Download App
72.11% Cakya

Chapter 181: Cakya akan baik-baik saja, hanya butuh waktu, itu saja

Seperti biasa, setiap kali Gama mau keluar kota, Gama selalu menyempatkan diri untuk bertemu keluarganya Mayang. Kali ini, Gama sengaja mengajak Mayang makan diluar, karena ada yang ingin dia bicarakan dengan Mayang.

Gama memilih makan di kafe yang kearah puncak, Gama dan Mayang menyukai suasana tenang dan nyaman. Sehingga Gama bisa lebih leluasa ngobrol bersama Mayang.

"Kamu mau pesan apa...?", Gama memberikan daftar menu ketangan Mayang.

"Paket Ayam bakar bumbu rujak, cah kangkung, sama... Minumnya air mineral aja", Mayang menyebutkan pesanannya kepada pelayan kafe yang segera mencatat.

"Kalau aku paket ayam gepreknya level 3, sop iga goreng, minumnya es teh manis aja", Gama menyelesaikan pesanannya dalam satu nafas.

"Baik, ditunggu pesanannya", pelayan kafe berlalu dari hadapan Gama dan Mayang.

"Sebenarnya ada apa...?", Mayang bertanya lembut, setelah pelayan kafe pergi.

"Erfly tidak bisa dihubungi", Gama bicara dengan nada paling pelan.

Kemudian Gama meraih rokoknya.

"Sejak kapan...?", Mayang bertanya bingung, keningnya berkerut seketika.

"Sebenarnya saat Cakya ke Garut bersama tunanganya Wulan. Erfly ke Sungai Penuh", Gama bicara dengan suara paling pelan, kemudian menghisap dalam rokoknya yang terselip diantara jemari tangan kanannya.

"Oh... Ya...?", Mayang semakin bingung dengan ucapan Gama.

"Dia datang kerumah sebelum magrib waktu itu, tapi... Langsung dilarikan kerumah sakit DKT karena pingsan", Gama menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya.

"Gama yang mengantar Erfly kerumah sakit, pakai mobil sewaan kantornya Erfly. Terus... Saat Erfly mendapat tindakan, Gama ditelfon Adam, ada anak kosan yang kecelakaan. Jadi... Gama pulang untuk mengecek keadaan. Dan... Saat Gama kembali lagi ke rumah sakit...", Gama menghentikan ucapan selanjutnya.

"Lalu...?", Mayang menagih jawaban.

"Erfly menghilang, pihak rumah sakit saat ditanya, katanya di bawa pulang paksa sama pihak keluarga", Gama bicara pelan.

"Lalu...? Cakya bagaimana...?", Mayang bertanya penuh kekhawatiran.

"Cakya akan baik-baik saja, hanya butuh waktu, itu saja", Gama bicara lirih.

"Bukannya Cakya harusnya ujian skripsi besok...?", Mayang baru ingat kalau besok adalah jadwal Cakya ujian akhir.

"Dia lagi ke makamnya Asri", Gama bicara dengan suara paling pelan.

"Terus ujiannya bagaimana...?", Mayang bertanya bingung.

"Gama sudah minta tolong bu Nanya untuk menjadwalkan ulang", Gama bicara pelan.

"Kira-kira Erfly kemana ya...?", Mayang bertanya bingung.

Gama hanya menggeleng pelan sebagai jawaban, Gama sendiri bahkan tidak tahu keberadaan Erfly ada dimana saat ini.

***

Candra duduk dibalik meja kerjanya, wajahnya serius menatap layar komputer yang ada dihadapannya.

"Dek...", terdengar suara Sinta memanggil Candra dengan suara paling pelan.

"Iya mbak, ada apa...?", Candra tetap fokus pada pekerjaannya.

"Ada yang mau mbak omongin sama kamu dek", Sinta bicara lirih.

Candra membuka kacamata yang menghiasi mukanya, kemudian menatap kearah Sinta.

"Ada apa mbak...?", Candra bertanya bingung, karena tidak mungkin tidak ada apa-apa Sinta memasang muka serius seperti ini.

"Mbak semalam dapat telfon dari Jakarta", Sinta bicara pelan.

"Ya...", Candra menjawab santai.

"Perumahan yang mau kita beli untuk wisma karyawan itu, sepertinya sedang ada masalah dek", Sinta menghentikan ucapannya, membaca reaksi Candra.

"Terus... Hubungannya sama kita apa...? Kita bisa cari penjual yang lain mbak", Candra bicara santai.

"Perumahan yang mau kita beli itu, di tipu sama rekan kerja samanya. Furnitur yang mereka pesan tidak dikirim, bahkan parahnya mereka putus kontak", Sinta bicara pelan.

"Lalu hubungannya sama kita apa mbak...?!", Candra mulai tidak senang dengan cara Sinta menjelaskan berputar-putar.

"Mbak rasa kamu harus melihat ini dek", Sinta menyerahkan map yang sedari tadi dia pegang ketangan Candra.

Candra membaca isi map dengan teliti. Raut mukanya langsung berubah drastis.

"Mbak dapat ini dari siapa...?", Candra bertanya sanksi, karena tidak percaya dengan informasi yang baru saja dibacanya.

