Download App

Chapter 2: Chapter 2

Cerita ini make alur campuran ya...

Jadi buat yang bingung kenapa ceritanya beralih ke sini,, tenang aja...

Akan ada benang merah yang Put sambungin nantinya biar semua ceritanya jaduu nyambung.. 😁😁 Silahkan berimajinasi...

Happy Reading....

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~^^

"Heh,, anak kampung!!! Loe nggak punya kaca ya di rumah??? Loe tuh nggak pantes ngomong sama Rehan!!" bentak seorang gadis yang mengenakan seragam putih abu-abu yang menempel ketat di tubuhnya. Rambut panjangnya ia biarkan terurai dengan sebuah jepitan menghias di bagian kiri atasnya. Ia dan ketiga temannya tengah menatap jengah ke arah gadis dengan seragam yang sama namun sedikit kebesaran. Gadis itu hanya bisa menunduk sembari meneteskan air mata. Rambutnya berantakan bahkan baju putihnya kini tampak sedikit kotor.

"Ini peringatan gue yang terakhir ya!! Loe nggak boleh deket-deket sama Rehan. Kalo perlu,, loe harus lari yang jauh tiap ketemu dia. Ngerti loe!!!" kata gadis itu lagi. Lagi-lagi dia yang dijuluki "si gadis kampung" itu hanya bisa diam dengan seluruh tubuh bergetar, tak berani membuka suaranya bahkan mengangkat wajahnya itu.

"Kalo ditanya tuh jawab!!! Paham nggak loe??!!" salah seorang lainnya yang berambut sebahu kembali menjambak rambut gadis itu sehingga membuatnya mengangguk.

"Awas kalo loe berani ngelawan!! Dan jangan berani ngadu!!! Yuk cabut, gengs!!" ajaknya pada ketiga temannya. Mereka berempat pun pergi dari tempat itu. Gudang yang sepi dan tak ada seorangpun yang akan melewati tempat yang terletak jauh di belakang sekolah itu. Gadis yang tadinya hanya diam itu kini perlahan memperbaiki pakaian dan rambutnya. Ia pun mengambil tas yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Dibersihkannya tas yang kini tampak kotor itu kemudian disampirkan di pundaknya. Ia pun menghempaskan tubuhnya ke salah satu kursi yang bertumpuk di sana.

"Kapan semua ini akan berakhir?? Bapak... Ibu... Ririn udah nggak kuat lagi..," rintihnya terisak.

"Gadis bodoh!!" kata seseorang bangkit dari posisi tidurnya. Ia menatap sinis ke arah Ririn yang terkejut mendapati seseorang di sana.

"Sedang apa kamu di sini??? Apa kamu juga siswa sekolah ini?" tanya Ririn sedikit ketakutan. Ia memperhatikan orang yang ternyata seumuran dengannya bahkan mengenakan pakaian yang sama sepertinya.

"Ini adalah tempat istirahat gue, dan loe!! Loe sudah gangguin waktu istirahat gue yang berharga," kata orang itu.

"Ma..maaf..."

"Dasar lemah!!! Kalo loe terus kaya gini,, mereka hanya akan semakin menindas loe tau nggak?! Kenapa loe nggak ngelawan sih?? Seenggaknya loe bisa nyakar muka cewek-cewek sok kecakepan yang demen make seragam adiknya itu," kata orang itu lagi. Ririn sedikit terkekeh tapi ia langsung menghentikannya saat ia mendapat tatapan tajam dari cowok di hadapannya itu.

"Ririn Syaputri. Nama yang bagus,, tapi sayang,, terlalu bego dan lemah!! Balik ke kelas loe sana!! Gue mau lanjut tidur! Males gue liat tampang menyedihkan loe itu," kata cowok itu lagi menggerakkan tangan seolah mengusir Ririn.

"Kamu nggak masuk kelas? Mau bolos? Nama kamu siapa? " tanya Ririn penasaran.

"Bukan... Urusan... Loe..!!! Pergi loe!! " tegas cowok itu berbalik kembali ke tempatnya berbaring tadi.

"Aku nggak mungkin ke kelas dengan keadaan begini. Dan aku juga nggak mungkin pulang karena nggak tau musti ngomong apa ke ibu. Aku di sini aja,, janji deh nggak bakal berisik, kamu tidur aja," kata Ririn.

"Terserah loe deh!! Nggak penting buat gue!!" kata cowok itu.

"Tapi kamu belum bilang nama kamu siapa? Kamu kelas berapa?? Kok aku ngga pernah liat ya?" tanya Ririn lagi. Kini ia tak lagi merasa takut dengan cowok itu karena ia yakin, meskipun galak tapi cowok itu tidak sekejam cewek-cewek tadi.

"Gue bilang jangan berisik!!! Diem atau gue usir lagi loe dari sini!!"

