Download App
14.28% CAROLINE

Chapter 36: Chapter 36

"Dimana Evelyn? Kenapa tidak ada yang bisa memberikanku jawaban sejak tadi?" ulangnya dengan suara bergetar. Tanpa kusadari aku mulai melangkah ke arah Vincent tapi tangan Alex meraih pergelangan tanganku, menghentikanku. Tangannya terasa panas saat menggenggamku, "Aku harus memberitahunya." bisikku dengan suara rendah pada Alex. Akhirnya kedua mata coklatnya beralih menatapku. Rasanya sudah lama sekali aku tidak melihatnya, padahal kami hanya belum bertemu selama setengah hari saja.

"Alex." gumamku saat Ia tidak kunjung melepaskan tanganku.

"Evelyn Lance sedang melaksanakan tugas pack." kata Alex pada Vincent, tapi kedua matanya masih terpaku padaku.

"Dimana? Mengapa kau tidak memberitahuku dari tadi brengsek?!"

"Karena aku tidak tahu siapa kau sebenarnya sebelumnya." balas Alex dengan suara dingin. "Dimana Evelyn Lance sekarang adalah urusan pack kami, kau tidak diterima di tempat ini."

Untuk pertama kalinya Vincent menundukkan kepalanya, aku mengira Ia sedang menunjukkan sikap sumisifnya karena aura Alpha Alex terpancar sangat kuat saat ini. Tapi beberapa detik kemudian Ia memberontak dan menerjang ke arah Alex hingga keduanya jatuh bersamaan ke rumput. Anggota pack yang lain dan Jake berusaha menarik keduanya menjauh tapi tidak sebelum Vincent berhasil menghantam rahang Alex sekali, saat akan memukulnya untuk yang kedua kali Alex mencengkeram tangannya dengan mudah.

"Yang pertama masih bisa kutoleransi karena kesalahpahamanku sebelumnya, tapi yang kedua kau harus membayarnya." ucap Alex dengan nada ancaman yang membuat bulu halus di kedua tanganku meremang. Kedua mata coklatnya berubah menjadi lebih keemasan.

Peringatan Alex tidak membuat Vincent berusaha menghentikan serangannya walaupun sudah ditahan beberapa anggota pack lainnya, hingga Jake harus melangkah di antara keduanya. Kadang aku lupa Vincent setengah Leykan. "Ingat ucapanku, jika sesuatu terjadi pada mateku... kau yang akan menanggungnya, Brennan."

Alex tidak menjawabnya. Salah satu sudut bibirnya terlihat berdarah membuatku kembali melangkah mendekatinya untuk mengeceknya.

"Dan kau... Caroline, kuharap kau tidak ada sangkut pautnya dengan ini semua." ucapan Vincent membuatku menghentikan langkahku, lalu berbalik menatapnya. "Jangan buat aku menyesali apa yang sudah kulakukan untukmu selama ini." tambahnya dengan suara rendah. Bibirku sedikit bergetar saat akan menjawabnya tapi Alex tiba-tiba melangkah ke depanku, punggungnya yang menegang menutupiku dari Vincent.

"Jangan pernah berbicara seperti itu pada mateku." ancam Alex dengan geraman keras. Semua anggota packnya harus menundukkan kepalanya karena aura Alex yang mendominasi, bahkan bulu halus di tengkukku ikut meremang. "Ini adalah peringatan terakhirku. Bawa dia pergi dari sini."

Aku sedikit tersentak saat mendengar perintah Alex untuk mengusir Vincent dari sini. "Tunggu!" selaku sebelum melangkah ke sebelah Alex. "Aku ingin berbicara padanya."

Alex menoleh tajam ke arahku. "Tidak." ucapnya dengan suara rendah. "Kau tidak boleh."

Jake dan anggota pack lain yang sedang menyeret Vincent berhenti sejenak. "Apa?" tanyaku pelan pada Alex dengan rasa marah yang mulai menggerogotiku. Kami berpandangan dalam diam selama beberapa saat, kedua mata coklat keemasan Alex menatapku tanpa berkedip.

"Kau tidak boleh berbicara dengannya." ucapnya lagi, kali ini pandangannya menantangku untuk melawan perintahnya.

Aku baru menyadari perubahan signifikan pada Alex selama beberapa bulan sejak aku menjadi matenya. Awalnya kupikir Ia hanya keras kepala dan gampang cemburu, tapi sekarang aku sadar sifatnya yang sesungguhnya adalah posesif dan arogan. Seperti racun yang perlahan membuatku ingin membencinya. "Kau bukan Alphaku." balasku dengan suara sangat rendah hingga hanya Alex yang dapat mendengarnya lalu berbalik menghampiri Vincent.

"Aku hanya ingin berbicara padanya." kataku pada Jake dan yang lainnya, "Tolong lepaskan Vincent."

Mereka menatapku lalu beralih pada Alex yang berdiri tidak jauh di belakangku. Jake lah yang pertama melepaskan Vincent, diikuti oleh yang lainnya. "Terimakasih." gumamku dengan kaku lalu berjalan mendahului Vincent. Kami harus berbicara empat mata, jadi aku berusaha memberi jarak sejauh mungkin agar tidak ada yang mendengar kami.

"Caroline, dimana dia?" tanya Vincent di belakangku dengan tidak sabar. Aku berhenti lalu membalikkan badanku. Kami masih berada di halaman luas rumah pack, beberapa anggota pack yang sebelumnya menonton kini sudah kembali masuk ke dalam. Hanya Alex yang masih berdiri di tempatnya menatap ke arah kami.

