Download App
16.14% VOLDER

Chapter 67: Chapter 67

(1 bulan kemudian)

"Greg, hentikan..."

Aku tidak bisa menahan tawa yang keluar dari mulutku.

"Greg!"

"Ada apa?" Kepala Ella menyembul dari balik pintu kamar kami. "Ya Tuhan, Lana... Apa kau menikah dengan anak berumur 11 tahun?"

Tawaku memudar menjadi cemberut saat mendengar kata-kata Ella. "Aku hanya berusaha membantu!"

Ia mengambil hairdryer dari tanganku lalu mulai merapikan rambut Lana yang mengembang hebat... karyaku.

Masih dengan wajah cemberut aku berdiri di sisi Lana hingga Ella mendorongku menjauh karena rupanya berdiri di dekat Lana mengganggu pekerjaannya.

"Bukannya kau harus bersiap-siap juga?" tanya Ella dengan jengkel. "Nick sedang bersiap, mengapa kau tidak bergabung dengannya?"

"Aku hanya perlu mengganti bajuku, lagipula acaranya masih satu jam lagi." balasku dengan sama jengkelnya.

Akhir-akhir ini Ella selalu terlihat jengkel saat melihatku, Lana bilang Ia sedikit cemburu karena sekarang kemanapun Lana pergi aku selalu mengikutinya, hampir tidak ada waktu bagi Ella dan Lana berdua.

Cih, memangnya siapa yang menikah dengan Lana? Aku atau Ella?

Kupandang cincin sederhana di jariku yang sama dengan yang melingkar di jari Lana saat ini. Beberapa hari yang lalu akhirnya aku dan Lana menikah, tidak ada perayaan khusus, hanya kami berdua di pengadilan dan seorang saksi.

Tapi itu sudah cukup untuk kami.

Hari ini adalah perayaan kecilnya, karna situasi Lana yang masih dalam masa transisi maka kami hanya bisa mengundang orang terdekat yang sudah mengetahui tentang situasi Lana.

Sejauh ini semuanya berjalan lancar, kecuali satu hal yang masih menggangguku. Semakin hari janjiku pada Vlad semakin terasa seperti beban, apalagi aku semakin sering bertemu Lancaster akhir-akhir ini dan Alice sudah membantu sangat banyak selama ini.

Aku tidak yakin bisa membunuh Lancaster semudah itu.

"Kau masih disini, Greg?!" suara Ella membuyarkan lamunanku.

"Okay-okay aku akan pergi." gerutuku sebelum berjalan keluar dari kamarku sendiri.

***

Pandanganku tertuju pada Nick yang sedang sibuk menggendong Elliot dan Rosie di kedua tangannya sedangkan Ella menuangkan champagne ke gelasnya entah untuk yang ke berapa kali.

Di sisi lain ruangan ini Lana, Alice, Lancaster, dan Erik terlihat mengobrol... Well, sebagian besar obrolan didominasi oleh Lancaster yang ternyata, baru kusadari, sangat cerewet.

Bagaimana Alice bisa bertahan mendengarnya? Itu sebuah misteri.

Aku menoleh kembali kakakku dengan sedikit iba, "Butuh bantuan?" Tanyaku saat berada di dekatnya. Salah satu tangan kecil Rosie menjulur ke atas saat mendengar suaraku.

Aku mencintai kedua keponakanku yang lucu tapi aku juga masih belum melupakan rasa traumaku saat Ella melahirkan.

"Kurasa ini waktu keduanya untuk tidur." gumamku saat melihat mata Elliot yang mulai terlihat sayu.

"Yeah, tapi Rosie masih membuka matanya lebar-lebar." balas Nick sambil menguap. "Apa kau mau menggendongnya?"

Kuangkat kedua tanganku dengan pose menyerah.

Nick menaikkan salah satu alisnya ke atas, "Kalau aku tidak salah dengar kau baru saja menawarkan untuk menolongku."

"Maksudku aku akan memanggil Ella jika kau butuh bantuan." jelasku padanya.

"Dasar kau brengsek." gumam Nick dengan sangat pelan.

"Oh! Apa kau baru saja mengumpat di depan keponakanku?!" tegurku dengan nada pura-pura shock.

"Siapa yang mengumpat?" suara Ella muncul dari belakangku. Ia berjalan menuju Nick lalu mencium pipinya.

"Akhirnya, bantuan sudah datang." kataku sambil tersenyum lebar.

"Apa ini sudah waktunya tidur?" tanya Ella pada suaminya tanpa mempedulikanku. Ia mengambil Elliot dari salah satu tangan Nick lalu keduanya meninggalkanku sendirian untuk menidurkan anak mereka.

Mereka benar-benar tidak menghiraukanku.

Kuputuskan untuk bergabung dengan Lana dan mendengarkan ocehan Lancaster sampai aku bosan lalu aku berncana mengusir semuanya pergi dari sini setelah itu menikmati waktu berdua bersama Lana. Atau bertiga jika Ella ingin mengganggu kami lagi, karena hari ini kami menginap disini.

Nick dan Ella bergabung dengan kami beberapa saat kemudian saat Lancaster sedang menceritakan tentang proyek tracking device perusahaannya, kurasa Ia bekerja di bidang keamanan IT.

