusan aku sudah bicara panjang lebar dengan Mas Hafiz, dan Insyaallah Mas Hafiz mengerti." jawab Fazrani dengan tersenyum walau hatinya ada sesuatu perasaan yang membaur menjadi satu dan yang di butuhkannya sekarang adalah ketenangan.

"Nak Fazrani, anakku Hafiz tidak terluka kan Nak?" tanya Habibah dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.

"Jika bisa di katakan seperti itu, kita berdua memang sama-sama terluka Bunda..tapi kita berdua harus berusaha saling mengikhlaskan." jawab Fazrani dengan suara pelan.

"Sekarang Hafiz di mana Nak Fazrani?" tanya Habibah yang menguatirkan keadaan Hafjz.

"Duduk di samping pendopo Bunda." jawab Fazrani yang sengaja meninggalkan Hafiz agar Hafiz bisa berpikir dengan tenang.

"Baiklah Nak, Bunda mau temani Hafiz dulu, dari sini nanti masih pulang ke rumah Bunda kan?" tanya Habibah berharap Fazrani berubah pikiran.

"Masih Bunda, karena aku masih harus bicara dengan Mas Hafiz dan menyelesaikan semuanya dengan baik-baik." jawab Fazrani berusaha tersenyum.

"Ya sudah Nak, Bunda tinggal dulu..Laila aku ke Hafiz dulu." ucap Habibah meninggalkan Laila dan Fazrani.

"Neng, katakan pada Ummi kenapa Neng mau menjadi suami Allam padahal Allam telah menyakiti hati Neng?" tanya Laila dengan airmata yang menetes di pipinya.

"Ummi, nanti setelah semuanya selesai aku akan menceritakan semuanya pada Ummi, sekarang maukah Ummi mengantar aku ke tempat rumah suci?" pinta Fazrani ingin tahu hukuman yang akan di terima Allam.

"Terimakasih Neng masih mau memaafkan Allam, mari ikuti Ummi." jawab Laila menggandeng tangan Fazrani ke tempat ruang suci di mana Allam berada.

Sampai di rumah yang sangat kecil dan berbentuk joglo, Fazrani melihat Abah Husnan dan Abi Affandi juga ada lima orang lagj berdiri di luar rumah.

"Abi, apa Allam sudah di pasung?" tanya Laila dengan perasaan sedih.

"Habis ini Ummi, kita tunggu pengobatan dokter desa selesai." jawab Affandi dengan wajah yang terlihat lelah.

Fazrani yang berdiri di samping Laila menjadi ikut gelisah dengan keadaan Allam karena lukanya memang sangat parah.

"Ummi bolehkah aku masuk ke dalam." ucap Fazrani yang ingin tahu keadaan Allam.

Laila menatap Affandi dan Husnan meminta persetujuan.

"Biarkan Fazrani masuk." sahut Husnan yang tidak berpihak pada siapapun.

"Masuklah Neng, tapi sepatunya tolong di lepas ya Neng." ucap Laila mengingatkan Fazrani.

Dengan hati berdebar-debar dan perasaan yang sedikit takut Fazrani melepas sepatunya dan masuk ke dalam.

Dilihatnya dokter desa sedang mengobati Allam dalam posisi miring karena dada dan punggungnya terluka.

Kedua mata Fazrani terpaku pada sebuah pasung yang menjadi satu dengan balai bambu yang sekarang di tempati Allam.

Fazrani tidak bisa membayangkan bagaimana Allam nanti bisa tidur jika kakinya di pasung, dan bagaimana Allam saat menjalani tiga hari dengan luka yang sangat parah.

Entah karena perasaan iba atau apa, setitik airmata Fazrani menetes di pelupuk matanya.

Fazrani tersentak dari lamunannya saat mendengar suara Allam yang mengerang dan merintih saat dokter mengobati dadanya yang robek dan punggungnya yang bilur-bilur mengeluarkan darah.