"Dari teman mbak, dulunya kita satu sekolah saat SMP. Ayahnya kebetulan ditugaskan disini waktu itu, begitu lulus SMP dia pindah ke luar daerah.

Mbak g'ak sengaja ketemu dia saat mbak mau membayar DP rumah yang di Jakarta. Yang punya proyek ternyata istrinya dia.

Bahkan... Ini bukan kali pertama, proyek yang di Palembang juga sama.

Beruntung istrinya teman mbak punya koneksi yang kuat, sehingga mereka bisa melewati masa krisis mereka dalam waktu singkat", Sinta menjelaskan panjang lebar.

"Maksud mbak apa cerita ini semua ke Candra...?", Candra bertanya dengan nada putus asa.

"Kamu itu sudah bukan orang lain lagi buat mbak dek, mbak g'ak mau kamu salah pilih teman hidup", Sinta bicara lembut.

"Mbak bisa atur pertemuan Candra dengan teman mbak...? Candra harus cari kebenaran berita ini mbak", Candra bicara dengan penuh keyakinan.

"Mbak akan coba hubungi dek", Sinta memberikan janji.

***

Setelah makan, Gama segera mengantarkan Mayang kembali kerumahnya. Kemudian Gama segera melakukan perjalanannya, Gama tidak berangkat sendiri, ada 3 rekan kerjanya yang juga ikut pelatihan yang sama.

Hampir tengah malam, Gama dan rekan-rekannya mendarat di Bandara Zainuddin Abdul Majid Lombok.

Tatapan Gama langsung menangkap sosok perempuan yang dia kenal, Gama segera menitipkan barangnya kepada rekan-rekannya. Meminta mereka pergi duluan ke hotel.

Gama berlari kecil mengikuti punggung seorang perempuan yang dia kenal. Tepat sesaat perempuan itu mau menaiki mobil. Gama berhasil meraih pundak perempuan itu.

Perempuan yang ada dihadapan Gama berbalik dengan sangat anggun.

"Abang...?", perempuan itu tidak percaya dengan siapa yang ada dihadapannya.

"Astagfirullah.... Dek... Kamu kemana aja...?", Gama bertanya dengan leganya, akhirnya dia bisa melihat sosok yang dicari-cari oleh keponakannya hampir setengah gila.

"Abang kok bisa disini...?", Erfly bertanya dengan melemparkan senyuman terbaiknya.

"Abang ada pelatihan disini, tugas dari kantor", Gama bicara pelan.

"Kamu...", ucapan Gama terpotong karena Erfly sudah menyela.

"Kita cari tempat makan bang, ikut mobil Erfly saja", Erfly bicara pelan.

Gama hanya mengangguk pelan. Kemudian mengikuti Erfly yang masuk kedalam mobil terlebih dahulu.

Tidak ada suara yang keluar dari mulut Erfly ataupun Gama. 15 menit kemudian mobil parkir didepan rumah makan seafood.

"Abang mau makan apa...?", Erfly memberikan daftar menu ketangan Gama.

"Apa saja dek", Gama bicara pelan.

Erfly segera memesan makanan dan minuman. Gama bingung kenapa Erfly memesan makanan demikian banyak, padahal mereka hanya berdua.

"Abang apa kabarnya...?", Erfly bertanya lembut, saat pelayan kafe telah pergi.

"Alhamdulillah baik. Kamu kemana saja dek...? Cakya...", Gama tidak bisa melanjutkan ucapannya karena Erfly sudah kembali menyela ucapan Gama.

"Mayang apa kabarnya bang...?", Erfly mengalihkan topik pembicaraan.

"Dia baik-baik saja", Gama mengerutkan keningnya melihat tingkah Erfly yang secara sengaja mengalihkan topik pembicaraan.

"Sudah lama Erfly g'ak ketemu Mayang", Erfly tertawa renyah seketika.

Menit berikutnya makanan satu persatu datang memenuhi meja, Erfly tiba-tiba meraih HPnya saat ada telfon masuk.

Gama mengerutkan keningnya saat layar HP Erfly menampilkan foto Erfly bersama seorang lelaki. Gama tahu pasti kalau itu bukan Cakya, lelaki itu menggunakan pakaian lengkap satuan khusus Angkatan Udara.

Gama tidak melihat jelas wajah lelaki yang ada di layar HP Erfly. Gama hanya melihat wajah lelaki itu dari samping kiri. Akan tetapi Gama juga bisa memastikan kalau itu bukan ayah Erfly pastinya.

Siapa lelaki itu...?

Apa hilangnya Erfly ada hubungannya dengan lelaki yang ada di layar HP Erfly...?

Lalu kenapa Erfly bisa ada di Lombok...?

Kenapa Erfly menghindari pembahasan tentang dirinya yang tiba-tiba menghilang...?

Bahkan Erfly seolah enggan diajak bicara soal Cakya.

Pertanyaan bertubi-tubi memasuki otaknya dengan kekuatan serangan penuh. Gama memasang wajah yang rumit melihat gelagat Erfly yang demikian lembut saat menjawab telfon yang masuk.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C181
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login