Download App
Aku Melihat Mereka Aku Melihat Mereka original

Aku Melihat Mereka

Author: i_octavian

© WebNovel

Chapter 1: Bagian 1

Perkenalkan namaku Yusuf, aku tinggal di Yogyakarta. Kisah ini bercerita tentang dunia yang saat itu sangat menakutkan untukku, semua berawal saat aku masih berusia sekitar 10 tahun. Pada saat itu aku benar-benar tidak tahu dan tidak bisa membedakan antara nyata atau halusinasi, tapi yang pasti "mereka" yang biasa kalian sebut hantu muncul dan memberi tahuku bahwa mereka ada. Bukan hanya selalu tentang "mereka" namun aku juga pernah melihat beberapa kejadian yang belum terjadi.

Aku adalah seorang muslim dan besar dilingkungan dengan mayoritas muslim, aku sering sekali berada di rumah sendiri dikarena kedua orang tuaku menjaga toko kelontong kami yang berada cukup jauh dari rumah. Oh ya aku juga memiliki cerita soal toko kami ini, dimulai saat keluargaku membeli sebuah ruko untuk toko kelontong kami yang baru, 3 bulan setelah toko kelontong kami dibuka aku belum sempat mengunjungi dan belum tahu sama sekali dimana persisnya lokasi toko baru milik kami berada. Sampai suatu malam aku bermimpi aku datang ke suatu tempat yang sangat menyeramkan, aku masuk ke sebuah rumah yang memiliki lingkungan yang sangat tidak biasa lalu aku berjalan memasuki ruang demi ruang, sesampainya aku dibagian belakang rumah tersebut ada yang tidak biasa dan membuatku cukup kaget karena bagian dari belakang rumah yang ku lihat memiliki permukaan tanah yang diatasnya berlumuran darah, darah yang benar-benar berwarna merah dan masih terlihat seperti darah segar yang baru keluar dari mahluk hidup. Tidak hanya darah, disitu aku juga melihat tengkorak manusia yang tergeletak di tanah, jumlahnya lebih dari satu dan disalah satu bagian sudutnya aku melihat ada gundukan tanah yang seolah-olah didalamnya seperti ada sesuatu yang terkubur.

Suatu hari saat ayahku pulang ke rumah ia mengajakku untuk mengunjungi toko baru kami, aku dan ayahku mengendarai motor dengan perjalan sekitar 25 menit. Sampailah kami di toko kelontong kami yang baru dan betapa kagetnya aku karena bangunan toko ini sama persis seperti bangunan yang ku lihat didalam mimpiku beberapa waktu lalu. Aku melihat ruang demi ruang, letak pintunya, bentuk bangunannya, semua sama persis seperti yang ada di mimpiku. Untuk lebih memastikannya aku masuk ke bagian belakang ruko dan saat aku sampai di bagian belakang, yang membuatku lebih terkejut adalah saat aku melihat bagian belakang toko ini memiliki ruang yang sama persis seperti yang ada di mimpiku dimana bagian belakang toko ini juga memiliki bagian bawahnya masih berupa tanah dan disalah satu sudutnya juga ada gundukan tanah. Perbedaan yang ku lihat hanya tidak adanya darah apalagi tengkorak namun yang masih tidak bias masuk dalam logikaku adalah semua yang ada di bangunan ruko ini benar-benar sangat mirip dan mengingatkanku dengan bangunan yang ku lihat di mimpiku. Jujur itu membuatku sedikit tidak nyaman saat sedang berada di toko.

Selain berjualan di kios kami juga memiliki toko kelontong di bagian depan rumah, warung rumahan inilah yang menjadi cikal bakal keluargaku bisa membeli ruko yang baru untuk membuka warung kelontong yang lebih besar. Orang tuaku lebih banyak berada di kios kelontong kami yang baru sehingga aku lebih sering berada di rumah sendirian, karena saat pagi hingga sore aku bersekolah maka pada saat pagi hari orang tuaku mempekerjakan satu orang pegawai untuk membantuku berjualan saat aku tidak ada di rumah, namun pada saat malam hari pegawaiku akan pulang kerumahnya yang terletak tidak jauh dari rumahku. Pada saat malamnya aku akan berada di rumah sendirian, bisa dibayangkan betapa kesepiannya aku. Hiburanku hanya tv yang ada diruang tengah rumah kami, saat aku sedang benar-benar merasa kesepian sesekali aku mengundang teman-temanku untuk berkunjung ke rumahku, selain agar suasana menjadi lebih ramai aku merasa itu bisa membunuh sepi yang kurasakan saat aku sedang sendirian di rumah.

Aku ingat pertama kali aku melihat salah satu dari "mereka", saat itu kurang lebih jam 6 sore. Adzan maghrib mulai berkumandang, aku bersiap-siap untuk menjalankan ibadah sholat maghrib karena saat itu aku di rumah sendiri. Daripada aku harus kerepotan menutup warung dan nantinya harus kembali membukanya aku memutuskan untuk sholat di rumah. Saat adzan mulai berhenti berkumandang aku bergegas untuk menjalankan ibadah sholat maghrib dikamar tempat biasa aku tidur. Entah hanya halusinasiku atau nyata di rakaat kedua saat aku rukuk aku merasakan ada yang mengikuti gerakan sholatku (di dalam sholat makmum jika hanya satu orang memiliki jarak yang tak terlalu jauh bisa dibilang hampir sejajar jadi cukup terlihat olehku apa yang ada di belakangku). Dia benar-benar terlihat nyata, sosok tinggi, putih yang ku kira itu lebih terlihat seperti pocong sedang berada di belakangku dengan jarak yang sangat dekat, aku yang masih belum mengerti hal itu cukup membuatku ketakutan. Aku yang saat itu sangat ketakutan jadi tidak khusyuk menjalankan sholat dan bertanya dalam hatiku, 

"siapa dia yang mengikuti sholatku sedangkan saat ini aku sedang sendirian dirumah".

