Download App

Chapter 3: Minta Jatah

Aroma sabun dari tubuh Ani tercium kembali dan tercium jelas di hidung Intan dengan jarak yang begitu dekat.

"An, kamu habis mandi ya?" tanya Intan sambil menatap ke arah Ani yang kita mematung mendengar pertanyaan Intan.

Ricko yang ada di belakang Intan juga ikut mematung.

"Tidak Bu!" jawab Ani tenang. Dia tidak mau mengulangi kesalahannya seperti tadi, gugup dalam menjawab pertanyaan Intan.

"Kok aroma kamu kayak orang habis mandi?" cecar Intan.

"Iya kah?" Ani mulai menciumi tubuhnya sendiri. "Oh mungkin efek bau parfum kali, Bu!" lanjut Ani beralasan.

"Kayaknya tidak ada aroma parfum seperti ini!" sahut Intan.

Ani mengumpat dalam hati. 'Intan si*lan. Cerewet banget sih jadi orang'

"Ada kok Bu!" timpal Intan sambil tersenyum. "Ibu kan seringnya pakai parfum mahal, jadi Ibu tidak tahu ada aroma parfum seperti yang aku pakai!"

"Tidak ah, ini aromanya bukan aroma parfum kok. Ini aromanya khas aroma orang yang baru mandi!" Intan tetap bersikeras.

'Intan si*lan!' umpat Ani lagi. Namun di permukaan Ani tersenyum manis ke arah Intan. 'Ayo An cari jalan supaya Nenek lampir ini tidak nanya-nanya lagi' Dalam waktu yang singkat itu Ani memiliki sebuah ide.

"Aw" ringis Ani sengaja mengiris tangannya dengan ujung-ujung tajam mangkuk yang dia pegang.

Intan yang memang baik hati, kaget saat melihat tangan Ani berdarah karena terluka oleh pecahan mangkuk.

Intan memegangi tangan Ani dan segera mengambil tisu dan menutup luka itu dengan tisu agar darah terserap oleh tisu itu.

"Kamu pegangin dulu ya! Ibu mau ambil kotak dulu!" Intan bergegas berdiri untuk mengambil kotak obat.

"Sayang!" panggil Ricko menghentikan langkah Intan.

Intan menoleh.

"Kamu tidak usah mengurusi Ani! Dia sudah besar! Dia bisa mengobati dirinya sendiri! Salah siapa dia ceroboh kaya gitu!" ucap Ricko dengan nada suara sinisnya sambil melirik ke arah Ani.

Ani menundukkan kepalanya karena sedih mendengar perkataan Ricko.

Intan terdiam melihat kejadian ini. Dia kaget melihat Ricko bersikap sinis kepada Ani. Kini hatinya mulai ragu dan mulai hilang rasa curiganya kepada Ricko. Intan kini yakin bahwa Ricko suaminya bukanlah orang yang menghamili Ani pembantu mudanya.

"Kamu buatin aku kopi aja, sayang!" perintah Ricko. "Dan kamu Ani, sana obati lukamu sendiri!" sarkas Ricko yang dalam nada bicaranya tidak ada kelembutan sedikit pun.

"Baik, Pak!" jawab Ani lirih.

Ani mulai bangkit dari posisi jongkoknya, kakinya mulai ia langkahkan menuju lemari kotak obat.

"Jangan lupa nanti selesai ngobatin tanganmu, itu pecahan mangkuk dibersihkan!" perintah Ricko.

Kini Ricko mulai melihat ke arah Intan lagi. "Sini sayang!" panggilnya. "Lanjutin buat kopi! Aku sudah kangen pengen minum kopi buatan kamu!" rajuk Ricko manja.

Intan mengangguk.

Intan kini sudah kembali mendekati Ricko dan melanjutkan membuat minuman untuk Ricko dan anak-anaknya dengan posisi tubuhnya sedang dipeluk oleh Ricko dari belakang.

"Geli, Mas!" Intan kegelian karena Ricko beberapa kali mengecup leher Intan. "Jangan kaya gitu ah! Malu dilihat Ani!" bisik Intan.

"Biarin aja yank! Kalau pembantu tahu diri mah bakalan langsung pergi dari ruangan ini!" sahut Ricko berbisik.

"Ah" kaget Intan yang telinganya digigit oleh Ricko.

Bukk

Intan menyikut tubuh Ricko karena telah menggigit telinganya. "Kamu apa-apaan sih, Mas! Masih ada Ani di ruangan ini! Malu tahu!" seru Intan berbisik.

Ani yang sedang mengobati luka di tangannya di ruangan ini sebal melihat pemandangan kemesraan antara Intan dan Ricko.

Ricko tiba-tiba menoleh ke arahnya, Ani cemberut. "Ani kamu ngapain di situ? Sana pindah tempat!" seru Ricko dengan nada tidak bersahabatnya namun salah satu matanya mengedip ke arah Ani. Intan yang membelakangi Ricko tidak melihat hal ini.

