Download App

Chapter 25: Pelukan Annisa

Fatma sedang sibuk mengemasi barang-barang milik Hendra yang masih tersisa di rumah orangtuanya. Tak lama kemudian sang ibu masuk ke dalam kamarnya membawakan secangkir teh hangat.

"Fatma, ini ibu bawakan teh hangat untuk kamu. Jangan lupa di minum ya nak". Ujar sang ibu.

"Terima kasih, bu". Sahut Fatma.

"Kamu lagi ngeberesin apa nak? Sini biar ibu bantu".

Fatma tersenyum. "Gak usah bu, ibu kan cape baru balik dari ladang. Aku cuma ngeberesin barang-barang Mas Hendra yang masih ada di kamar ku, sebentar lagi juga selesai kok bu".

Sang ibu menghela nafas. "Ibu masih tidak menyangka, bisa-bisanya Hendra berbuat seperti itu sama kamu. Padahal waktu pertama kali liat Hendra tuh kelihatannya baik, ramah, sopan santun tapi sekarang kok malah berubah jauh sekali".

"Hati orang tidak ada yang tau bu, sudahlah jangan di bahas lagi ya bu. Fatma gak mau kalau ibu masih mikirin Mas Hendra. Ujar Fatma.

"Ibu kasian sama kamu nak, nasib rumah tanggamu kok jadi begini". Sahut sang ibu lirih.

"Sudah bu, aku gak apa-apa. Aku sudah ikhlas, lagi pula sekarang aku sudah bahagia karena aku punya si baby yang masih di dalem perut dan aku juga sudah kembali ke rumah ibu. Buat aku berkumpul kembali bersama ibu dan ayah adalah kebahagiaan yang tidak bisa di tukar dengan apapun".

Sang ibu menitikan airmata. "Semoga Allah memberikanmu kekutan untuk menghadapi semua ini ya nak, ibu doakan kamu mendapat jodoh yang lebih baik dari Hendra".

Fatma tersenyum. "Aamiin, terima kasih bu". Ujar Fatma dan langsung memeluk ibunya.

♡♡♡

Annisa sedang sibuk berkutat dengan masakannya, tak lama kemudian terdengar suara bel berbunyi. Annisa segera bergegas membukakan pintu dan di lihatnya Hendra sudah berada di hadapannya sambil membawa dua buah kantong belanjaan dari supermarket.

"Mas Hendra, kamu dari mana aja mas?". Ujar Annisa.

"Aku abis berkeliling sekitar apartement, terus sekalian mampir ke supermarket beli stok makanan untuk beberapa hari kedepan". Sahut Hendra.

"Ya ampun mas, kamu repot-repot aja deh. Lagian aku juga bisa nanti belanja sendiri". Gumam Annisa sambil meraih belanjaan di tangan Hendra.

Hendra pun segera berjalan mengekori Annisa di belakangnya, tanpa sengaja Hendra baru menyadari jika postur tubuh Annisa kini semakin terlihat seksi jika dilihat dari belakang. 

Astagfirullahaladzim, pikiran macam apa ini. Gumam Hendra dalam hati.

"Mas, kamu tunggu di meja makan ya. Habis ini aku akan siapkan makan malam untuk kamu". Gumam Annisa.

"Oh iya nis". Jawab Hendra gugup.

"Kamu kenapa mas?". Tanya Annisa bingung.

"Gak apa-apa nis, kamu terlihat lebih cantik aja malam ini". Ujar Hendra.

Annisa tersenyum dan langsung menghampiri Hendra, Annisa segera mengalungkan kedua tangannya di leher Hendra dan hal itu membuat jantung Hendra berdebar kencang.

"Kamu baru sadar mas, kalau aku ini cantik?". Gumam Annisa.

Namun Hendra hanya bisa terdiam tak bergeming, ia bingung apa yang harus ia lakukan saat ini. Tak lama kemudian Annisa langsung memeluk tubuhnya dengan erat dan hal itu membuat Hendra tersentak kaget.

"Aku sudah lama merindukan pelukan ini mas". Gumam Annisa.

Hendra pun memberanikan diri untuk membalas pelukan Annisa, dengan erat Hendra menarik lebih dalam tubuh Annisa dalam dekapannya.

"Annisa maafkan aku, karena dulu aku tidak tau kalau kamu sedang berjuang melawan sakit". Ujar Hendra lirih.

"Iya mas, gak apa-apa. Yang terpenting sekarang kita sudah bisa sama-sama lagi". Sahut Annisa yang makin mempererat pelukannya.

Hendra pun melepaskan pelukannya, di hadapkannya wajah Annisa tepat di hadapan wajahnya. Tanpa pikir panjang Hendra langsung mengecup bibir Annisa dengan lembut, Annisa pun langsung membalas kecupan Hendra. Dan malam ini akan menjadi milik mereka berdua, karena apa yang di inginkan oleh Annisa telah berhasil ia dapatkan, yaitu memiliki Hendra kembali seutuhnya.

Di lain tempat Fatma yang baru saja selesai menikmati makan malam bersama kedua orangtuanya, tidak sengaja menjatuhkan gelas yang hendak ia bereskan. Perasaannya langsung berubah tidak enak, jantungnya berdebar-debar dan tak henti-hentinya ia beristighfar agar dirinya bisa tenang.

Astagfirullahaladzim. Gumam Fatma.

Sang ibu pun segera menghampiri Fatma. "Fatma, kamu gak apa-apa nak?".

"Iya bu, aku gak apa-apa. Hanya saja tiba-tiba perasaanku menjadi tidak enak". Gumam Fatma.

"Yasudah kalau gitu kamu istirahat saja di kamar, pecahan gelasnya biar ayah yang bersihkan". Ujar sang ayah. "Bu, antar Fatma ke kamarnya ya". Sambung sang ayah.

"Iya yah. Ayo Fatma, ibu antar ke kamar". Ajak sang ibu.

Fatma pun segera bergegas menuju kamar bersama sang ibu, tiba-tiba pikirannya terlintas tentang Hendra. Tapi Fatma mencoba untuk menepisnya dan tak ingin mengingat kembali nama laki-laki yang sudah menyakitinya.

"Kamu istirahat ya nak, jangan mikirin yang macam-macam. Yang harus kamu pikirin itu tentang kesehatan kamu dan juga bayi yang sedang kamu kandung". Gumam sang ibu.

"Iya bu". Sahut Fatma.

"Yasudah ibu tinggal dulu ke depan ya, kalau kamu butuh apa-apa panggil ibu ya". Ujar sang ibu.

Fatma pun hanya menganggukkan kepalanya dan merapatkan tubuhnya ke dalam selimut. Tanpa terasa airmatanya telah mengalir membasahi kedua pipinya.

"Apa yang sedang kamu lakukan di sana bersama Annisa, mas" gumam Fatma dalam hati.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C25
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login