Download App

Chapter 2: 02 - Sakayanagi?

<MC POV>

Ketika aku membuka mataku aku melihat atap ruangan yang berwarna putih. Aku tidak bisa banyak bergerak sekarang karena entah mengapa memang aku tidak bisa menggerakkan anggota badanku. Dan juga aku tidak tahu ini dimana, yang pastinya ini bukanlah tempatku yang dulu.

Aku diam saja karena semua badanku terasa sangat berat. Beberapa menit kemudian aku melihat bahwa ada seseorang yang masuk, dia adalah seorang gadis kecil dengan rambut Lilac dan mata Violet. Dia menghampiriku dengan perlahan.

"Ah! Kau sudah bangun!?" Ucap gadis itu saat melihatku. Dia tampaknya terkejut melihatku terbangun, tapi siapa dia? Apakah dia mengenalku?Apakah aku mengenalnya? Dan juga siapa aku?

"Kau Siapa? Dan juga... Aku siapa?" Aku bertanya kepadanya karena memang aku tidak tahu jawaban dari pertanyaanku.

"Aku adalah Arisu, Sakayanagi Arisu.... Seperti yang dokter katakan bahwa kau tidak akan bisa mengingat masa lalumu" Balas gadis itu yang bernama Arisu dengan nada bersalah.

Mengapa dia merasa bersalah?

Aku mencoba berpikir mengapa dia merasa bersalah, tapi aku tidak menemukan apapun. Aku mencoba mengingat siapa aku dan mengapa aku menjadi seperti ini, tapi semakin aku mengingat kepalaku sakit. Aku memegang kepalaku yang sakit dan merasakan adanya perban disana, mungkin dibalik perban ini adalah penyebab aku lupa ingatan?

"Jangan memaksakan mengingat... Dokter bilang itu tidak baik" Ucap Arisu dengan nada sedikit khawatir, dia masih berdiri menatapku.

Aku tidak menjawab hanya menganggukkan kepalaku setuju dengan apa yang dia ucapkan. Tidak lama setelah itu muncul dua orang pria dari pintu kamar, satu berpakaian serba putih yang berarti dia dokter dan satu lagi berpakaian formal. Aku yakin bahwa orang yang berpakaian formal itu adalah ayah dari Arisu.

"Ternyata anda sudah bangun Sakayanagi-Kun" Ucap dokter itu yang langsung bergegas kearah ku untuk memeriksaku

Sakayanagi?

Apakah itu namaku? Bukankah itu nama keluarga Arisu? Jika begitu apakah aku dan dia adalah keluarga? Ya aku bisa menanyakannya nanti.

Arisu dan ayahnya duduk disofa yang ada diruangan ini, sementara dokter masih memeriksa keadaanku. Jika ada dokter maka ini adalah rumah sakit, dan aku pasti terkena suatu kejadian yang membuat berakhir disini.

"Semuanya baik baik saja... Karena Sakayanagi-Kun lama tidak bergerak maka seluruh anggota badan anda sulit digerakkan" Ucap dokter itu dengan senyuman kepadaku.

Jika aku tidak bisa menggerakkan anggota tubuhku karena sudah lama tidak bergerak, maka berapa lama aku sudah tertidur di sini?tidak bergerak selama lebih dari 1 bulan bisa saja membuat anggota badan kaku tapi jika kejadian yang aku alami ini pasti aku sudah tidur lebih dari 1 bulan.

Meskipun aku lupa ingatan seperti yang Arisu katakan, tapi aku masih mengingat pelajaran yang aku pelajari. Aku hanya tidak mengingat wajah orang orang yang ada didalam masa laluku dan kejadian apa saja yang menimpaku.

"Terima kasih dokter" Ucap pria berpakaian formal itu. Mungkin dia adalah tuan Sakayanagi, yang berarti dia adalah ayahku.

"Tidak masalah.... Kalau begitu aku keluar dulu, oh ya besok perban Sakayanagi-Kun akan dilepas" Ucap dokter itu dan setelahnya pergi keluar ruangan.

Diruangan ini hanya tersisa tiga orang saja yang jika benar jika aku adalah Sakayanagi maka mereka berdua adalah keluargaku. Aku melihat Arisu yang tersenyum padaku, dan setelah itu pria itu- maksudku ayahku menuju kursi yang ada didekat tempat tidurku dan duduk disana.

