Download App

Chapter 36: Kenapa bisa

Jack dan Lia melanjutkan perjalanan. Keduanya memilih berangkat pada malam hari karena memang Sevilla sudah lumayan dekat.

"Bagaimana perasaanmu. Apa sudah membaik?"

"Ya, sepertinya! Aku rasa itu semua berkat kau!"

"Aku?"

"Yaa.." Lia mengangguk. Jack bingung. Kenapa berkat dirinya. Dia bahkan tidak melakukan apapun. Hanya sekedar menghibur Lia semampunya saja.

"Lalu gimana kita akan berpisah? Kalau kau tak keberatan bolehkah aku bertanya pada. "

"silakan, Bukankah sepanjang perjalanan kau banyak bertanya. Kenapa sekarang kau malah meminta izin untuk bertanya. Bukankah itu sudah sangat terlambat Jack!"

"hahaha... Baiklah karena kau sudah mengizinkan. Kau akan kemana selama di Sevilla?"

Lia merogoh sakunya, dia mengambil secarik kertas, di mana Di sana sudah tertulis sebuah alamat tujuan. Jack mendekatkan kepala hingga kepala keduanya beradu.

Duk!

"Jack hati-hati dengan kepalamu!"

"Sorry, sepertinya aku terlalu bersemangat! Coba kulihat, Apa kau sendiri belum tahu tujuanmu? "

Jack heran melihat raut wajah Lia.Kenapa gadis ini malah mengerutkan dahi saat membaca alamat dicarik kertas itu. Mendengar pertanyaan Jack Lia tak membantah dia mengangguk pelan.

Jack tertegun saat membaca alamat yang Lia tuju. Dia hampir saja kehilangan fokus mengemudi dan.membanting stir.

"Jack!" Teriak Lia berpegangan pada lengan Jack.

"Maaf Lia. Aku hanya terkejut!"

"Itu berbahaya sekali!" Jack mengatur kecepatan. Dia melaju pelan. Tangannya masih memegang kertas milik Lia.

"Apa kau akan kesini! "

Lia menautkan alis sekali lagi. 

"Ya!" Jawabnya singkat.

"Melinda?" Tanya jack seperti bergumam.

"Ya. Aku akan menemui dia. Apa kau bisa membaca dengan jelas tulisan di kertas itu. Karena aku sendiri tak bisa membacanya dengan jelas.."

Jack membulatkan mata tak percaya. Dia jelas bisa membaca tulisan seperti cakar ayam ini.

"Aku rasa anak SD yang menulisnya. Tapi itu jelas sebuah alamat kan?" Jack mengangguk ragu.

"Lia.. kau mau apa kesini?"

"Ish!" Lia merebut kertas dari tangan jack "fokus saja pada pekerjaanmu. Kau ingin tahu saja urusan orang lain.." gerutu Lia.

Jack menggaruk kepala. Dia hampir saja ketahuan tertawa kecil. Tentu saja dia tertawa. Tulisan tadi. Jack sungguh tergelitik.

"Kau kenapa?"

"Tidak tidak!" Kecoh Jack. "Jadi kita punya tujuan yang sama?"

"Apa?"

"Ya, aku juga akan kesana. Jadi kita bisa kesana bersama esok hari!"

"Tentu saja!" Balas Lia singkat. "Ah, kau sungguh pahlawan tanpa topengku. Kau membuat perjalanan rumit ini menjadi mudah!"

"Oh ya!"

"Ya.."

"Kalau begitu boleh aku dapat hadiah!" Jack membuka telapak tangannya.

"Hadiah. Sayang sekali aku tak punya apapun untukmu. Kau tahu kan!" Balas Lia melebarkan senyum. Jack jelas kecewa.

"Hah. Baiklah!" Lirih Jack pasrah. 

Tapi tidak Jack. Kau jangan sepenuh nya kecewa. Lia mengangkat tubuhnya. Dia mencium pipi Jack dengan cepat. Membuat pria itu shock!

"Apa yang kau lakukan! Aku bisa menabrak tadi!"

"Tidak tuh!" Balas Lia. "Itu hadiah untuk mu!"

"Kau bercanda. Hadiah apa seperti itu. Jangan bilang kau naksir padaku!"

"Hahaha.. kau boleh bermimpi tapi tidak sedang menyetir seperti ini! Tunggulah nanti malam saat kau tidur!"

Balas Lia tertawa renyah. Jack menggelengkan kepala. Dia mengangkat tangan dan mengelus lembut rambut Lia. Tapi gadis itu menepis kasar. Dia berdiri dari kursi dan merentangkan tangan. Menikmati angin malam.

Jack menatap wajah ceria Lia. Dia tersenyum. Tapi.

Deg.. deg.. deg!!

