Download App

Chapter 2: Kembang Makam

#NAD_30HariMenulis2020

#Hari_ke_2

#NomorAbsen_144

Jumlah kata : 440 kata

Judul : Kisah Mereka Di Pemakaman

Isi :

Cuaca di pagi hari begitu indah. Ingin kunikmati kesegaran titik-titik embun dengan kelopakku yang berwarna merah cerah. Tempat ini memang biasanya menyejukkan dan tenang di pagi buta seperti ini. Akan tetapi, saat para manusia datang, semua berubah.

Aku pernah bertanya pada pohon kamboja, sahabatku, kenapa orang-orang itu membuat ribut? Tidakkah mereka yang tengah terlelap beristirahat dalam tidurnya merasa tidak tenang dan terganggu? Aku saja merasa tidak suka, apalagi mereka.

"Begitulah manusia," sahut kamboja tenang. Daun-daunnya yang rindang tampak tertiup angin. Aku suka dengan sahabatku ini. Dia selalu memberi naungan padaku dari terik cahaya sang surya.

Aku hanya mengangguk saja dan kembali mengamati manusia. Pemandangan biasa adalah mereka menjerit dan menangis pilu. Lalu sering pula ada yang tidak sadarkan diri. Wajah mereka pucat dan mata mereka juga sembab. Begitu memancing rasa iba dan kasihan. Akan tetapi, aku tidak pernah mengerti mengapa mereka terlihat seperti itu.

"Manusia memiliki emosi dan itu yang dinamakan kesedihan. Kesedihan yang teramat dalam mengoyak batin mereka, karena kematian memisahkan mereka dengan orang-orang yang mereka sayangi," tutur si kamboja. Dia seolah tahu apa yang tengah kupikirkan. Aku hanya diam. Ternyata seperti itulah sosok yang dinamakan manusia, gumamku dalam hati.

Akan tetapi, beberapa hari kemudian, aku melihat hal yang berbeda. Setelah berdoa dengan mencucurkan air mata dan menaburkan bunga, mereka justru pergi dengan wajah sumringah. Aku kembali bingung, ke mana pergi duka yang tadi tampak begitu dalam?

Kutanyakan hal tersebut pada kamboja yang juga menyaksikan hal itu.

"Mungkin dia yang pergi telah lama sakit, orang-orang di sekelilingnya kini lega karena dia tidak lagi merasa sakit dan bisa beristirahat tanpa menderita lagi," jawabnya.

Aku kembali mengangguk mendengar penjelasannya. Sahabatku ini memang berpengetahuan luas karena dia tumbuh lebih lama.

"Tapi ada pula hal lain yang bisa jadi membuat mereka senang," cetusnya tiba-tiba. Aku hanya diam tidak mengerti dan memutuskan untuk mendengarkan saja apa yang hendak diutarakannya.

"Bisa saja mereka justru senang dengan kepergian orang-orang tersebut. Mereka tidak perlu lagi sibuk merawat si sakit. Tidak lagi perlu mendengar gerutuan dan omelannya. Mungkin pula mereka juga senang karena akan bisa menikmati peninggalan dari orang yang telah meninggal."

"Bagaimana bisa seperti itu? Lalu apakah kesedihan dan air mata yang baru mereka tumpahkan tersebut palsu?" tanyaku penasaran.

"Itulah manusia, Bunga Kecil. Emosi rumit mereka, kau tidak akan pernah memahami. Duka yang diperlihatkan bisa saja hanya sebuah topeng untuk menutupi perasaan mereka yang sebenarnya."

Aku kembali diam. Dalam diriku merasa bersyukur. Terlahir sebagai tumbuhan yang tidak perlu dipusingkan dengan semua itu. Saat ini, aku hanya perlu mengembangkan kelopak-kelopak indahku. Memancing lebah dan kupu-kupu untuk berdatangan. Kemudian saat waktu berlalu, aku juga akan pergi bersama angin. Tanpa perlu dibingungkan dengan emosi rumit seperti mereka, para manusia.

Tamat


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login