"Apakah..... Anda adalah ayahku?" Aku berusaha untuk berbicara. Aku memiliki kesulitan berbicara semenjak aku bangun tadi.

"Bagaimana kau tahu?" Tanya pria itu-ayahku dengan sedikit menampilkan wajah terkejut.

"Dokter... Memanggilku dengan nama.... Keluarga yang sama..... Dengan Arisu" Aku dengan susah payah menjelaskan kepada pria yang aku yakin adalah ayahku.

"Ayah dia kesulitan untuk berbicara,sebaiknya ayah jelaskan saja dan jangan banyak bertanya" Ucap Arisu. Aku berterima kasih kepadanya karena memang benar aku kesulitan untuk berbicara agar bisa menjawab pertanyaannya.

Ayah menyetujui permintaan Arisu dan mulai menjelaskan apa yang terjadi padaku. Jadi memang benar bahwa mereka adalah keluargaku meskipun bukan keluarga asli, tapi keluarga tetaplah keluarga. Aku sudah tertidur selama satu tahun yang membuat aku terkejut, pantas saja badanku terasa sangat berat.

Mengenai alat pembantu Pernapasan, sudah dilepas semenjak dokter tadi memeriksaku. Aku masih dalam posisi tidur karena aku masih belum bisa banyak menggerakkan tubuhku.

1 Tahun yang lalu aku menyelamatkan Arisu dari peluru yang membuat aku berakhir dirumah sakit. Aku tidak lah menyesal karena itu adalah tindakan yang baik. Selama 1 Tahun aku tertidur keluarga Arisu sudah mengangkat aku sebagai anggota keluarganya.

Ayah mengatakan bahwa usiaku dan Arisu sama, yaitu 7 tahun. Dan juga aku sadar bahwa Arisu mengalami sesuatu pada kakinya. Ayah menjelaskan bahwa Arisu mengalami kecelakaan yang membuat satu kakinya agak rusak, tapi dia masih bisa berjalan dengan bantuan tongkat.

Selain itu aku menemukan bahwa dileherku terdapat kalung yang aku yakin adalah alat yang dipasang untuk membantuku. Ada tombol disana yang jika aku tekan dan berwarna merah maka aku kehilangan fungsi mulut, telinga dan kaki. Jika aku menekannya kembali dan berwarna hijau maka aku kembali mendapatkan fungsi bagian tubuh itu.

Ayah juga mengatakan bahwa aku mungkin akan menjalani rehabilitasi dirumah sakit selama beberapa bulan. Cedera di otak tidak bisa sembuh dengan mudah atau mungkin tidak akan bisa sembuh secara sempurna. Jadi aku menjalani rehabilitasi untuk terbiasa dengan semua keadaanku sekarang.

Arisu dan ayah juga mengatakan terima kasih kepadaku telah menyelamatkan Arisu yang adalah saudaraku sekarang. Jika aku teliti lebih baik Arisu, dia adalah gadis yang aku yakin sangatlah cerdas. juga dia mungkin sudah menganggap aku sebagai saudaranya.

Aku tidak tahu siapa aku, maka dari itu aku juga tidak mengetahui namaku selain Sakayanagi. Ayah memutuskan namaku yaitu Ren, jadi sekarang namaku Sakayanagi Ren

....

Keesokkan harinya aku didatangi lagi oleh keluargaku, tapi sekarang hanya Arisu saja yang datang karena ayah tidak bisa. Sekarang adalah hari dimana dokter akan melepaskan perbanku yang ada dikepala. Selama 1 Tahun perbanku selalu saja diganti karena luka dikepalaku sering terbuka dengan sendirinya dan dokter bilang bahwa luka dikepalaku bisa kapan saja terbuka.

Setelah dibuka dokter itu mengatakan bahwa luka itu sudah tertutup, tapi aku harus berhati hati agar tidak membuka kembali luka itu. Jika aku melakukan sesuatu yang berlebihan atau memaksakan diri maka luka itu kemungkinan akan terbuka lagi.

Dokter itu keluar setelah semua pekerjaannya selesai. Aku juga sudah bisa berbicara walaupun tidak banyak. Sekarang hanya ada aku dan Arisu di ruangan ini.

