Download App

Chapter 3: Si Murid Baru

"Kenapa gue harus sayang sama dia? Gue benci dia, gue benci semua yang udah dilakuin sama gue. Dia selalu nyakitin gue, dia nggak punya perasaan, dia kejam. Tapi kenapa gue masih sayang sama dia, gue sayang dia walau pun dia nggak sayang lagi sama gue. Gue sayang sama dia... Hiks...." Jessica menangis dalam pelukan orang itu.

"Gue nggak tau apa yang lo alami, tapi jangan memaksakan diri kita untuk sesuatu yang bisa membuat kita terluka."

1..

2…

3… Detik.

Seperti ada sesuatu yang salah, Jessica menyadari itu. 'Gue nggak tau apa yang lo alami' penggalan kata-kata itu kembali diulang dalam kepalanya. Suara yang baru saja didengarnya… suara itu… itu bukan suara Grace. Lalu siapa orang yang Jessica peluk?

Jessica melepaskan pelukannya dengan cepat. Ia menghapus sisa-sisa air mata yang mulai mengembun agar tidak menghalangi penglihatannya. Benar saja, bukan Grace yang baru saja dipeluknya melainkan seorang pria. Siapa pria ini?

"Siapa lo?" Jessica segera menghapus sisa air matanya. Malu sebenarnya, tapi Jessica segera menyembunyikan semua itu dengan kedok emosi.

Pria itu mengernyitkan dahinya, tak mengerti dengan situasi yang sebenarnya terjadi. Awalnya, pria itu hanya penasaran dengan suara isak tangis yang didengarnya. Waktu ia ingin bertanya, tiba-tiba saja Jessica malah memeluknya.

Jessica sudah merutuki dirinya sendiri. Bagaimana mungkin dia bisa salah orang? Ini bukan hanya sekedar salah orang, Jessica bahkan memeluk orang itu. Memalukan!! Jessica melirik seragam yang dipakai pria itu, ada tanda air di sana. Sangat jelas, itu adalah bekas air mata Jessica atau bahkan mungkin ingusnya -_-

"Gue… Johan." Pria itu mengulurkan tangannya dan memberikan senyumannya. Dengan senang hati ia memperkenalkan dirinya.

Jessica malah bingung dengan reaksi pria itu. "Sorry, gue nggak ada waktu kenalan sama lo." Sungguh angkuh gadis itu. Tadi dia sendiri bukan, yang menanyakan siapa Johan.

Buru-buru Jessica melangkahkan seribu kakinya untuk meninggalkan Johan.

***

"Princess…!"

"Ehm…" Gadis cantik itu memblushing mendengar panggilan itu. Pria yang ada disampingnya memandanginya dengan senyuman maut.

"Princess, maaf yah, tadi aku nggak pilih kamu buat jadi ketua kelas." Suara itu kembali terdengar dengan terasa menggelitik telinga Grace.

Kali ini keberuntungan jatuh ke tangan Grace, tahun ini akhirnya dia bisa sekelas dengan Andre. Pria imut yang beberapa waktu terakhir ini mengekornya kemanapun dia pergi.

Saat pemilihan perangkat kelas, Grace masuk dalam nominasi namun dia tidak berhasil menjadi ketua kelas. Lalu sekarang Andre mengakui kalau dia tidak memilihnya, Grace tidak masalah karena tidak terpilih menjadi ketua kelas tapi dia agak kecewa karena mengetahui Andre tidak memilihnya. "Kok gitu Dre?"

"Aku nggak mau kamu jadi ketua kelas kita," jawab Andre. "Aku maunya kamu jadi ketua di hatiku…"

"Dree… gombal deh." Grace menundukkan wajahnya yang merah merona. Senyumannya merekah semanis madu hanya karena gombalan receh yang Andre ungkapkan.

"Kata orang, sahabat itu manis kalau masih baru. Dan lebih manis lagi kalau jadi cinta. Tapi menurut aku, yang paling manis itu yah kamu, apalagi kalau lagi senyum." Lagi-lagi Andre melemparkan gombalannya pada Grace.

"Please deh dree!" Grace makin tidak bisa menahan dirinya. Andre selalu saja mampu mengumbar pujian, rayuan-rayuan, atau gombalan yang mampu membuat Grace terbang melayang.

Brukk…

Seseorang menjatuhkan pantatnya, memotong interaksi Andre dan Grace (?) Orang itu duduk ditengah-tengah Andre dan Grace. Hembusan napasnya terdengar begitu berat, tetapi memberi kelegaan tersendiri pada orang itu saat mampu membuang napasnya.

