Download App
66.66% Dear R

Chapter 2: Masa Orientasi

Hari ini adalah hari dimana masa orintasi siswa akan dilaksanakan di SMA Gelora. Para Osis sibuk berlalu lalang untuk mengurus para adik kelas, sementara adik kelas mereka sudah bersiap untuk baris di lapangan.

"Woy, Reval mana?" tanya Varadirga pada salah satu anggota Osis. Namun nihil, dia hanya membalas dengan kedikan bahu.

"Gila tuh bocah. Heran gue, orang kayak dia Ketua Osis," gerutu Varadirga dan mulai mengambil alih posisi Reval untuk menyambut para adik kelas.

Semua peserta didik baru diam tak mengeluarkan suara setelah Varadirga naik ke atas pentas di tengah lapangan. Varadirga yang mengenakan jas osis itu menatap lurus ke arah calon adik kelasnya.

"Baiklah. Ekhm, Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh," tutur Varadirga memulai.

"WAALAIKUM SALAM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH," sahut siswa siswi di sana.

"Baiklah. Sebelumnya, perkenalkan. Saya, Raditya Varaza Dirgantara. Kalian bisa panggil saya Varadirga, atau Dirga. Saya wakil ketua osis di sini mewakili ketua osis kami yang emm... gak tau ke mana. Tapi, saya harap kalian semua bisa mengikuti kegiatan MOS di SMA ini. Kalian harus mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Dan kalian nanti akan dibimbing oleh osis untuk menuju kelas masing-masing. Baiklah. Sekian dari saya, Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh."

Varadirga turun dari pentas menuju barisan para osis yang berdiri dengan gagah di sana. Dari jarak yang tidak terlalu jauh dari sana, seorang pria berjalan dengan gaya cool nya sambil memegang jas Osis yang dia sampirkan di bahu kirinya. Rambut pria itu diombre pirang bak pria boyband di Korea. Siapa lagi kalau bukan Reval.

Reval berjalan mendekati barisan Osis. Dia menatap satu persatu para anggota Osis dengan tatapan datar.

"Naik gih kasih sambutan," tutur Varadirga. Reval hanya mengedikkan bahu acuh dan menaiki pentas untuk memberi sambutan. Jas Osis masih bertengger di bahunya. Baju putihnya itu berada di luar. Tampilannya lebih mirip preman sekolah, walau dia memang tampan.

"Baiklah, Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh," ucap Reval memulai ucapannya.

"WAALAIKUM SALAM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH."

"Saya selaku ketua osis di sini, berharap dengan sangat kepada kalian agar tidak membuat onar di hari MOS kalian ini. Saya harap, kalian yang bad boy sama bad girl ini pensiun sebentar, ya, nanti pas udah lama jadi siswa, kita nakal bareng-bareng, ya," tutur Reval membuat para Osis dan guru geleng geleng kepala.

"Nggak, saya bercanda. Baiklah, kalian silahkan ikuti kakak Osis yang sudah berdiri di depan kelompok kalian. Kalian ikuti mereka yang membimbing kalian. Jangan sampai saya menerima laporan tentang siswa-siswi yang berbuat ulah. Baik, terima kasih. Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh." Reval langsung turun dari pentas tanpa menghiraukan bisikan bisikan siswi yang tergoda oleh aura tampan Reval.

"Adik-adik, jangan ditiru, ya, ketua osisnya, jangan sampai saya nemuin rambut kalian diwarnai kayak ketua osis itu," ucap Varadirga saat Reval melangkah pergi meninggalkan lapangan. Bukan untuk membimbing siswa siswi baru melainkan menuju ke arah Rival yang bersandar di tiang bendera.

Seluruh peserta didik baru memperhatikan Reval dan Rival yang kini sedang berbincang bincang. Terlihat di sana Reval membawa Rival pergi dengan merangkul bahu Rival. Soal jas osis Reval? Ah sudahlah, jas itu kini sudah berada di tangan Rival.

"WOY VAL! BERHENTI LO! BIMBING ADEK ADEK NIH, LO KETUA OSIS WOY!" teriak Varadirga membuat Reval menoleh.

