Download App

Chapter 37: Dua Lelaki

Sena POV

"Semalam aku bertemu Jun, awalnya aku hanya ingin mengucapkan salam perpisahan padanya. Namun, semua terjadi begitu saja. Aku dan Jun-, kami tidur bersama di hotel," ucap Azmya tanpa perasaan.

Sena mendengar itu serasa dicabik-cabik oleh cerita Azmya. Sena berusaha mengendalikan dirinya namun dia juga manusia biasa. Hatinya bisa merasa sakit jika tersakiti dan dikhianati.

"Jadi di malam pertunangan kita, kamu malah tidur dengan Jun," ucap Jun sambil menahan amarah yang sudah di puncak kepalanya. Dipecundangi seperti ini membuat harga dirinya sebagai laki-laki terinjak.

"Maafkan aku Om, aku tidak bermaksud untuk membohongi Om, itu semua terjadi begitu saja". Azmya mencoba memohon maaf padanya.

"Jadi, apa maumu sekarang?" tanya Sena menatap Azmya dengan mata yang merah dan berkaca-kaca menahan marah.

"Kita batalin pertunangan dan rencana pernikahan kita."

Sena menutup kedua matanya dengan tangannya. Menyembunyikan air matanya yang jatuh. Sungguh yang dia rasakan sekarang ini sakit yang luar biasa. Dia sudah melabuhkan seluruh hatinya untuk Azmya. Namun apa yang dia lakukan padanya. Di malam bertunangan dia malah menyerahkan kehormatannya untuk laki-laki lain.

Sungguh dia ingin marah. Tapi dia harus meluapkan amarah ini dengan cara apa.

"Kalau tahu akan begini, mungkin aku tak kan seberani dan sedalam ini mencintaimu."

Azmya pun menangis ketakutan melihatnya terluka. Kemudian dia mencoba meraih tangannya. Namun dia sudah terlampau sakit dan terkhianati. Dia menepis tangan Azmya dengan kasar. Dan dengan amarah yang bergejolak di dada dia pun meninggalkan Azmya di kamar.

Hatinya hancur membayangkan Azmya bergumul dengan laki-laki lain di ranjang membuat amarahnya semakin meledak. Dengan emosinya yang tak terkendalikan dia meninggalkan rumah Azmya dan pergi menuju Jakarta kembali.

Ada satu tempat yang dia tuju. Yaitu hotel tempat Akira menginap. Dia akan mencarinya.

***

Jun POV

Kejadian kemarin di rumah Azmya benar-benar membuat dirinya merasa sudah melakukan yang seharusnya. Dengan beraninya dia pergi ke rumah Azmya dan mengatakan kalau dia akan menikahi Azmya. Mamih dan papihnya Azmya tentu saja terkejut mendengarnya. Dan Azmya menceritakan bahwa selama ini orang yang dia cintai adalah Jun. Mereka hanya diam dan tak mampu menjawab. Sepertinya mereka berdua sangat marah.

Azmya mencoba meyakinkan mereka kalau Jun akan membuatnya menjadi wanita yang paling bahagia.

Akhirnya orangtua Azmya sudah mengizinkannya, sekarang tinggal bagaimana caranya untuk membicarakannya dengan Sena.

Dia baru saja selesai mandi dan hendak pesan makanan lewat aplikasi online. Sebuah pesan chat pun masuk dari nomor yang tak dikenal.

[Bisa kita bertemu secara pribadi.Di resort Pantai XXX jam 3 sore. Sena]

Jun pun kaget menerima pesan itu. Bagaimana Sena bisa tahu nomor ponselnya.

[Baiklah aku akan datang]

Jun mengirim balasan chat itu. Mungkin dia memang harus segera menemui Sena untuk meluruskan segala masalah antara mereka berdua secara gentle.Kalaupun dia harus berkelahi dengannya akan dia lakukan demi dia dapat bersama dengan Azmya. Dia berharap Sena dapat berbesar hati untuk melepaskan Azmya.

Suara nada dering ponselnya kembali berbunyi.

Akira calling....

"Halo Rjun, where are you now?"

"I am in home, ada apa?"

"Barusan aku bertemu dengan Sena dan meminta paksa nomor ponselmu. I am sorry aku kasih nomormu ke dia." Terdengar suara cemas dari Akira.