Tiba-tiba Lancaster menoleh ke arahku, "Kau tahu yang lebih aneh? Semua orang yang ada di sini saat ini saling berhubungan. Kau dan Lana mungkin sudah saling mengenal sejak lama, tapi Ella dan aku, Nicholas dan Alice... Kita semua sudah saling mengenal satu sama lain jauh sebelum ini. Aku tidak akan pernah menduga akan bertemu Ella lagi setelah sekian lama, apalagi setelah Lana mengancamku untuk tidak menemui Ella lagi." Lancaster berkedip sekilas ke arah Ella sebelum menenggak champagne di gelasnya.

Keheningan menyelimuti ruangan ini selama beberapa saat hingga Nick membuka mulutnya.

"Dan apa... hubunganmu dengan istriku, Lancaster?" tanyanya dengan suara rendah, tidak ada ekspresi yang dapat terbaca di wajahnya saat ini.

"Oh, kami sempat pacaran beberapa tahun saat Ella masih kuliah. Lana yang mengenalkan kami." jawab Lancaster dengan santai, Ia tidak sadar dirinya baru saja masuk ke dalam daftar hitam Nick.

Salah satu sudut mulutku berkedut saat melihat kedua alis Nick terangkat sedikit. Ha. Bahkan Alice menyadari perubahan ekspresi Nick, Ia meletakkan gelas champagnenya di meja terdekat lalu mulai berjalan ke arah Lancaster.

Suara tawa gugup Ella akhirnya memecah atmosfir dingin di ruangan ini lalu Ia menyelipkan salah satu tangannya di pinggang Nick. "Luke, hal itu sudah lama sekali. Kau tahu kita tidak pernah serius."

Lancaster yang masih belum bisa membaca atmosfir di sekitarnya semakin menyiram bensin di api yang Ia ciptakan.

"Siapa yang bilang aku tidak serius? Jika Lana tidak mengancamku untuk mengakhiri hubungan kita, mungkin saat ini kau masih berada di sisiku, Ella, bahkan mungkin kau sudah menikahiku sekarang." balasnya.

Aku dapat mendengar nada bercanda dalam suaranya, tapi Nick tidak, karena berikutnya kedua mata birunya menggelap saat memandang Lancaster.

Alice melangkah ke depan hingga Ia sedikit menutupi Lancaster dari pandangan membunuh Nick.

Lana menarik lengan kemejaku untuk mengalihkan perhatianku, "Greg, sebaiknya kau melakukan sesuatu." bisiknya pelan dengan pandangan khawatir.

Aku menatap wajah cantiknya dengan senyuman lebar, aku sangat mencintai wanita ini tapi aku tidak akan menghentikan Nick jika Ia ingin menghajar Lancaster.

Kau bercanda? Lancaster memang harus diberi sedikit pelajaran." jawabku sambil kembali tersenyum manis. Aku belum melupakan jasanya saat Ia menyembunyikan Lana di Finlandia.

"Aku tahu Luke bukan orang paling menyenangkan, tapi Ia sepupuku." balas Lana dengan gumaman juga, yang secara tidak langsung mengingatkanku bahwa si brengsek ini adalah sepupu iparku.

"Kau ingat saat pertama kali kita bertemu?" tanya Lancaster pada Ella, yang masih tidak sadar juga Ia sudah menggali kuburannya sendiri. Kedua mata Nick sudah benar-benar berwarna hitam saat ini.

"Lancaster, tutup mulutmu." kataku pelan.

"Memangnya kenapa—" Akhirnya Ia menoleh ke arahku dan Nick dan si bodoh itu menyadari amarah Nick. "Ahh... aku hanya bercanda, Shaw." katanya sambil tertawa lalu menenggak sisa champagne di gelasnya.

"Ya Tuhan, Ia kaku sekali." bisiknya dengan sangat pelan pada Alice, tapi tentu saja kami semua masih bisa mendengarnya.

Tiba-tiba hal yang sangat luar biasa terjadi; Alice tersenyum, dan bukan senyum dingin yang biasanya muncul di wajahnya.

Ia benar-benar tersenyum, seakan lelucon Lancaster benar-benar lucu. Aku tidak tahu harus lebih terkejut dengan fakta bahwa Ia bisa tersenyum atau dengan selera humor Alice yang mengecewakan.

Kami semua memandang ke arah Alice dengan tatapan terkejut kecuali Lancaster.

"Sepertinya Alice benar-benar dalam masalah." bisik Nick di sebelahku. Aku mengangguk kecil. Benar-benar gawat.

Nama Valkyrie Alice sebenarnya adalah Prungva, yang artinya; Ia yang merindukan dan kehilangan cinta. Kelemahan Valkyrie terkandung dalam nama asli mereka, karena itu Valkyrie selalu menyembunyikan nama kuno mereka.

Jika Alice benar-benar jatuh cinta pada pada Lancaster, maka hanya ada takdir yang tragis yang menanti mereka. Dan bukan hanya takdir mereka yang akan berakhir tragis jika Vlad sampai mengetahui yang sebenarnya.

"Greg, ada apa?" Aku terlalu larut dalam pikiranku hingga tidak menyadari Lana yang sebelumnya mengobrol dengan Ella kini berdiri di sampingku.

Kulempar senyum terbaikku lalu memeluk pinggangnya, "Tidak ada apa-apa." jawabku sambil mengecup puncak kepalanya.

Bagaimanapun akhirnya nanti aku tidak akan menghawatirkannya sekarang, biarkan aku menikmati saat ini.


CREATORS' THOUGHTS
ceciliaccm ceciliaccm

♥️

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C67
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login