"Emang kalau gue ketua Osis kenapa?"

"Bimbing Ya Allah."

"Wakilin lu aja dulu. Gue laper," ucap Reval dan berlalu pergi tanpa menghiraukan Varadirga.

Varadirga hanya mendengkus sebal, karena harus menghadapai manusia semacam Reval. Dari dulu Varadirga memang tidak pernah menang soal apapun dari Reval.

"Baiklah, sekarang ikuti pembimbing kalian. Jangan hiraukan ketua osis itu oke?" ucap Varadirga mengalihkan pandangan siswa siswi dari Reval yang kini berjalan santai menuju kantin sambil sesekali tertawa bersama Rival.

"Kak Var, Kakak Ketos itu namanya siapa ya?" tanya salah satu siswi dengan rambut sebahu yang digerai.

"Ha? Kamu belum tau?"

"Kan tadi gak kasih tau nama."

"Ck. Dasar Reval. Nama dia Reval. Panggil dia Reval, ya."

"Iya, Kak. Terus cewek yang tadi bareng Kak Reval itu siapa?" tanya siswi itu kepo.

"Cih. Ngapain kepo? Apa urusannya sam-"

"Kak, stt... gak boleh gitu," tegur Dita pada Varadirga. Varadirga sendiri hanya bisa mendengus dan mengiyakan saat Dita, wanita yang mampu mengalihkan hatinya dari Rival itu berbicara.

"Iya. Maafin aku, ya," ucap Varadirga dan tersenyum tulus. Senyuman yang begitu manis.

Varadirga berjalan meninggalkan lapangan dan menyerahkan tugasnya pada Osis lain di sana.

"Var, ke mana?" tanya Lika, sang bendahara Osis.

"Huft, gue ke kelas bentar," tutur Varadirga yang mood nya rusak karena 2 orang. Ya, 2 orang. Yang pertama Reval yang bertingkah seenaknya, seperti biasa. Dan adik kelas yang kepo dengan hubungan kakak kelasnya, memangnya dia siapa?

Di ruang kelas X MIPA 3 yang kini dijadikan ruang untuk kelompok Brazil. Kelompok Lidya, adik kelas yang kepo tentang Reval.

"Atributnya lengkap?" tanya Varadirga yang baru tiba.

"Baru masuk salam dulu, Kak, jangan langsung ngegas," tutur Dita yang melihat tingkah laku pacarnya.

"Iya, maaf, ya. Kakak lupa," sahut Varadirga sambil mengembangkan senyum manisnya.

"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh."

"Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh."

"Yang tidak pakai atribut angkat tangan!" seru Varadirga mulai menetralkan emosinya.

Kelas senyap, tidak ada yang mengangkat tangan. Varadirga langsung berkeliling memeriksa atribut adik kelasnya.

"Maju ke depan!" ucap Varadirga datar pada salah seorang siswi yang tak lain adalah Lidya.

Lidya langsung maju ke depan dengan takut takut. Ya, dia lupa dengan atributnya yang ketinggalan di rumah.

"Kenapa gak pakai atribut?" tanya Varadirga dingin.

"Anu kak, ke ketinggalan di rumah."

Varadirga hanya diam dan mengambil secarik kertas dari bukunya sendiri lengkap dengan bolpoinnya dan langsung menyodorkan pada Lidya.

"Kenapa, Kak?"

"Minta tanda tangan semua anggota osis kecuali saya. Bilang kalau kamu dihukum saya. Tanda tangan paling atas harus tanda tangan Reval. Tau Reval, kan? Ketua Osis tadi. Tanda tangan dia paling atas dan sekaligus bawa dia kesini. Cepat! Saya tunggu sampai jam istirahat di sini," ucap Varadirga dan duduk di kursi guru yang tersedia di sana. Para Osis hanya diam melihat Varadirga yang sedang badmood. Mereka memilih diam daripada mendapat gertakan Varadirga.