"Tidak apa-apa, kita memang harus segera bertemu."

"Are you sure?"

"Course. Aku akan menikahi Azmya secepatnya."

"Apaaa...benarkah itu. Sungguh itu berita yang bagus."

"Tapi, kemarin aku sempat chat dengan Azmya. Kamu diserang sama preman?"

"Ng- , itu-,"

"Ceritakan detailnya!" pinta Akira

Jun pun menceritakan detail kejadian itu.

<<< Flashback On....

Jun berjalan tanpa tujuan dan dia tidak sadar kalau dia sedang dibuntuti oleh sebuah mobil berjenis Jeep. Dan tiba di tempat yang sepi mereka pun menghadangnya dan hendak membawanya ke mobil. Namun dia melawan dan menolak sampai pada akhirnya dia pun dipukuli habis habisan. Dan datanglah penyelamat hidupnya.

Entah kenapa Azmya kembali lagi datang di saat yang tepat. Sebenarnya dia juga malu pada dirinya sendiri yang tak mampu melawan lima orang preman itu. Sementara Azmya tanpa takut sedikit pun dia melawan dan menakluka preman-preman itu dengan mudah. Pantas memang dia adalah mantan juara karate nasional.

>>>> Flash Back Off...

Akira sepertinya sedikit khawatir dengan keselamatan Rjun. Dia merasa kalau ada yang sedang mengincar dan sengaja mengikuti Jun. Namun Jun tidak mau terlalu berpikir jauh sampai ke sana. Dia hanya beranggapan kalau mereka hanya preman biasa yang mau merampoknya.

Akira hanya ingin memperingatkannya. Jun pun berjanji akan ingat perkataan Akira itu. Dia berterimakasih padanya kalau sudah mendukung dan membantunya selama ini. Akira menjawab karena adalah penggemar Rjun yang juga temannya Azmya. Sudah seharusnya dia membantunya.

~ ~ ~ ~ ~

Jun kemudian pergi ke tempat janjian dia bertemu dengan Sena. Walau hatinya sedikit ciut berhadapan dengan Sena. Namun dia harus berupaya menjadi lelaki sejati agar bisa bersama dengan Azmya. Pantai sore itu terlihat sepi hanya ada beberapa orang yang nampak sedang berolahraga. Jun menyapu semua sudut untuk mencari sosok Sena.

Kemudian dia melihat seorang laki-laki yang perawakannya seperti Sena sedang menatap ke bibir pantai. Tangannya dia letakkan di kedua saku celananya. Jun pun kemudian berjalan menghampirinya.

Jun pun memberanikan berdiri di samping Sena sambil ikut-ikutan memandang ke bibir pantai. Sena melihat kedatangan Jun, namun dia tidak langsung menyapa maupun menyambutnya. Jun menoleh sebentar ke arah Sena yang nampak serius memandangi ombak laut yang menjilati bibir pantai. Namun nampak wajah yang sedih dan terluka. Karena Jun bisa lihat kedua mata Sena nampak memerah.

Keduanya enggan untuk mengatakan sesuatu duluan. Mungkin hanya mampu berkata dalam hati. Seolah mereka berbicara melalui telepati. Tak ada satu suara pun dari mulut mereka berdua yang terdengar. Entah di sini siapa yang seharusnya bicara duluan. Mereka masih terhanyut dalam kebisuaannya masing-masing. Ego mereka berdua nampak di sini.

Sena dan Jun masih berdiam diri. Kedua nya masih saling menunggu siapa yang mulai. Jun merasa kalau lebih Sena lah yang memulai bicara. Toh Sena lebih tua darinya jadi Jun menunggunya.

"Kau tahu di mana aku bertemu pertama kali nya dengan Azmya?" tanya Sena membuat Jun menggelengkan kepalanya.

"Pertama kali aku bertemu dengannya. Dia sedang menangis di danau itu. Entahlah pertama kali aku melihatnya, aku merasa kasihan. Dan pertama kalinya juga aku peduli dengan seseorang," kenang Sena.

"Meskipun Azmya tidak pernah cerita tentang laki-laki yang sudah membuatnya sedih dan terluka. Aku tahu dia masih mencintainya dan rasa cintanya itu tidak dapat dengan dengan mudah digoyahkan," sambung Sena.