Setelah selesai dan salam aku langsung menengok ke arah belakang namun bayangan putih yang tadi mengikuti gerakan sholatku sudah tidak ada di belakangku, padahal aku melihatnya dengan sangat jelas. Seharusnya jika memang ada seseorang dia masih kurang satu rakaat karena aku melihatnya saat aku memasuki rakaat ke 2, dimana sholat maghrib memiliki jumlah 3 rakaat,

"jika memang itu orang yang jahil cepat sekali dia pergi namun jika bukan orang lantas siapa dia" pikirku saat itu,

tiba-tiba dari arah dapur rumahku ada suara seperti benda yang terjatuh dan berbunyi sangat keras,

"brak",

aku yang ketakutan setengah mati tanpa pikir panjang langsung bergegas lari ke arah depan rumah. Setelah peristiwa itu aku jadi lebih sering memilih berada di warung dan memindahkan tv yang ada di ruang tengah agar bisa menonton tv disitu.

Setelah kejadian malam itu aku berpikir mungkin saat itu aku sedang berhalusinasi sampai pada suatu malam kejadian ini terjadi, walaupun aku beranggapan peristiwa saat aku sholat itu hanya halusinasi namun sejak saat itu aku memutuskan untuk lebih sering berkegiatan di warungku. Dengan persetujuan orang tuaku dengan alasan agar mudah saat melayani pelanggan saat malam hari akhirnya aku memberi tambahan kasur lipat didalam warung. Mulai dari aku memindahkan tempat tidurku gangguan-gangguan kecil yang ku rasakan menjadi lebih sering, semua anggapanku untuk menghindari "mereka" ternyata salah. Awal kejadian itu malam hari sekitar pukul 22:30 saat jalanan rumahku sudah mulai sepi, aku biasa menutup warung pukul 22:00 karena malam itu masih cukup ramai aku memutuskan untuk membukanya sedikit lebih lama, namun karena sudah setengah jam berlalu dan kurasa jalanan sudah mulai sepi aku memutuskan untuk menunggu pelanggan yang sedang minum kopi di teras rumahku lalu menutup warung. Terkadang aku memang buka sampai larut malam namun itu hanya saat sedang ada teman-teman yang menemaniku begadang di warung, namun jika sudah sepi dan aku sendirian di rumah, aku lebih memilih untuk menutup warung saat waktu menunjukkan pukul 22:00 malam dan menonton tv sambil tiduran di dalam warung. Malam itu waktu menunjukan pukul 23:30, semua tetangga disekitar rumahku sudah terbiasa jika mau membeli sesuatu pada saat warung sudah tutup pasti mereka akan mengetuk pintu rumahku ataupun pintu warungku, saat sedang memperhatikan tv aku mendengar ada yang mengetuk pintu warung aku bergegas membuka pintu ternyata pak Ali, bapak-bapak tetangga sekitar rumahku yang sedang jaga malam dia ingin membeli rokok. Selesai melayani pak Ali aku pergi ke kamar mandi yang terletak didalam rumah, aku pergi masuk ke dalam warung untuk masuk ke dalam rumah, tak berapa lama terdengar suara orang mengetuk pintu karena saat itu aku masih beranggapan mungkin bapak-bapak yang sedang jaga malam,

"tunggu sebentar", teriakku dari dalam

aku terburu-buru dan lekas keluar dari kamar mandi namun sesampainya aku didepan untuk membuka pintu warung ternyata sudah tidak ada orang didepan,

"ah sudahlah mungkin orang tadi tidak sabar untuk menunggu", pikirku saat itu.

Dari arah luar aku kembali masuk ke warung dan tidur didalam warung, saat pukul 24.00 malam aku terbangun karena aku mendengar ada suara ketukan dari arah pintu warung, aku bergegas untuk membuka pintu, namun setelah ku buka aku tak melihat ada seseorang aku berpikir,

"ah mungkin ada orang yang iseng",

lalu aku melihat kearah jalan namun jalanan sudah sepi tidak ada orang, tiba-tiba terbersit di pikiranku hal-hal tentang "mereka". Aku yang ketakutan langsung lari mengunci pintu warung dan masuk ke dalam warung, tujuanku tentu agar suara mengetuk pintu itu tak lagi terdengar. Setelah menutup pintu warung aku ingin menutup gorden jendela rumahku agar jalanan yang sepi di depan rumahku tak terlihat, aku masuk rumah melalui pintu yang ada di dalam warung namun tak sengaja saat aku menutup gorden betapa kagetnya saat aku melihat ada wujud wanita yang sangat menyeramkan dengan rambutnya yang berantakan, berbaju putih panjang yang kotor berwarna coklat seperti coklatnya tanah pemakaman, matanya yang melotot dan wajah yang tidak enak untuk dilihat dengan jari-jari tangan yang memiliki kuku sangat Panjang. Seketika aku lari ke kamar orang tuaku dan menguncinya. Aku tidur dengan menggunakan selimut yang menutupi dari ujung kaki sampai kepala. Aku yang saat itu benar-benar merasa ketakutan hanya bisa berdiam didalam selimut,

"mungkin itu yang biasa disebut orang-orang dengan sebutan kuntilanak", pikirku saat itu.

Bersambung....


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login