Lidya langsung keluar kelas sambil mengoceh dan mencari para Osis untuk dimintai tanda tangan. Untuk yang berada diruangan, dia sudah mendapatkannya semua. Dan ada yang memberi tahu bahwa jumlah Osis di SMA ini ada sekitar 35 Osis. Dan Lidya baru mendapatkan 17 tanda tangan.

"Cari di mana sih? Aduuhh para Osisnya ke mana lagi. Capek dah gua," gerutu Lidya yang sudah lelah naik turun tangga koridor.

"Oke, satu tanda tangan lagi. Tinggal punya ketua osis. Gue harus cari kemana ya?" ucap Lidya sambil melihat kertasnya. Ya, dia sudah mendapatkan semua tanda tangan Osis dengan berbagai tantangan yang diterimanya. Dari joget potong bebeb angsa, nyanyi gak jelas, teriak teriak di koridor, apalah semua sudah dia lakukan.

"Emm, Kak. Permisi, numpang nanya," ucap Lidya pada salah seorang wanita yang memegang jas Osis baru saja keluar dari sebuah kelas bertuliskan XI MIPA 1.

"Iya. Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu. Siswi dengan paras cantik dan sepertinya Lidya pernah melihatnya.

"Kakak? Aku kayak pernah lihat Kakak?"

"Oh ya?"

"Iya. Kakak yang tadi pergi dari lapangan bareng kakak ketua Osis itu kan?" tanya nya. Ya, wanita yang ditemui Lidya adalah Rival.

"Iya itu saya. Ada apa?"

"Kakak tau gak dimana kak Reval ketua Osis itu."

"Iya gue tau, kenapa?" tanya Rival yang tidak lagi berbicara sopan saat ada yang bertanya keberadaan Reval.

"Nggak kok, Kak, ini cuma mau minta tanda tangan disuruh Kak Varadirga."

"Lo dihukum?"

"Iya. Aku lupa pakai atribut."

"Siap-siap aja. Ikut gue!" ucap Rival. Lidya langsung mengikuti Rival dan mensejajarkan langkahnya.

"Oh iya, by the way kakak ini siapanya Kak Reval, ya?" tanya Lidya. Pertanyaan yang mampu menghentikan langkah Rival.

"Urusan lo apa? Pengen tau banget."

"Nggak, siapa tau cuma temen, adik atau apa gitu. Kan aku bisa gebet kak Reval."

"Silahkan," tutur Rival sambil mengedikkan bahu.

Mereka tiba di sebuah tempat, yaitu lapangan basket. Terlihat Reval sedang bermain basket disana bersama beberapa temannya.

"Reval," panggil Rival. Lidya sudah berdiri di samping Rival dengan wajah yang berbinar melihat Reval menoleh dan menghampiri mereka sambil tersenyum. Lidya fikir senyuman itu untuknya. But, Big No! Itu untuk Rival.

"Kenapa, Val?" tanya Reval sambil mencium kening Rival. Lidya langsung membelalak saat melihat hal itu. Terlebih, Rival dan Reval mengenakan cincin yang sama. Apakah mereka tunangan? Begitu pikiran Lidya.

"Ini, dia mau minta tanda tangan disuruh Var," ucap Rival.

"Mana kertasnya?"

Lidya langsung memberikan kertasnya pada Reval. Reval sendiri langsung menuliskan tanda tangannya disana.

"Emm... makasih Kak. By the way, Kakak disuruh ke ruangan sama kak Varadirga," ucap Lidya gugup. Tidak dia sangka akan mendapatkannya dengan mudah tanpa tantangan apapun.

"Oke. Ikut yuk."

"Nggak ah, gue capek."

"Yaudah kalau capek gue gendong sini."

"Nggak ah."

"Ayo ikut ah."

"Iya-iya ih. Nih jas lo."

"Makasih, ya."

"Iya."

Rival, Reval dan Lidya langsung menuju ruangan yang Lidya tunjukkan. Di sana tentu saja sudah ada peserta didik baru dan beberapa Osis termasuk Varadirga yang duduk di kursi guru.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login