Huft…

Grace mengangkat tangannya untuk menyentil orang itu. "Ih, apaan sih lo main nyentil aja." Protes Jessica yang duduk diantara Andre dan Grace itu.

"Jess, lo ngapain sih disini? Dateng-dateng, ganggu acara gue sama Grace aja." Andre mengajukan keluhannya pada Jessica.

"Acara apa sih? Acara gombalan ala Andre untuk Princess Grace. Udah episode berapa tuh, sampai sekarang kok nggak ada hasilnya juga?" cibir Jessica.

Andre dan Grace pun terdiam, tak berani melirik masing-masing.

Sudah hampir satu tahun mereka – Andre dan Grace – bersama, tapi kebersamaan mereka itu benar-benar dipertanyakan, terutama oleh Jessica. Bagaimana tidak, diantara Andre dan Grace itu belum terjalin hubungan apa pun. Orang luar menyubut merek teman. Tetapi hubungan mereka lebih seperti hubungan tanpa status, teman tapi mesra, atau mungkin hubungan gantung (?).

Andre dan Grace mungkin sebenarnya saling menyukai. Tetapi entah kenapa sampai saat ini Andre belum juga menembak Grace atau sekedar mengungkapkan perasaannya pada gadis itu. Belum ada yang mau memulai, dan kalau kalian tanya Grace, jelas gadis itu lebih memilih untuk menunggu Andre.

"Muka lo kenapa tuh? Kayak koran bekas yang lecek tau nggak. Ada apa lagi sih?" Grace memperhatikan detail wajah Jessica.

Jessica pun mulai menceritakan kejadian yang baru dialami beberapa saat lalu. Dimulai ketika ia melihat Aldo dan Karin sampai ketika ia salah memeluk orang.

"Gue udah tengsin banget tau nggak. Gue kira tuh orang bakal marah, eh.. dia malah jawab pertanyaan gue… 'Gue Johan' Ngapain coba tuh cowok make ngenalin dirinya. Bener-bener cowok aneh."

"Apanya yang aneh? Bagus dong. Mending begitu, daripada lo dimarahin, dibentak-bentak, dikira cewek nggak bener." Komentar Grace.

"Gue malah salut sama tuh cowok. Kalau gue jadi dia… Beuh, abis lo. Emangnya gue cowok apaan yang seenaknya bisa dipeluk-peluk," tambah Andre.

"Oh, gitu ya?" Jessica memelototi Andre. Komentar Andre barusan seperti menantangnya.

Andre tak berani menatap mata Jessica. "Yey, gue bercanda keles, nggak usah dimasukin hati. Lagian emang muat gue masuk kedalam hati lo, secara hati lo itu udah dipenuhi sama cinta lo ke Aldo."

"Andre!" Grace menyerukan Andre. Jika posisi duduk pria itu masih disebelah Grace mungkin ia sudah habis mendapat cubitan dari gadis itu.

Grace sudah sering memperingatkan Andre untuk tidak mengungkit Aldo didepan Jessica, sekali pun hanya bercanda.

Jessica terdiam. Gadis itu terhenyak… benar saja Aldo masih menjadi penghuni di hatinya. Dia seharusnya sudah tidak ada didalam sana, tapi Aldo masih selalu menyelinap masuk, seperti penumpang gelap yang tidak tahu diri.

"Sorry, gue nggak maksud ngebahas Aldo."

"Nggak apa-apa, lo nggak salah kok." Jessica menyenderkan kepalanya pada bahu Grace. Tidak mungkin kan pada Andre.

Grace membiarkan bahunya menjadi sandaran Jessica. Sementara Andre melirik iri pada Jessica, andai saja dirinya yang berada pada posisi Jessica.

"Nanti kalau lo ketemu sama tuh cowok, minta maaf sama dia." Grace tidak tahu apa lagi yang harus diucapkannya. Ia hanya bisa memberi saran yang dipikirnya baik.

"Hmm.." Jessica merucutkan bibirnya. Ia membayangkan dirinya meminta maaf pada Johan, ah… sepertinya tidak mungkin. Bukan tidak ingin tapi rasanya Jessica tidak punya muka untuk bertemu pria itu.

"Oh, ya.. Jess. Johan yang lo sebut ini anak kelas mana ya? Kok kayaknya gue baru denger ada anak yang namanya Johan di sekolah kita." Andre tampak berpikir keras tentang nama yang baru didengarnya itu. "Jangan-jangan lo meluk brondong lagi!" tuduh Andre.