"Aku harus memanggilmu apa?" Aku bertanya kepada Arisu. Aku berniat memecahkan kecanggungan sambil ingin mengetahui dia ingin dipanggil apa oleh ku.

"Fufu panggil saja aku sesukamu, Ren" Balasnya sambil tersenyum.

"Baiklah kalau begitu... Bagaimana jika A-Chan atau Ri-Chan?" Ucapku sambil tersenyum.

"Fufu itu boleh saja, juga aku ingin mengatakan sesuatu" Arisu kembali tersenyum padaku.

"Hmm?Apa itu?" Aku bertanya Karena aku tidak tahu dia ingin apa dan penasaran dengan perkataannya.

Dia tidak segera menjawab dan hanya tersenyum kearah ku. Entah mengapa aku tidak merasakan apapun, aku masih memiliki beberapa ingatan tentang pelajaran dimana seorang pria pasti merasakan sesuatu jika ditatap oleh wanita. Mungkin karena operasi itu sifatku jadi berubah atau mungkin dulu juga aku seperti ini, aku tidak tahu.

"Ren, kau harus menjadi jenius sejati" Arisu mengatakan itu dengan serius.

Aku berpikir mengapa Arisu menyuruhku untuk menjadi jenius sejati. Anehnya ketika aku berpikir tentang masa depan meskipun berpikir keras, kepalaku tidak sakit seperti saat aku mengingat masa lalu. Mungkin ini juga efek dari operasi atau alat yang ada diotakku.

Arti dari jenius sejati adalah jenius diantara jenius, orang yang bisa menaklukkan jenius lainnya. Jadi maksudnya, Arisu menyuruhku agar menjadi sosok yang sangat cerdas yang dapat membuat orang lain tunduk padaku. Mungkin juga ada alasan lain mengapa Arisu menyuruhku menjadi jenius sejati.

"Apa rencanamu, Ri-Chan?" Aku bertanya karena aku sudah sedikit paham tentang pertanyaannya, aku hanya tidak mengetahui rencana yang sesungguhnya.

"Fufu, sepertinya kau sudah mengerti ya, Ren? Aku akan menghancurkan para jenius palsu..... Jadi jika Ren tidak menjadi jenius sejati aku takut nanti kau juga akan ikut dihancurkan olehku" Arisu menjawab dengan sedikit tertawa.

"Ri-Chan tidak perlu khawatir, jika kau ingin menghancurkanku maka coba saja" Aku membalasnya dengan senyuman ramah.

Aku sudah memutuskan, aku akan menjalani hidup dimana tidak ada seorangpun yang bisa mengendalikanku. Arisu benar, aku harus menjadi jenius sejati jika aku ingin melaksanakan tujuanku. Arisu hanya tersenyum saja mendengar jawabanku.

...

Sudah berbulan bulan aku dirumah sakit, Ri-Chan sering mengunjungiku dan membawakanku bingkisan. Aku sudah mulai terbiasa dengan alat yang terpasang dileherku.Aku juga sudah mulai bisa berjalan meskipun harus menggunakan alat bantu.

Aku tidak ingat hari ulangku jadi Ri-Chan menentukan tanggal ulang Tahun ku sama dengannya yaitu tanggal 12 Maret. Hubunganku dengannya semakin dekat, kami sudah seperti saudara asli. Sekarang adalah tanggal 12 maret jadi aku dan Ri-Chan ulang tahun yang ke 8 tahun.

Aku sudah menyuruh ayah untuk membelikan hadiah untuknya berupa pita untuk hiasan dirambutnya. Mereka berdua sekarang sudah ada dirumah sakit tepatnya ada diruang rawatku. Ayah dan Ri-Chan membawakanku hadiah untuk ulang Tahun ku.

"Selamat ulang tahun kalian berdua...Ayah membawakan kalian berdua hadiah" Ayah tersenyum sambil memberikanku satu buah kado yang juga didapatkan oleh Ri-Chan.

Tentang ibuku, aku tidak tahu dia kemana karena dia tidak pernah menjengukku. Aku juga tidak bertanya tentangnya karena aku takut bahwa itu akan membuat mereka sedih. Aku sekarang bahagia meskipun jika ada ibu aku lebih bahagia.