"Iya,, maaf," jawab Ririn. Ia diam dan mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya. Sebuah novel dengan tulisan besar "Fate Stay Night" di sampul depannya. Ia mulai membuka satu persatu lembaran buku itu dan larut dalam ceritanya. Merasa ketenangannya kembali, cowok itu melirik ke arah Ririn karena penasaran dengan apa yang dikerjakan gadis itu. Ia hanya mendengus pelan saat mengetahuinya. Gadis yang membosankan.

"Gue Daniel. Anak IPS 2 yang suka bolos. Apa itu cukup?" cowok itu tiba-tiba bersuara dan cukup mengejutkan Ririn. Ia mengalihkan pandangan dari novel kesayangannya itu ke arah Daniel.

"Salam kenal, Daniel!!" kata Ririn sembari tersenyum senang karena merasa kini ia tak sendirian lagi di sekolah ini. Ia telah memiliki seorang teman sekarang setelah sekian lama ia hanya sendirian. Yaa,, meskipun ia tak yakin jika Daniel menganggapnya sebagai teman. Siapa juga yang mau berteman dengan seseorang seperti dirinya? Berantakan, kampungan, dan cupu,, seperti hinaan orang-orang selam ini kepadanya.

"Gue ngga ngenalin diri sama loe!! Kata nyokab gue kalo ada yang nanya musti di jawab, jadi ya gue cuman jawab pertanyaan loe," kata Daniel mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tak ingin Ririn mengetahui wajahnya yang memerah karena malu. Lagi-lagi hal itu membuat Ririn terkekeh.

"Dan gue lebih suka liat loe ketawa daripada tertindas kaya tadi. Loe nggak ada niatan buat lawan mereka?? Seenggaknya meskipun loe nggak mungkin menang karena loe sendirian,, tapi seenggaknya loe juga bisa ngasih pelajaran ke mereka. Pasti itu bakalan buat mereka mikir untuk gangguin loe lagi," kata Daniel memberi masukan.

"Terus itu yang bakalan bikin lebih banyak orang lagii yang nindas aku. Ohh tidak, terima kasih," kata Ririn menghela nafas berat. Ia ingat dulu pernah mencoba untuk melawan mereka saat menduduki bangku SMP. Itu sama sekali tidak merubah keadaan, justru membuat semuanya semakin buruk. Semakin banyak orang yang ikut-ikutan menindasnya dan ia tak menginginkan hal itu terulang kembali. Daniel menyunggingkan senyum meremehkan.

"Yahh,, gue hanya sekedar ngasih saran. Semuanya kembali ke loe lagi. Kalo loe emang sepengecut itu,, terserah loe aja. Silahkan menikmati penderitaan loe deh,," kata Daniel kemudian beranjak dari tempatnya, melewati Ririn yang masih berpikir dan berjalan ke arah pintu.

"Ehh,, kamu mau ke mana??" tanya Ririn saat menyadari Daniel telah berada di depan pintu keluar.

"Pulanglah!! Loe pikir gue mau tidur di sini sampai besok?? Ini udah sore,, semua orang juga udah pulang," kata Daniel mendengus kesal.

"Apa?? Ya tuhan,, aku ngga nyangka kalo ini udah sore," kata Ririn menepuk dahinya.

"Dasar bego!! Keasikan sama buku loe yang membosankan itu bikin loe lupa waktu. Selain bego, menyedihkan dan pengecut,, loe juga aneh!! Gue pulang,, bye!!" kata Daniel lagi kemudian membuka pintu dan beranjak meninggalkan Ririn. Ririn masih diam di tempatnya tiba-tiba merasakan bulu kuduknya meremang. Ia pun bergidik dan ikut bangun setengah berlari menyusul Daniel.

"Tungguin aku, Niel," pinta Ririn dengan nafas sedikit memburu karena kesusahan mengejar teman barunya itu. Daniel menghentikan langkahnya dan memandang Ririn dengan tatapan datarnya.

"Ngapain loe ikutin gue??" tanya Daniel.

"Kita kan mau pulang,, jadi ayo sama-sama ke gerbang depan," kata Ririn tersenyum. Daniel lagi-lagi mendengus kesal kemudian meninggalkan Ririn yang langkahnya lebih pendek darinya. Ririn tetap tersenyum meski ia tertinggal cukup jauh dari Daniel. Ia merasa bahwa hari ini adalah hari keberuntungannya karena telah mendapatkan seorang teman. Dan itu cukup membahagiaan baginya yang selama ini selalu saja merasakan penderitaan yang tak ada habisnya. Akhirnya, setelah sekian lama, ia tak akan lagi berbohong pada ibu dan bapaknya mengenai harinya di sekolah.

~~~Tbc~~~


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login