"Baik, Pak!" Ani pergi dengan perasaan kesal dari ruangan itu sambil membawa kotak obat.

"Hiss" desis Intan. "Kamu jangan jahat-jahat gitu dong sama Ani! Meski dia pembantu kita tapi dia juga manusia!" nasehat Intan agar Ricko tidak terlalu kejam kepada Ani.

"Iya sayang!" jawab Ricko lembut. "Aku akan baik sama Ani!" lanjut Ricko. 'Aku akan mencintai Ani dan menyayangi Ani seperti aku mencintai dan menyayangimu ya, Intan!' lanjut Ricko lagi dalam hati.

"Janji ya!" pinta Intan.

"Iya, Mas janji!" senyum Ricko lalu lelaki itu mencium puncak kepala Intan.

Intan kembali melanjutkan kegiatannya.

"Sayang, nanti malam Mas minta jatah ya!" bisik Ricko.

"Gimana nanti aja ya!" sahut Intan.

"Lah kok gitu?" Ricko merajuk manja.

"Lah kita kan tidak tahu, kalau nanti malam Ilham pengen tidur bareng kita gimana?"

"Kita tungguin Ilham sampai tidur pulas, yank!" bisik Ricko. "Tapi nanti malem aku pengen mainnya di dalam mobil ya!" pinta Ricko.

"Hah!" Intan kaget mendengar hal itu.

Ricko adalah laki-laki yang suka berfantasi liar dan ingin mempraktekkannya di dunia nyata. Untung saja Intan istrinya tidak keberatan dengan semua fantasi liar suaminya asalkan masih di batas normal.

"Mas lagi pengen rasain fantasi main di mobil, yank!" bisik Ricko. "Kita sudah lama banget lho tidak main di dalam mobil! Apalagi di tangga, kita tidak bisa main di tangga sudah lebih dari setahun lamanya!"

"Masalahnya kan rumah tidak pernah sepi, Mas!" jawab Intan berbisik. "Kalau sepi sih aku tidak keberatan, Mas!"

"Libur sekolah semester depan, anak-anak suruh main ke rumah Ibu dan Ayah kamu ya di kampung!"

"Terus Ani?"

"Ani juga pulangin dulu ke kampung, kita kasih dia liburan selama dua minggu!"

"Haish" desis Intan. Kini jemari Intan mencubit perut Ricko. "Kamu itu dari dulu tidak ada berubahnya ya, Mas!"

Ricko hanya tertawa renyah.

Ani mengepalkan tangannya di balik tembok. Dia ternyata mengintip Ricko dan Intan di ruang dapur.

Minuman yang dibuat oleh Intan sudah jadi. Ricko dan Intan mulai meninggalkan ruang dapur dengan nampan minuman yang dibawa oleh Intan, sedang Ricko mengekor dari belakang.

Ani yang masih mengintip segera bergegas pergi dari sana takut ketahuan kalau dia sedang mengintip.

"Nanti malam kasih Mas jatah ya!" bisik Ricko yang saat ini sedang mengekori Intan.

"Jangan bahas kaya gitu Mas! Takut anak-anak denger!" Intan bersemu merah karena malu.

"Iyain dulu ya!" pinta Ricko.

"Iya, iya!" sahut Intan dengan pipinya yang sudah memanas.

"Yes!" seru Ricko kegirangan mendapatkan jawabann iya dari istrinya.

Intan tersenyum malu-malu mendengar suara Ricko yang sedang kegirangan itu.

Intan dan Ricko sudah sampai di ruang tengah di mana anak-anaknya sedang menonton televisi.

"Ini susu coklat buat adek! Dan ini buat kakak!" Intan meletakan minuman untuk anak-anaknya. Sedangkan kopi buat Ricko sudah diambil oleh Ricko sendiri.

***

Author note's : Pembaca yang cantik, manis, dan uhuk uhuk, eh keselek.

Jangan lupa dukung cerita Author uhuk dengan like, komen, dan share sebagai tanda dari bentuk penghargaan bagi Author uhuk.

Iklan yang di sponsori oleh sosisnya Ricko, uhuk.

eh maksud otor sosis sapi bakar di tahun baruan okay.

Netijen : Thor ceritanya mirip sama cerita di lapak sebelah.

Otor Uhuk : Lah otor kan terinspirasi dari sana! Lagi pula otor kan kaga jiplak.

Netijen : Sama aja kali thor.

Otor Uhuk : Sama di awal ide doang, nang ae kesananya kaga sama kok.

Netijen : Awas ya kalo sama! gue laporin lho.

Otor Uhuk : Iya iya kaga bakalan sama.

Dalam hati otor uhuk menangis.

Ya tuhan baru aja mulai jalan, kok udah diancem aja ya😭

Bagi yang mau tahu judul novel yang jadi inspirasi Author, follow aja IG author @bayu_hidayat2020

tanya Di DM ntar otor kasih tau judulnya apa aja okay.

Sekian terima gajih.

Salam sosis jumbonya Ricko😏


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login