Jun mendengarnya merasa tidak enak. Wajahnya menunduk mencoba meresapi setiap perkataan Sena.

"Aku memang mengenalnya tidak terlalu lama. Namun aku sangat mencintainya lebih dari apa pun." Sena berbalik dan melihat wajah Jun yang sepertinya tidak tahu harus bicara apa.

"Apa kau mencintainya?" tanya Sena dengan tatapan menyelidiki.

"Melebihi nyawaku sendiri, aku sangat mencintainya," jawab Jun menatap Sena dengan tatapan meyakinkan.

Sena pun menarik sudut bibirnya ke samping dan tersenyum mengejek.

Mata Jun mendelik dan dia merasa terpancing melihatnya.

"Apa kau yakin kau tidak akan melukainya lagi?" tanya Sena dengan tatapan menindas.

"Tak kan lagi, aku tak kan membuatnya menangis dan terluka lagi." Jun menjawabnya sambil menahan kesal karena tatapan menindas Sena.

"Baiklah, aku akan merelakannya. Tapi andai saja kau meninggalkannya lagi dan melukai hatinya lagi, aku tak akan melepaskan Azmya lagi untukmu. Ingat itu!" ancam Sena.

Jun mencoba meresapi perkataan Sena. Apakah itu artinya kalau Sena masih mengharapkan Azmya.

"Kau bisa saja mendapatkan wanita sepuluh kali lipat dari Azmya, aku harap kau jangan mengharapkan Azmya lagi. Dan jangan pernah muncul lagi di depannya!" ucap Jun dengan tegas.

Sena cukup tersulut emosinya saat mendengar itu ditambah perasaan cemburu yang sudah membakar dirinya. Dengan kekuatan penuh Sena pun melayangkan tinju ke arah wajah Jun.

Buuuuuukkk.

Jun memegang wajahnya sementara tubuh tingginya terhuyung-huyung menahan berat badannya. Dia kehilangan keseimbangan tubuhnya. Dia melihat wajah Sena yang sudah terlihat emosi. Tampang kalem nya yang beberapa saat lalu sekarang berubah menjadi garang.

"Kau tak pantas bersanding dengan Azmya, kalau kau sebut dirimu laki-laki harusnya kau perjuangkan Azmya sampai mati. Bukan meninggalkannya." Sena masih mengepalkan tangannya berniat untuk memukul Jun lagi.

Jun pun mencoba berdiri tegak dan siap untuk menerima pukulan Sena.

"Aku, meninggalkannya bukan tanpa alasan. Aku hanya menunggu waktu yang tepat." Jun ingin menceritakan alasan itu tapi keburu Sena melayangkan tinjunya lagi ke wajah Jun tanpa sempat dia menghindar.

Kali ini Jun benar benar terjatuh dan terlentang di tanah. Pukulan Sena sungguh membuatnya terkapar. Jun masih sadar namun air mata nya jatuh. Dia menangisi dirinya yang lemah. Dia tidak bisa menahan satu pukulan pun.

Belum puas Sena memukul Jun. Sena mencengkram kerah baju Jun dan membangunkan Jun supaya berdiri. Sena hendak memukul Jun lagi namun dia melihat mata Jun yang berair. Dia pun mengurungkan pukulannya dan melepas cengkramannya.

"Bagaimana bisa kau selemah itu, aku lihat kau berotot dan cukup kuat, kenapa kau tak melawan dan membalas pukulanku, hah?" teriak Sena kesal karena lawannya begitu lemah.

"A-aku... ," Jun tidak meneruskan perkatannnya.

Jun POV

<<<<Flashback On....

"Dasar cowok lemah, pukulin dia!" Yan memberi pukulan ke tubuh Jun.

"Kasih dia pelajaran!"

"Habisin dia!"

Dari SMA Jun sering mengalami tindak kekerasan dan bullying. Namun Jun tak bisa melawan. Dia melatih fisiknya bukan untuk dapat memukul siapa pun.Dia latihan fisik nya agar bisa menahan semua pukulan tanpa harus terluka lebih parah.

Yan, Opick, Fadil adalah orang yang terus memukul nya kalau dia membuat kesalahan pada mereka.

