Download App

Chapter 129: Chapter 129 : Undead memasuki Grenton

Regalcrags yang menerobos pasukan undead disambut oleh kekuatan lawan, kavaleri Dullahan yang muncul di hadapan mereka. Kavaleri Dullahan dua kali lipat jumlah mereka. Namun hal ini tidak mengintimidasi para Regalcrags melainkan membuat mereka sangat bahagia, semakin kuat musuh yang mereka hadapi semakin besar kemuliaan dan kehormatan yang akan mereka terima setelah kemenangan, bahkan jika kematian mengambil mereka, kemuliaan yang akan mereka terima akan bertahan selamanya.

Sementara bentrokan antara kedua belah pihak semakin kacau, Valdel berdiri di dinding sambil menggertakkan giginya. Dia melihat banyak orang sekarat, dia menggertakkan giginya. Dia melihat banyak orang sekarat dan dia tidak berdaya untuk melakukan apa pun. Dia benar-benar ingin masuk ke pertempuran dan menyelamatkan mereka, tapi dia tahu apa yang dikatakan Hilda masuk akal jika dia menyia-nyiakan sedikit saja mana dan stamina dia tidak mungkin bisa menahan undead dragon yang akan bergerak.

Valdel kemudian memandang Lara dan melihat bahwa wajah lara tetap sama tidak berekspresi. Bahkan ketika orang-orang sekarat di depan matanya, beberapa dari mereka telah berbicara dengannya, yang lain adalah orang-orang yang dia temui saat dia tinggal di Grenton, namun bahkan ketika mereka dibunuh secara brutal oleh undead dan berubah menjadi undead itu sendiri, dia tetap tidak terganggu.

Teman masa kecilnya ini tidak pernah menunjukkan emosi lahiriah selain dari cintanya yang jelas pada Ren, tapi Valdel bertanya-tanya apa yang mungkin dia rasakan saat ini. Apakah dia mungkin juga merasakan hal yang sama seperti yang dia alami. Valdel mengenal Lara sejak mereka masih kecil tetapi hanya Ren yang bisa memahaminya, bahkan Lisa saudara perempuannya pun tidak bisa memahaminya sedalam Ren.

Sementara Valdel bertanya-tanya apa yang sedang dipikirkan Lara, orang yang dimaksud memiliki pemikiran yang berbeda. 'Sial! Mengapa monster besar di belakang tidak bergerak? Jika aku terus diam di sini, maka Ren mungkin berpikir aku menghindari pertempuran. Jika aku maju ke depan dan menyerang lebih dulu, itu mungkin akan sulit karena harus melawan undead dragon berserta Elder Lich… apa yang harus aku lakukan? ... '

….

Saat Lara dan Valdel memikirkan hal-hal acak ini, dua raja ogre mendekatkan menara segel yang mereka tarik. Rachel dan Natasha masih di tengah-tengah menghancurkan menara segel lainnya dan mereka tidak menyadari bahwa mereka melewatkan beberapa.

Iselv melihat ini melompat dari tembok dan dengan Warhammer raksasanya menyerang menara segel. Sementara Iselv melakukan itu, Kithra membantunya dengan memberikan tembakan perlindungan yang mengalihkan perhatian raja ogre sehingga dia bisa fokus untuk menghancurkan menara segel yang dibentengi.

Sementara Iselv dan Kithra sibuk dengan salah satu raja ogre yang mendekat, Galius dan kesatria yang tersisa di dinding mencoba untuk berurusan dengan raja ogre lain dan menara segel yang di tariknya.

Mereka yang ada di sana melakukan yang terbaik untuk menghancurkan menara segel, tetapi sayangnya, salah satu menara mampu mencapai dinding. Undead segera menggunakan kesempatan ini untuk memanjat dinding menggunakan menara. Galius dengan cepat bereaksi saat dia mengirim orang-orang yang tersisa untuk memblokir undead agar tidak mengerumuni mereka melalui menara segel. Bahkan para pemanah pun mengganti senjata dari busur menjadi tongkat saat mereka menahan undead.

Kithra tidak bisa lagi menyediakan bantuan untuk Iselv karena dia perlu membantu menghentikan aliran undead yang masuk melalui menara segel.

Mayoritas undead mulai berkumpul di menara segel.

Dengan jumlah mereka saat ini, orang-orang di dinding tidak dapat menghentikan beberapa undead menerobos pertahanan mereka saat undead itu dengan segera menuju ke kota.