"Aku tidak bisa berbicara banyak saat ini." balasku tanpa mengalihkan pandangan dari Alex.

"Apa Ia mengancammu?" tanya Vincent dengan geraman rendah.

Pertanyaannya membuat pandanganku beralih padanya, "Alex? Tidak... Tidak, Ia berusaha mengurungku tapi tidak sampai mengancamku."

"Caroline... situasi kalian saat ini sangat buruk. Alex tidak akan bisa menyelamatkanmu sendirian." Vincent terlihat khawatir sekaligus marah, "Pilihannya sekarang bukan menyembunyikanmu."

"Apa kita harus mencoba lari lagi?" bisikku padanya, walaupun aku tahu Alex tidak akan bisa mendengarkan pembicaraan kami dengan jarak sejauh ini.

Vincent menggeleng, "Aku tidak bisa kemana-mana sebelum bertemu dengan Evelyn."

Kupejamkan kedua mataku sekilas. Evelyn Lance, aku lupa Ia adalah mate Vincent. Bagaimana bisa masalah datang bertubi-tubi setelah aku kembali? Aku harus mendesak Alex untuk mencarinya. Kutarik nafasku lalu mengangguk padanya. "Apa yang harus kita lakukan setelah Evelyn kembali?'

Vincent membuka mulutnya lalu menutupnya kembali dengan ekspresi cemas di wajahnya. "Apa kau bisa meminta seseorang menghubungi Evelyn? Aku tidak bisa menghubunginya sama sekali."

Permintaannya membuat rasa bersalahku tumbuh beberapa kali lipat. "Tentu saja."

"Evelyn ingin memberitahuku sesuatu sebelum aku pergi denganmu. Rencananya Ia akan menyusul setelah kita sampai di Islandia. Tapi aku tidak sempat bertemu dengannya sebelum itu." Vincent benar-benar terlihat kalut. "Sepertinya Ia berencana memberitahuku Ia sedang hamil."

Kedua lututku sedikit goyah saat mendengarnya. "A—apa?"

"Aku tidak sengaja melihatnya membeli testpack." lanjutnya. "Apa kau bisa menghubungkanku dengan Evelyn secepat mungkin? Aku tidak bisa merasa tenang sebelum mendengar suaranya langsung."

Kutelan ludahku dengan susah payah sebelum menjawabnya, "Aku akan berusaha."

Sedikit rasa lega terlihat di wajahnya, "Kalau begitu hubungi aku setelah kau punya kabar. Aku akan menunggu di rumah Evelyn sementara waktu ini."

Aku mengangguk lemah padanya. Lalu Vincent berbalik dan berjalan keluar halaman, aku terpaku memandangnya hingga Ia menghilang dari balik gerbang. Kedua tanganku terasa dingin saat memikirkan kondisi Evelyn saat ini, sudah 3 hari berlalu sejak hukuman rogue dijatuhkan padanya. Dengan pikiran khawatir dan pandangan kosong aku berbalik menuju ke rumah pack.

Alex masih berdiri di tempatnya, sedangkan Jake tidak jauh di belakangnya. Sepertinya keduanya menungguku karena khawatir aku akan kabur bersama Vincent lagi. Langkahku terasa berat saat memikirkan apa yang dirasakan oleh Evelyn saat ini. Apa Ia baik-baik saja? Pikirku dengan kalut.

Pandanganku beralih pada rumah pack yang sangat besar dan berdesain kuno. Deretan jendela menghiasi setiap lantai rumah itu, aku belum menjelajahi kelima lantainya karena lebih sering mengurung diriku di dalam kamar. Tapi entah kenapa tempat ini terasa sangat familiar bagiku. Langkahku semakin melambat hingga akhirnya benar-benar terhenti. Aku tahu ruangan apa yang ada di balik jendela sebelah barat lantai tiga walaupun aku tidak pernah menginjakkan kakiku di tempat itu. Beberapa bayangan berkelebat di dalam kepalaku, bayangan yang terlihat seperti memori.

"Apa aku pernah ke rumah ini sebelumnya?" gumamku pelan tidak kepada siapa-siapa. Tiba-tiba Alex bergerak dari tempatnya, dengan langkah lebar Ia berjalan ke depanku hingga tubuh tingginya menutupi pandanganku dari rumah pack.

"Cara, ada apa?" suara Alex membuyarkan pikiranku.

Aku berkedip beberapa kali padanya dengan pandangan bingung.

Alex sedang menatapku lekat-lekat, ekspresi arogan Alphanya yang sebelumnya berganti dengan khawatir. "Kedua matamu hampir berubah violet lagi."

Kupejamkan kedua mataku sambil menarik nafasku dalam-dalam untuk menenangkan diriku. "Ru—Rumah itu." kataku dengan suara bergetar, "Apa aku pernah ke tempat ini sebelumnya?"

Alex terdiam sesaat, "Pernah. Saat kau menghadiri pertemuan pack pertama—"

"Sebelum itu." potongku, tetap dengan mata terpejam. "Jauh sebelum itu."

Alex tidak menjawab pertanyaanku hingga aku harus membuka kedua mataku lagi. "Alex?"

Ada ekspresi aneh di wajahnya saat menatapku. "Rumah itu... adalah rumahmu sebelum diambil alih oleh kakekku." balasnya dengan suara yang tercekat, "Begitu juga wilayah ini, semuanya adalah milikmu sebelumnya."


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C36
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login