Kejadian kemarin saat dia dihadang preman. Dia juga tidak bisa membalas pukulan mereka. Dia hanya sekuat tenaga untuk bertahan.

Kenapa ?

Karena dia punya kelemahan dan sebuah trauma. Jadi dia tidak bisa melawan bukan karena dia tidak mampu melawan. Dia trauma.

Waktu dia kelas delapan SMP Jun pernah punya adik perempuan. Namanya Jelita. Usianya delapan tahun, dia duduk di kelas dua SD.

Saat pulang sekolah di pinggir jalan Jun mendapatkan adiknya Jelita sedang diganggu oleh beberapa anak laki-laki seusianya masih satu kampung dan masih terbilang tetangga dekat.

"Bapaknya masuk penjara gara-gara pengedar Narkoba, periksa tasnya, jangan-jangan dia bawa narkoba," suruh salah satu anak penganggu.

Mereka pun beramai-ramai merundung Jelita. Baju seragam dan tas nya di obrak abrik sambil tertawa-tawa. Melihat itu Jun pun langsung naik pitam.

Dia kemudian memberi pelajaran orang orang yang sudah mengisengi adiknya. Jun pun terlibat perkelahian. Dia memukul anak anak itu yang jumlahnya sekitar enam orang. Tapi Jun sebenarnya sudah pernah ikut ekskul silat di sekolahnya jadi dengan mudah dia melawan anak-anak itu.

Namun sebuah kesalahan terjadi. Saat dia hendak menangkis tendangan salah satu anak. Badannya tak sengaja menubruk badan Jelita yang ketakutan kakaknya berantem dan membuat Jelita terjatuh ke jalan. Dan terjadilah peristiwa naas itu. Jelita tertabrak kendaraan yang lewat yang kebetulan sedang mengebut. Jelita pun meninggal di tempat.

Peristiwa itu sangat berbekas di benak Jun. Dia menyesalinya seumur hidup. Seharusnya dia tidak membuat kebrutalan itu. Mungkin adiknya masih hidup. Sejak itu lah Jun tak pernah bisa melawan orang-orang yang memukulnya. Tangannya selalu bergetar. Bayangan wajah adiknya selalu hadir setiap dia akan membalas perlakuan kekerasan padanya.

Bahkan waktu SMA pun dia bertemu Azmya. Dia tidak mau Azmya mengalami hal yang serupa dengan Jelita akibat dia egois dan mementingkan otot daripada otak.

>>>Flashback off...

Sena pun dibuat kesal dengan sikap lemah Jun seperti itu.

"Bagaimana cara mu melindungi dia, jika kau selemah ini?" tanya Sena yang kesal dengan sikap lemah dan pengecut Jun.

"Aku tidak lemah, sampai mati pun aku akan melindungi Azmya, maka dari itu sebabnya aku meninggalkan Azmya untuk melindunginya dari orang jahat, agar orang itu tidak mencelakai Azmya," jawab Jun.

Sena hanya tertawa mendengar cerita kamuflase Jun.

"Aku tidak paham karangan cerita mu itu, kenapa pula ada orang yang mau berbuat jahat padanya," kata Sena tidak mengerti maksud dari Jun.

"Hyo Jin, apa kamu tahu dia?" tanya Jun sambil mengusap darah yang keluar dari bibirnya yang sedikit robek akibat pukulan Sena.

"Siapa dia?" tanya Sena.

Namun Jun tidak segera menjawabnya. Dia pun terlihat berpikir. Mungkin dia sedang mencari cara untuk menjawab nya.

"Siapa dia?" tanya Sena sekali lagi.

Jun tidak mampu menjawab. Dia hanya seperti orang yang tegang.

Sena pun terlihat kesal dan lebih memilih pergi meninggalkan Jun. Sebelum dia pergi Sena sempat berkata. " Aku tidak akan diam kalau kau coba lagi melukai dan meninggalkannya, ingat itu!"

Jun menunduk.Dia mencoba menenangkan diri dan menarik napas agar sedikit lebih kuat.

Tampak di kejauhan beberapa orang mengendarai motor besar memperhatikannya. Di belakang motor motor itu sebuah mobil mini van berwarna hitam.

Bersambung...

Tinggalkan Like, komen, dan vote PS-nya!


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C37
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login