Download App

Chapter 12: Putus?!

"Hah? Serius kak Calvin? Anak IPA kan?" tanya Vina gak percaya waktu pelajaran bahasa Inggris udah selesai.

Claudia kabur sebentar ke depan kelasnya terus mengambil makanan dan minuman yang tadi udah dikasih sama Calvin.

"Nih buktinya, kali aja lo gak percaya." Claudia memamerkan teh susu dan roti sandwich pada Vina. Sementara itu Vina hanya bisa mesem dan pengin juga kayak Claudia.

"Dia kan ganteng setelah Randu, Clau."

"No no no." Claudia menggerakan jari telunjuknya tanda gak setuju. "Lebih ganteng Calvin ke mana-mana."

"Inget woi, cowok lo kan Randu bukan si Calvin."

Claudia gak peduli, dia malah duduk manis sambil meminum minuman dari Calvin tadi.

Lagian dia semakin ragu sama Randu, laki-laki itu beneran suka sama dia apa enggak.

Seenggaknya kalau dia beneran suka, seharusnya nyamperin Claudia tadi. Itupun kalau liat.

Dan—yang bikin Claudia tambah sebel adalah waktu temen-temen di kelas Randu ngedukung Silvi padahal udah jelas tau kalau Randu punyanya si Claudia.

Yah mungkin karena disogok sama makanan, makanya mereka udah kek ngambil hati Silvi begitu.

"Clau," panggil Vina mengejutkan Claudia yang lagi ngelamun.

"Hmm, lo mau?"

"Enggak, ini masalah Calvin. Lo udah tau kan dia ada masalah sama Randu?"

"Tau."

"Tau dari mana lo?"

"Uman tadi cerita, katanya si Randu ngerebut ceweknya si Calvin."

"Dan lo percaya?"

Claudia diam. Ya itu sekarang yang jadi masalah, dia mau percaya tapi gak ada bukti. Tapi mau gak percaya tapi Randu udah terkenal sama bad boy-nya apalagi waktu Claudia gak sengaja liat Randu mau nyium Silvi!

Kepala Claudia menggeleng cepat. Dia terus kesal kalau inget kejadian waktu itu. padahal dia udah nyoba buat lupain.

"Gue gak mau percaya sama siapa-siapa dulu deh, lagian gue juga gak gitu kenal sama keduanya."

"Lo kan ceweknya Randu?"

"Lo lupa kalo gue cuma korban drama waktu di MOS?"

Rupanya pelajaran berikutnya diisi sama jam kosong. Murid-murid yang kelaparan ke kantin bergantian, biar gak ketahuan. Cuma Claudia dan Vina yang ada di kelas. Ogah ke kantin soalnya masih kenyang.

"Eh cowok lo dateng," bisik Vina. "Dih keren amat cowok lo, Clau. Dan lo masih mau selingkuhin dia?"

"Lo ngomong apaan sih? Siapa yang selingkuh."

Randu lantas duduk di bangku depan Claudia yang kosong. Dia mandang Claudia sampai cewek itu kelabakan dan hatinya kebat-kebit.

"Mau apa?" tanya Claudia.

"Gue mau ngomong sama lo bentar."

"Soal?"

"Soal Calvin, tadi ada yang bilang lo dikasih makanan sama dia."

"Iya, emangnya kenapa?"

Wajah Randu mendadak mengeras, menunjukkan ketidaksukaannya pada cerita yang ternyata benar.

"Lo suka sama dia?" tuduh Randu.

Claudia langsung kicep. Kenapa tiba-tiba nanya begitu sama dia?

"Enggak kok."

"Terus kenapa mau nerima makanan dari dia?"

"Ucapan maaf dari dia tadi pagi."

"Alasan."

Claudia kesal karena Randu seenaknya sendiri.

"Lagian kenapa jadi ngelarang-ngelarang begini, kakak aja tadi pagi makan berdua sama Silvi aja aku biasa aja kan?"

"Apa peraturannya kakak boleh berduaan sama dia, tapi kalo aku. Gak boleh deket sama cowok lain? Egois tau gak?!"

"Bukan egois, lo bisa deket sama cowok lain. Tapi jangan dia."

"Alasannya?"

Murid yang dari kantin kembali satu persatu. Tugas dari guru yang absen sudah dibagikan sama seluruh murid.

Claudia siap-siap mencatat padahal hatinya lagi ngerasa gak enak.