"Aku juga membawakan Ren hadiah" Ucap Ri-Chan yang menyerahkan satu kotak kado dan juga satu buah tongkat yang menurutku keren.

Aku sudah pernah melihat tongkat itu, tongkat yang bisa memasukkan kaki tongkat. Alat yang benar benar keren, karena jika aku sekolah maka itu akan sangat membantu.

(Tongkat disini adalah Tongkat yang dipakai Accelerator).

"Terima kasih Ri-Chan, aku juga punya hadiah untukmu..... Ayah.." Aku menerima hadiah dari Ri-Chan dan meminta ayah untuk memberikan Ri-Chan hadiah yang aku pesan.

Ayah mengeluarkan satu kotak kado lagi dan memberikannya pada Ri-Chan. Ri-Chan langsung membuka kado itu dan mendapati sebuah pita khusus berwarna abu abu untuk dipasangkan dirambutnya. Tanpa pikir panjang dia memakai pita itu dirambutnya, dia tampak cantik karena pita itu dipadukan dengan beret hitam yang sering dia pakai ketika berkunjung kerumah sakit.

"Kau cocok loh, Ri-Chan" Ucap ku memujinya sambil tersenyum.

"Fufu, lebih baik kau buka kado dariku loh Ren" Dia menyuruhku membuka kado yang dia berikan.

Aku mengangguk kemudian membuka kado yang Ri-Chan berikan. Aku menemukan bahwa dia memberikan padaku sebuah syal berwarna hitam dengan sedikit warna ungu. Aku langsung tahu tujuan dia memberikan ini, jika aku pergi kesekolah maka alat yang ada dileherku akan menjadi pusat perhatian maka dari itu aku bisa menutupinya dengan syal ini.

"Terima kasih" Aku mengucapkan terima kasih kembali karena Ri-Chan sangatlah mengetahui diriku.

Aku juga membuka kado dari ayah yang isinya adalah jam tangan. Aku tidak peduli apapun yang diberikan ayah karena itu adalah tanda bahwa dia sayang kepadaku. Ri-Chan tidak membuka hadiah yang ayah berikan, mungkin dia akan membukanya nanti.

Kami berbicara banyak hal dan yang paling penting adalah bahwa aku akan keluar dari rumah sakit ini besok. Kondisiku sudah membaik selain itu aku sudah biasa dengan alat bantuku. Tidak ada alasan lagi untuk masih dirawat karena aku juga sudah bosan disini.

.....

Besoknya aku dijemput oleh Ri-Chan dan ayahku, pakaian yang aku pakai sudah bukan lagi pakaian rumah sakit. Syal yang Ri-Chan berikan juga aku pakai untuk menutupi alat yang ada dileherku. Aku juga memegang tongkat pemberian Ri-Chan juga untuk menjaga keseimbanganku.

Aku sudah tidak sabar untuk membuat tujuanku tercapai. Selama berada dirumah sakit Ri-Chan mengajariku banyak hal seperti permainan kesukaannya yaitu catur, berbagai pelajaran yang dia ketahui dan lain lain. Bisa aku katakan bahwa dia adalah anak yang sangat cerdas.

Entah mengapa juga aku mudah paham apa yang dia ajarkan, bukan hanya paham tapi aku juga tidak bisa melupakan pemahaman itu. Padahal aku sering lupa mengenai banyak hal seperti nama dokter yang merawatku, nama makanan yang aku makan, dan masih banyak lagi. Mungkin karena aku menganggapnya tidak penting jadi ingatan itu akan terlupakan.

Aku sedang menuju kerumah keluarga Sakayanagi dan akan tinggal disana bersama keluargaku. Didalam mobil aku mengobrol bersama keluargaku tentang banyak hal yang tidak aku bisa sebutkan satu persatu. Aku menjadi tidak sabar untuk bisa mewujudkan harapan Ri-Chan.


CREATORS' THOUGHTS
Rheinn Rheinn

Karena aku tidak terlalu tahu tentang ayah dan ibunya Arisu jadi aku tidak menyebutkan secara rinci tentang mereka

Seperti yang ada di sinopsis bahwa alur cerita agak berbeda begitu juga kehidupan Chara yang ada

Terima kasih......

Sampai nanti.....

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login