Download App

Chapter 2: Bab 2. Cinta ayah dan ibu

Ayah selalu bekerja keras. ayah selalu melakukan segalanya untuk kami walaupun gaji ayah sedikit sebagai guru SD tapi ayah tak pernah putus asa. Ayah setelah siap kerja dari sekolah ayah melanjutkan kerjanya lagi yaitu ayah memiliki peternakan ayam kecil kecilan. Ayah tidak pernah berhenti kerja walaupun umurnya tergolong tua.

"Ayah istirahat dulu kan ayah baru pulang kerja!' bujukku.

"Nanti saja tunggu siap ayah bereskan ini semua takutnya nanti hujan dan ayam ayamnya pada basah semua soalnya atap kandangnya udah pada mulai bocor" jawab ayah.

Ayah tidak pernah mengeluh akan segala pekerjaannya. Ayah selalu berjuang untuk membutuhi kehidupan kami anak -anaknya yang 5 bersaudara. Ibu juga selalu sabar dalam menghadapi masalah dalam keluarga.

kami juga sering bantu ayah ketika pekerjaan sekolah siap. setiap melihat ayah dan ibu kerja keras, jiwaku selalu memberontak, dan mulai gelisah kenapa kehidupan kami pas -pasan. Aku mulai merasakan kepahitan dalam hidup. Aku makin naif. aku makin berambisi.

"Ayah, umurmu makin tua tapi saya belum bisa memberikan yang terbaik, aku takut ayah jika suatu saat aku tidak sempat memberikan yang luar biasa untukmu!" ucapku pelan sambil bersandar di pundak ayah.

"Bukankah setiap manusia itu hari makin hari umurnya tua? Bukankah setiap manusia pasti tua jika kalo sudah waktunya?"balas ayah dengan senyuman.

"Tapi ayah, saya belum bisa menjalankan tugas sebagai anakmu!"jawabku lagi.

"Yang pertama hiduplah dengan baik maka tugasmu sebagai anak sudah kamu kerjakan sebagian, tetaplah genggam tangan saudara saudaramu dalam keadaan apapun, jalankanlah didikanku, dan jika suatu saat kamu menikah hiduplah dengan laki-laki yang mencintaimu dan yang kamu cintai, seperti ayah dan ibumu, maka tugasmu sebagai anak sudah kamu jalankan." jawab ayah lagi sambil melirik ibu yang sedang sibuk menyiapkan makanan.

"Ayah tidak akan pernah meninggalkanku kan?" tanyaku.

"Bukankah aku ayahmu dan kau putriku?" ayah justru bertanya balik.

"Maksud ayah apa?" tanyaku lagi.

"Jika aku ayahmu dan kau putriku maka ayah tidak akan pernah meninggalkanmu, sekalipun suatu saat kau tidak akan bisa lagi memegang tanganku, bersandar di pundakku, melihat senyumku, melap keringatku, bercerita denganku, aku selalu ada disisimu,"jawab ayah dengan nada pelan.

"Jika sudah siap ceritanya lebih baik kita sekarang makan dulu", sahut ibu tiba-tiba.

sekalipun ayah dan ibu berusaha menunjukkan wajah yang tegar dalam menghadapi masalah tapi titik lemah itu tetap saja bisa menghancurkan ketegarn mereka apalagi sejak saudaraku yang pertama telah membuat masalah. Dram adalah saudaraku yang pertama yang selalu membuat masalah dan selalu menyusahkan ibu dan ayah. Dram terpengaruh bergaulan salah. Sejak tamat SMA dia tidak mau melanjutkan pendidikan, dia lebih memilih menjadi orang yang kehidupannya bebas, dia pergi merantau tapi ayah dan ibuku tidak tau karena Dram pergi diam diam dan mengikuti temannya waktu sekolah. Dram mengikuti kelompok mafia dan menjadi salah satu kepercayaan bosnya. Dram melupakan siapa dirinya dan kami keluarganya. Dram tidak bisa bertanggungjawab menjadi anak laki laki pertama dalam keluarga.Dia melakukan kejahatan sesuka hatinya, ketika ayah dan ibu mengetahui itu ayah berjanji tidak akan pernah menganggap Dram sebagai anaknya, tapi ibuku selalu berdoa dan berharap anak pertamanya bisa kembali lagi. itulah mungkin kenapa sosok ibu selalu dikatakan kasih ibu sepanjang jalan, ibu tidak pernah menaruh kebencian kepada Dram, tapi aku sebagai adiknya yang paling bungsu telah membencinya dan menganggap dia tidak ada lagi, apalagi ketika ayah dan ibu menjatuhkan air mata hanya karena dia, darahku mendidih, dia melukai hati ayah dan ibuku, aku selalu berusaha membuat ayah dan ibu senyum dan bahagia tapi dia malah sebaliknya.Aku selalu berusaha mengalah terhadap saudara saudaraku yang lain.Sejak kepergian Dram dari rumah membuat ayah banyak diam dan hanya bekerja dan bekerja mungkin ayah mencoba melupakan masalah itu dan perasaan yang dialaminya.Bertahun tahun Dram tak pernah kasih kabar bahkan untuk menelpon ibu pun tak ada niatnya. kami pun akhirnya mencoba menerima bahwa dia tidak akan pernah kembali kecuali ibu yang selalu berharap. Ayah selalu memberikan didikan yang baik kepada kami tapi ayah memiliki sedikit merasa bersalah terhadap dirinya sendiri karena ayah gagal menjadi ayah untuk Dram, ayah sering menyalahkan dirinya tak bisa mengubah pola pikir Dram. itulah alasanku yang tak pernah menolak permintaan ayah aku ingin menunjukkan bahwa ayah tidak gagal sebagai ayah.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login