Karena tidak sanggup lagi melihat keadaan Allam, Sudah Fazrani keluar dari rumah suci. dengan dada yang terasa sesak.

"Ada apa Neng? wajah Neng Fazrani terlihat pucat." tanya Laila dengan panik.

"Tidak apa-apa Ummi, sekarang kita kembali saja ya Ummi? nanti sore kita kembali ke sini." ucap Fazrani yang tidak tega memberitahu keadaan Allam pada Laila.

Setelah pamit pada Abah Husnan dan Abi Affandi, Fazrani di antar pulang ke rumah Hafiz oleh Laila karena Fazrani masih belum tahu jalan pulang.

"Sudah ya Neng, nanti sore Ummi jemput ya?" ucap Laila dengan hati yang sedih sekaligus bahagia.

"Ya Ummi, Insyaallah ya Ummi." jawab Fazrani dengan tersenyum.

"Assalamualaikum Neng." ucap Laila meninggalkan Fazrani yang masih berdiri di depan rumah.

Dengan langkah pelan Fazrani berjalan masuk ke dalam rumah. Di lihatnya Habibah sedang menangis lirih.

"Assalamualaikum, ada apa Bunda? kenapa Bunda menangis?" tanya Fazrani sebagai hati cemas, sungguh dia telah melupakan Hafiz sesaat.

"Waalaikumsallam, Hafiz masih di kamarnya Nak, tidak mau bicara dan tidak mau makan, Bunda kuatir akan keadaannya, tolong bujuk Hafiz dan beri pengertian lagi Nak kalau jodoh itu tidak akan tertukar." ucap Habibah dengan sedih.

"Aku akan menemui Mas Hafiz sekarang Bunda." ucap Fazrani dengan suara pelan, kemudian berjalan ke kamar Hafiz.

"Assalamualaikum, Mas Hafiz ini Fazrani..bisa kita bicara sebentar." ucap Fazrani menunggu di depan pintu.

"Waalaikumsallam, masuklah Dek Fazrani." jawab hafiz seraya membuka pintu kamar.

Fazrani duduk di kursi di meja kerja Hafiz.

"Bagaimana dengan keputusanmu Dek Fazra? apa masih kukuh memilih Allam?" tanya Hafiz dengan suara pelan.

"Insyaallah masih Mas, aku minta maaf ya Mas." ucap Fazrani dengan wajah tertunduk.

"Tidak apa-apa, mungkin kita memang tidak berjodoh.. seandainya kita jodoh pasti tidak akan berakhir seperti ini." ucap Hafiz berusaha menenangkan diri untuk tidak kecewa.

"Mungkin dengan kita saling mengikhlaskan akan lebih mudah buat kita untuk saling melupakan perasaan kita Mas." ucap Fazrani dengan hati sedikit lega.

"Ya Dek Fazrani, apa yang dek Fazrani katakan sangatlah benar, kita masih bisa berhubungan dengan menjadi saudara yang baik." ucap Hafiz berusaha melepaskan dan mengikhlaskan cinta Fazrani untuk Allam.

"Webnovel kontrak"


CREATORS' THOUGHTS
NicksCart NicksCart

Happy reading KK,

UPDATE TIAP HARI JAM 11 MALAM, PLEASE PS, RIVIEW bintang 5, dan komentarnya.

yang ingin tahu spoiler dan visual video novel

CINTA SUCI WANITA BERCADAR

bisa kontak Nicks Cart

FB : NicksCart

IG : NicksCart

GROUP WA : 0888-0569-2220

My Novel :

BIBIR CANDU MRS DEALOVA

THE BELOVED ONE PART

MY UNCLE MY HUSBAND

FALLING IN LOVE

THE DARK LOVE OF THE ABIMANYU

LOVE THE OLD MAN

CAN YOU LOVE ME AGAIN

UTK PS BISA DI ALIHKAN KE MY UNCLE MY HUSBAND YA KK, KRN BAB NOVEL INI MSH KRG BABNYA

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C8
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login