Download App

Chapter 2: Seleksi Memasak

Kyoto berkeliling sebentar di sekitar halaman sekolah dan melihat banyak sekali calon siswa yang masuk di sekolah Totsuke, Kyoto mendengar omongan calon siswa yang mengejek dirinya.

"Lihat anak itu, mengapa orang sederhana itu masuk ke sekolah ini?" Terdengar di dekat Kyoto.

"Seharusnya dia tidak pantas sekolah di sini, lihatlah penampilannya yang jelek itu." Salah satu dari mereka mengejek Kyoto tetapi Kyoto terlihat tak peduli dengan omongan semua itu.

Terdengar suara speaker di gedung seleksi.

"Selamat pagi calon murid Totsuke, untuk semua siswa yang mempersiapkan diri untuk masuk ke sekolah ini, kami persilakan calon siswa untuk menuju ke ruang seleksi yang berada di sebelah kanan Gedung kelas dua" Petugas dari gedung seleksi memberi arahan untuk calon murid.

"Apa aku juga ikut seleksi hari ini?" Kyoto bingung untuk ikut atau tidak.

"Ikut saja deh, aku juga penasaran dengan murid-murid yang sok jago tadi" Kyoto berjalan menuju ruang seleksi.

Suasana di ruang seleksi yang sangat besar itu sangat ramai sekali, calon siswa-siswa yang ikut ada sekitar empat ratus orang yang akan ikut seleksi hari ini.

Dua orang keluar dari sisi kanan ruang seleksi mereka berdua adalah ketua osis dan wakil ketua osis.

"Selamat pagi calon siswa Totsuke, saya sangat bangga kalian ingin masuk ke sekolah ini dengan jalur seleksi, kalian berani untuk memperlihatkan masakan-masakan kalian di waktu seleksi aku sangat kagum dengan kalian." Ketua osis yang sangat dingin itu memberikan semangat kepada calon siswa Totsuke.

"Detia tolong ambilkan aku bahan-bahan untuk masakan seleksi hari ini." Ketua osis memerintahkan wakilnya untuk mengambil bahan dengan trolly dorong.

"Silakan di cek ketua." Sangat banyak sekali bahan – bahan yang di bawa mulai dari sayuran, rempah-rempah, ikan dan lain sebagainya.

"Hm… mungkin ini pilihan yang sangat bagus untuk bahan utama" Ketua osis mengambil 1 butir telur yang segar.

"Ya… Hari ini aku ingin makan dengan bahan utama adalah telur. Aku beri waktu 5 menit untuk kalian berfikir untuk lanjut menuju seleksi atau mengundurkan diri mulai sekarang. Aku ingin masakan yang berkualitas bukan masakan biasa." Ketua osis itu mulai memperlihatkan sisi kejamnya.

Calon dengan jumlah empat ratus siswa itu banyak yang mengundurkan diri dari seleksi dan hanya seratus lima puluh siswa yang masih menginjakkan kakinya di ruang seleksi itu.

"Kalian memiliki nyali juga ternyata ya? Baiklah seratus lima puluh siswa kita bagi setiap dapur berisi tiga puluh siswa akan aku bagi setiap orangnya." Wakil ketua osis itu berjalan menuju seratus lima puluh siswa

Kyoto mendapat kelompok terakhir dan berada di dapur E, kelima kelompok itu menuju dapur mereka masing-masing.

Di dapur A ada 15 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan, sedangkan di dapur B memiliki 20 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan, dapur C memiliki 30 siswa laki-laki di dapur D memiliki 10 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan dan di grub E memiliki 5 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan.

"Cek… Cek… Kalian memiliki waktu 1 jam untuk menyajikan hidangan dengan bahan utama telur kalian akan di damping oleh anggota-anggota osis mereka orang-orang terpilih dan berbakat. Selamat berjuang." Ketua osis memberikan pengumuman itu dari speaker.

Siswa-siswa lainnya sangatlah sibuk menyiapakan bahan dan mulai memasak sedangkan Kyoto malah berkeliling melihat-lihat sekitar dengam santai.

"Hm… bahan utama telur ya… mungkin aku akan membuat Tamagoyaki saja." Kyoto sedang menyiapkan bahan-bahannya dan mulai memasak.

Bahan:

3 Butir telur ayam

1 Sendok makan susu cair

1 Sendok makan wortel yang dicincang halus

1 Sendok makan bawang merah dicincang halus

1 Sendok makan daun bawang diiris halus

1/2 Sendok teh garam

Merica secukupnya

Cara membuat omelet telur gulung Jepang:

Kocok telur bersama susu cair, kemudian saring.

Masukkan wortel, bawang merah, daun bawang, garam, dan merica.

Panaskan minyak goreng di wajan antilengket bentuk persegi panjang. Masak 1/4 bagian telur hingga setengah matang. Gulung salah satu sisi telur, kemudian olesi bagian wajan yang tidak tertutupi adonan dengan minyak atau margarin.

Tuangi 1/4 adonan omelet ke samping omelet yang tidak digulung dan masak sampai setengah matang.

Gulung semua bagian, kemudian lakukan hal yang sama sampai adonan habis.