Pletak…

Jessica menjitak kepala Andre untuk tebakan gilanya. Tidak sepenuhnya salah karena hanya ada dua kemungkinan untuk sebuah nama yang baru muncul itu. Jika dia bukan adik kelas maka dia adalah murid baru di angkatan mereka.

Johan masuk dalam kategori kedua, "dia murid baru di kelas gue."

"Murid baru? Wah, gimana tampangnya Jess, ganteng ya makanya lo main peluk aja nih?" Pemikiran gila Grace tidak kalah hebat dari Andre, pantas saja mereka berdua tampak serasi satu sama lain.

"No comment, lo lihat aja sendiri sana!" Jessica tidak ingin membayangkan wajah Johan, dia tidak berani melakukannya.

"Oke, yuk, gue anter lo ke kelas sekalian liat anak baru itu." Grace segera berdiri dari tempatnya, tampak bersemangat untuk melihat wajah si murid baru ini. Grace mengantar Jessica kembali ke kelasnya, lebih tepatnya menyeret Jessica untuk segera melihat Johan.

Mereka meninggalkan Andre yang hanya bisa melongo karena di abaikan kedua gadis itu

Sungguh sayang, saat mereka sampai di kelas Jessica, tidak ada tanda-tanda kehadiran Johan di sana. Wajah-wajah suram yang familiar didalam kelas itu sudah lama dikenali Grace dan tidak ada satu pun yang menggugah seleranya.

***

Pria ini baru saja keluar dari ruangan tata usaha. Setelah berusaha membujuk admin yang menjaga akhirnya pria itu tetap tidak mendapatkan apa yang dia cari.

"Terima kasih, pak." Pria itu sedikit membungkuk sembari mengucapkan terima kasih

Petugas tata usaha itu mengangguk. Sebut saja namanya, Pak Didi "Sama-sama, nak Johan. Mohon maaf sekali bapak tidak bisa membuka datanya. Memangnya untuk apa kamu mencari data nak Aldo?"

Johan? Rupanya dia ada diruang tata usaha saat Jessica dan Grace mencarinya dikelas. Untuk apa pria itu mencari data Aldo. Apa Johan punya hubungan dengan Aldo?

"Aldo itu kawan lama saya, pak. Sudah lama saya tidak bertemu dengan dia, saya sempat mendapat informasi kalau dia sekolah disini. Makanya saya putuskan pindah kesini."

"Oh, begitu." Pak Didi hanya mengangguk-angguk saja. "Wah, nak Johan ini setia kawan, ya." Puji Pak Didi.

Johan tersenyum mendengar pujian Pak Didi. "Sekali lagi terima kasih ya, Pak. Setidaknya berkat bapak saya bisa sekelas dengan Aldo. Sepertinya dia lupa dengan saya, tapi saya yakin dia pasti segera mengenali saya."

"Tidak perlu terima kasih, toh bapak tidak bisa membantu apa-apa nih. Ya, semoga pertemanan kamu dengan Aldo bisa kembali seperti dulu ya." Pak Didi pun mengerjakan kembali pekerjaannya.

Johan mengepalkan tangannya, dia memang tidak terlalu berharap bisa mendapat informasi tentang Aldo dengan mudah dari pihak tata usaha. Tapi setidaknya mereka telah membantu Johan untuk bisa masuk dikelas yang sama dengan Aldo, Itu langkah baik bagi Johan.

Drt… drt… drt…

Johan meraba saku celana, lalu mengeluarkan handphone-nya. Ada sebuah panggilan masuk dengan sebuah nomor yang tidak diketahui nama kontaknya. Sudut bibir Johan naik dan membentuk sebuah senyuman miring. Buru-buru dia mengangkat telepon itu.

'Ya, halo'

'Gue udah dapetin semua yang lo butuhkan.'

'Oke, gue tunggu ditempat biasa. Gue tambahin bonus kalau yang lo dapetin itu lengkap.'

'Sip!'

Johan memutuskan sambungan teleponnya lalu menimang-nimang handphone-nya. Apa lagi yang dicarinya? Masihkan informasi itu tentang Aldo atau yang lain?


CREATORS' THOUGHTS
Rynn_ Rynn_

Stay tune ya. Dont forget to support me, collection, comment and review. Thank you so much.

20 Maret 2020

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login