"sial! Aku tidak bisa berdiam diri lagi! " Valdel hendak menuju ke kota untuk menghentikan lusinan undead yang menerobos dan memasuki kota. Namun sebelum dia bisa bergerak, Lara memegangi lengannya untuk menghentikannya.

"Apa yang kamu lakukan Lara ?!" Valdel menggeram saat dia meneriaki Lara.

"Kamu tidak boleh melakukan itu. Ini seperti yang dikatakan Hilda hanya kamu dan aku yang bisa menghadapi naga undead itu. Peluang kita untuk menang akan sangat berkurang jika kamu menggunakan stamina dan mana mu untuk para kecoa seperti itu. " Lara menjawab dengan sikap acuh tak acuh yang biasa, bahkan di hadapan wajah Valdel yang marah yang tampak agak menakutkan.

"Jadi kamu menyuruhku untuk menonton orang yang tidak bersalah mati tanpa bisa melawan!"

"Tenangkan dirimu Valdel, kamu harus mempercayai orang lain untuk melakukan pekerjaan mereka, karena mereka mempercayai kita untuk melakukan pekerjaan kita." Seolah-olah mendengar perkataan yang baru saja di utarakan, saat Lara mengatakan ini, beberapa ksatria menuju ke kota sehingga mereka bisa memburu undead yang menerobos pertahanan mereka.

"Jika Ren ada di sini, maka aku yakin dia akan mengatakan ini kepada mu. Bagaimana kamu bisa menjadi pahlawan jika kamu tidak mempercayai rekan-rekan mu? Bagaimana kamu bisa menjadi pahlawan jika kamu tidak bisa membawa beban kepercayaan mereka. "

Ketika Valdel mendengar apa yang dikatakan Lara, dia bisa melihat Ren menahannya pergi. Valdel menghela nafas dan tidak mengatakan apa-apa lagi saat dia melihat kembali ke Medan Perang.

Melihat beberapa undead telah memasuki kota, lonceng peringatan dibunyikan. Orang-orang yang tetap tinggal di kota menutup pintu mereka dan bersembunyi di tempat yang paling aman di rumah mereka. Orang-orang itu mengeluarkan senjata apa pun yang bisa mereka temukan, garpu rumput, palu, pisau masak, bahkan tongkat kayu, apa pun yang bisa digunakan untuk memukul. Orang-orang ini bertekad untuk melindungi keluarga mereka sampai akhir.

Di rumah Hilda saat Karla dan Nina mendengar lonceng peringatan, mereka segera mengunci pintu rumah, menutup tirai, dan mencoba membawa ibu mereka ke ruang bawah tanah. Butuh sedikit waktu tetapi mereka dapat mencapai ruang bawah tanah dengan aman.

Begitu mereka berada di sana seperti yang diperintahkan oleh kaka perempuan mereka, keduanya melafalkan mantra yang diajarkan kepada mereka oleh Hilda. Mereka merasa sedikit lelah setelah melafalkannya dan terkejut saat melihat aura kuning mengelilingi pintu basemen. Ini adalah pertama kalinya bagi kedua saudara perempuan Hilda menggunakan sihir, dalam situasi normal, mereka akan sangat senang dengan gagasan untuk dapat menggunakan mantra sihir tetapi mereka tidak dapat merasakan hal itu dalam situasi mereka saat ini.

Nina yang duduk di samping ibu mereka yang bisu dan tidak bergerak, menangis karena ketakutan yang semakin membesar. memikirkan undead yang mengerumuni kota sudah cukup untuk menakuti siapa pun, tapi mendengar teriakan dari luar membuatnya lebih menakutkan. Saat Nina ketakutan, Karla, sebaliknya, mencengkeram pedang yang diberikan padanya dengan erat. Dia kemudian menepuk kepala adik perempuannya dan berkata sambil tersenyum. "Jangan khawatir aku akan melindungimu dan ibu."

Nina melihat betapa tenangnya Karla, merasa dirinya menjadi tenang saat dia menganggukkan kepalanya ke arah Karla. Tidak sadar kalau kaki Karla sebenarnya sedikit gemetar. Karla benar-benar ketakutan sekarang, tapi seperti kata kakak perempuannya Hilda, dia tidak ingin menunjukkannya kepada adik perempuannya, yang akan membuatnya khawatir.

'Kaka ... ayah ... Tolong beri aku keberanian untuk melindungi Ibu dan Nina.'


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C129
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login