"Aku udah sering liat kakak sama kak Silvi setiap hari, tapi aku cuma diem," kata Claudia.

Buku yang ada di atas meja langsung diambil Randu, lalu dilemparkannya ke samping Claudia.

Seluruh kelas jadi hening, padahal sebelumnya ramai. Claudia membulatkan matanya lalu mengambil buku yang tadi dilempar sama Randu.

"Kalo lo cemburu lo bisa bilang sama gue," kata Randu dengan dingin.

"Emangnya bisa ngerubah semuanya? Gak kan?"

"Maksud lo?"

"Ya—berapa kali aku mau bilang cemburu, tapi tetep aja kan Kak Silvi nempel sama kakak."

"Dia temen, cuma temen."

"Temen yang dulu mau kakak cium?"

Seluruh kelas tiba-tiba ribut. Menatap ke arah Randu terkejut.

"Mau ciuman bro…."

"Wih kak Randu berani juga…."

"Udah ciuman belom sih…"

"Apa sebenarnya Kak Randu sama kak Silvi pacaran?"

Begitulah bisikan-bisikan yang masuk ke dalam kepala Claudia.

"Ya udah terserah lo kalo lo gak percaya." Randu berdiri, daripada diliatin satu kelas udah kek tersangka begal motor.

Namun kepergian Randu malah meninggalkan lubang yang besar di hati Claudia. apa dia udah mulai suka sama Randu?

Kenapa dia cemburu kalau melihat Randu bersama dengan Silvi? Kenapa rasanya jadi aneh tiap kali dia membayangkan Silvi manja dengan Randu?

"Kita putus aja, Kak," kata Claudia dan membuat seisi kelas langsung hening.

Putus?

Randu gak jawab apa-apa, dia langsung pergi setelah denger pemintaan putus dari Claudia.

**

Claudia dan Vina sedang berjalan menuju ke kelas dua. Niatnya sih buat balikin sepatu milik Silvi yang dipinjamkan sama Randu kemarin.

Claudia masuk dengan ragu, mengedarkan pandangan untuk mencari Silvi.

"Mau ngapain, Clau?" Suara Silvi mengejutkan, dia mau masuk ke kelas sama temannya.

"Oh—ini Kak. Aku mau balikin sepatu kakak," ucap Claudia sambil memberikan sepatu pada Silvi.

Sepatu diterima, lalu Randu hendak masuk ke dalam disusul Kafka.

"Wuih, ngapain ke sini Clau? Kangen sama Randu?" Kafka meledek, menyenggol lengan Randu tapi sayangnya Randu gak peduli!

Silvi yang ngelihat ada peluang tersenyum tipis.

"Padahal gak usah dibalikin, soalnya udah gak gue pake lagi."

Randu berjalan begitu aja, dia duduk dan mengeluarkan ponsel dari sakunya.

"Gak apa-apa kak, kan aku cuma mau minjem. Makasih ya."

Claudia lalu meninggalkan kelas Randu, dia keluar tergesa-gesa karena malu.

"Lo serius putus sama Randu?" tanya Vina.

"Iya."

"Dih, lo gak nyesel?"

Claudia berhenti. "Gak ada bedanya gue pacaran sama Randu atau gak, intinya tetep sama aja kek gue sendirian."

"Kalo lo gak pacaran sama dia, mungkin kemarin lo pake sandal jepit," sambar Vina cepat-cepat.

"Apa gara-gara gossip dari Uman tadi?"

"Bukan."

"Karena Kak Calvin?"

"Bukan."

"Jangan bohong Clau."

"Udah ah Vin, gue lagi males bahas masalah Randu."

BUG!

Claudia menubruk seseorang waktu dia jalan tapi matanya meleng ke belakang.

"Maaf Kak," ucap Claudia memegangi kepalanya.

"Lo lagi?!" kekeh Calvin dengan senyum paten.

"Eh Kak Calvin," bisik Claudia malu. Rupanya dia sudah sampai di kelas IPA.

"Mau ke mana? Atau abis dari mana?"

"Itu—dari kelas kak Silvi."

Ya, lebih baik jawab begitu, kan?

"Oh kirain abis ketemu sama Randu," kekeh Calvin lagi. dia menepuk pundak Claudia kemudian masuk ke dalam kelas. Sebelum mengatakan. "Ati-ati ya kalo jalan," goda Calvin yang mampu membuat wajah Claudia memerah.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C12
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login