Tunggu sampai omelet dingin agar mudah dipotong.

Karena Kyoto telat untuk mengambil bahannya dia menghabiskan waktu empat puluh lima menit untuk membuat Tamagoyaki. Kyoto dengan santainya membawa 1 piring Tamagoyaki ke depan anggota osis yang menunggu di meja juri.

"Silakan di nikamati." Kyoto memberikan Tamagoyaki tersebut.

"Masakan apa ini? Masakan Rendahan kau sajikan untuk ku?" Dengan kasar anggota osis itu menyepelekan masakan Kyoto.

"Kau coba terlebih dahulu barulah kau berkomentar sesuka hatimu." Kyoto dengan tenang

"Aku tidak akan memakan masakan rendahan seperti ini! sama saja aku memakan sampah!" dengan menyingkirkan piring tersebut.

"Oh… Begitu ternyata bagaimana kalo aku tambahan sedikit bumbu ini agar kau mau memakannya." Kyoto memberikan nasi semangkuk kecil.

"Tunggu apa ini? Nasi?" Mata yang tidak berkedip anggota osis itu mengambil semangkuk nasi.

Anggota Osis itu mencoba 1 suapan nasi yang lengket dan berwarna kuning.

"Nasi apa ini? Berwarna kuning, di mulut sangat lengket, mungkinkah? Telur ?" Anggota itu sangat bingung dan terkejut.

"Kau baru sadar? Itu adalah Nasi putih yang aku campurkan dengan kocokan telur tadi." Kyoto memberi tahu dengan singkat.

"Tunggu, aku coba satu Tamagoyaki." Mengambil sumpit yang berada di piring Tamagoyaki.

Setelah mengambil satu gulung Tamagoyaki dan memakannya dia terkejut.

"Rasa apa lagi ini? Daging ayam?" Dengan mata terkejut dan tak tahan dengan masakan tersebut.

Tamagoyaki yang masih setengah potong dia makan dengan nasi kuning dan tak di sangka dia terkejut lagi.

"Kombinasi yang sangat bagus, Nasi yang di campur dengan telur dan Tamagoyaki ini terikat kuat saat di lidah. Jika di bayangkan aku sedang berada di sekitar ayam-ayam ternak." Dengan mata terpejam menghayati masakan Kyoto.

"Baik, kau lulus di seleksi ini kau masuk di sekolah Totsuke sekarang, Selamat" Anggota Osis itu memberikan jawaban yang sangat tegas.

"Tidak masalah" Kyoto menjabat tangan anggota osis.

Satu jam telah berlalu seluruh grub sudah mendapatkan hasil yang lolos dan masuk ke sekolah Totsuke.

Di dapur A mendapatkan sepuluh laki-laki dan lima perempuan, di dapur B mendapat lima laki-laki dan sepuluh perempuan, di dapur C mendapat dua puluh laki-laki, di dapur D mendapatkan lima belas perempuan, dan terakhir di dapur E seluruh siswa lolos di babak seleksi.

Tak lama speaker berbunyi kembali.

"Selamat untuk Sembilan puluh lima siswa yang lolos di seleksi ini dan lima puluh lima siswa yang tidak lolos jangan berkecil hati kalian bisa masuk ke sekolah ini tahun depan, dan ambil sisi positif dari anggota osis yang telah menilai dan memberikan saran kepada kalian." Wakil ketua osis yang sedang mengumumkan di sana.

"Untuk yang berada di dapur E kalian sangatlah berbakat dan tangguh untuk lolos dengan taka da satupun yang tertinggal. Kalian akan kami masukan langsung ke Asrama yang telah kami tentukan nanti, tunggu pengumuman selanjutnya." Wakil ketua osis sangat terkejut dengan mereka dan memberikan fasilitas langsung di pengumuman selanjutnya.

Seluruh siswa yang mengikuti seleksi semua telah keluar dari ruangan.

"Ah… Tak kusangka membuat Tamagoyaki sangat menguras tenaga seperti ini." Kyoto yang dan berbring di bawah pohon sakura itu mengeluh.

"Anu… Permisi boleh aku ikut duduk di sini?" Dengan suara yang lembut seorang perempuan mendekati Kyoto dengan malu.

"Ah… Ternyata kamu perempuan yang satu bus denganku, silakan duduk saja." Kyoto mengganti posisinya menjadi duduk dan bergeser ke kanan.

"Terima kasih, Anu… Aku sangat berterima kasih saat kau memberitauku di dapur dan aku bisa masuk ke sekolah ini." Dengan memberikan minuman kaleng kepada Kyoto.

"Bukan masalah mereka juga tidak melarang untuk membantu sedikit bukan? Terima kasih minumannya, Oh… Namaku Kyoto Masaki." Dengan tersenyum memperkenalkan diri.

"Oh… Sama-sama, namaku Emilia Tamaka panggil saja Emi." Emi tersenyum dan duduk di samping Kyoto.

Tak di sangka-sangka waktu berjalan dengan cepat matahari sore mulai tengggelam sedangkan Emi dan Kyoto masih melihat pemandangan yang indah di saat matahari tenggelam dan berganti dengan bulan di bawah pohon sakura.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login