Debaran di dadanya begitu kuat. Jack sekali lagi memperhatikan wajah Lia. Tunggu! Rasanya wajah ini tak asing.

Jack berusaha berpikir. Kenapa tulisannya ada pada Lia. Dan kenapa..

"Berhenti menatap ke arahku! Aku masih ingin hidup lebih lama!" Dengus Lia menoleh kesal pada jack

"Kau terlalu percaya diri nona!"

"Aish. Kau sudah tertangkap basah!" Balas Lia.

"Hahahaa. Kau salah. Aku melihat sisa selada di cela gigimu!"

"Apa!"

_____

Lexi menghisap bibir Mariah dan melepaskan cepat.

"Lex kau gila ya!"

"Kenapa aku gila!" Lexi bangkit dari kasur. Dia dan tubuh polosnya. Membiarkan Mariah berbaring tenang dengan tangan merentang di ranjang.

"Sudah berapa kali kita seperti ini! Aku sampai lupa berapa malam aku habiskan di sini!"

"Bukankah itu bagus!" Lexi meraih handuk. Mariah ikut bangun. "Kau tak perlu pulang, selama tak ada anggota keluarga di istana itu. Kau mau Edward menyerangmu lagi?" Mariah menggeleng.

Lexi mengangkat bahu. Dia sih enjoy aja. Di temani wanita seksi yang siap sedia memenuhi hasrat seksual. Bahkan semua fasilitas semua di berikan Mariah untuk Lexi. Kalau sekedar memuaskan nafsu di atas ranjang, Lexi tak usah di ragukan. Memangnya dari mana dia dapat otot otot kekar itu. Bukan karena workout di tempat gym. Tapi di ranjang!

Lexi baru saja ingin melangkah ke kamar mandi. Tapi Mariah menangkap pinggang belakangnya. Mendaratkan kecupan hingga Lexi berhenti melangkah.

"Ada apa? Apa kau masih belum puas?" Mariah tertawa kecil. Lexi seakan mengerti arti tawa barusan. Dia meraih pinggang Mariah. Mendudukkan wanita itu di meja rias. Hingga posisi wajah mereka bertemu. Dan Lexi bisa menikmati bibir merah Mariah. Terlalu banyak ciuman membuat bibir keduanya semakin terlihat penuh.

Lexi menopang tubuh dengan kedua tangan. Tubuh polos Mariah memang tak pernah gagal mengalihkan fokus. Mata coklat terang itu menyambar dia aset kenyal Mariah. Menikmati dengan dahaga. Ah, sepanjang hari. Sepanjang malam rasanya tak pernah cukup untuk bercinta.

"Bagaimana dia melakukannya padamu?" Bisik Lexi di tengah pekerjaanya. Mariah menutup mata. Dia membayangkan kejadian kemarin.

"Dia mengendap endap masuk dan menyusuri tubuhku di dalam piyama tipis.

"Seperti ini?" Lexi menyusuri tiap jengkal tubuh polos Mariah. Memutar mutar telapak tangan. Memijat lembut. Mengelus dan menikmati dengan penuh penghayatan.

"Mmmhg.. dia juga merebahkan kepala di leher ku. Menghisap dengan penuh tenaga. Menghembuskan nafas panas. Menggigit kecil..aahh!!" Mariah mendesah. Seiring bibirnya yang berkicau lemah. Lexi mempraktekkan apa yang dia katakan.

"Lalu.. dia mengangkat kakiku. Menelusup kan tangan di antara pangkal paha. Mencari tempat rahasia.."

Lexi terswnyum. Meski lidahnya masih menikmati puting kencang Mariah. Kari jemarinya sudah menelusup mencari titik rapuh Mariah di bawah sana.

"Aahh.. terus.. dan teruss.. semakin ke dalam.." Mariah membuka pangkal pahanya dengan suka rela. Memudahkan perlakuan Lexi.

"Dan kau berpura pura tidur.. seperti saat ini?" Bisik Lexi di telinga Mariah, sebelum akhirnya dia menjulurkan lidah. Membasahi daerah sensitif di Indra pendengaran Mariah.

"Aahh.. yaa.. ahh.. tidak.. ah.. Bu.. kaann.." Lexi semakin bersemangat melihat wajah sensual Mariah yang sudah kehilangan konsentrasi.

"Aku sudah menggantikan semuanya. Jadi lupakan dia. Dan ingat selalu nama Lexi!" Ujar Lexi sebelum membopong tubuh Mariah yang sudah on fire ke bath up kamar mandi.

Mariah pasrah saja menerima perlakuan Lexi. Baginya lakukan saja sebanyak banyaknya. Asal dia bisa melupakan Edward.

"Terus.. Lexi.. lagii.. mmph!!" Mariah mendesah hebat. Tubuhnya terguncang. Tapi kenapa wajah Edward tak bisa hilang dari memori ingatannya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C36
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login