Download App

Chapter 38: Berkumpul

Keesokan harinya.

Ohio pukul 09.00 pagi.

Mariah membuka selimut dan melihat tubuhnya yang polos. Dia merapikan rambut hingga semua ke belakang bahu.

Matanya melirik tubuh kekar Lexi dengan beberapa bekas kissmark pada tubuhnya. Mariah tersenyum simpul. Dia memperhatikan wajah lelah Lexi. Wanita itu menarik nafas. Sekali lagi. Menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan.

Dia menyukai adegan panas mereka. Menghabiskan waktu sehari semalam dan memadu kasih. Tapi kenapa. Dia tak bisa melepaskan bayang bayang suami kakaknya. Mariah melirik Lexi sekali lagi. Hingga akhirnya dia menuju kamar mandi. Berganti pakaian saja. Dan meraih tas. Sebelum meninggalkan Lexi. Mariah mengeluarkan segepok uang. Dia mengecup dahi Lexi sebentar.

"Sayang. Aku pulang dulu.."

"Eemmh.." Lexi tak juga bangun dari tidur panjang nya. Dia sepertinya kehabisan tenaga meladeni Mariah.

Entah perasaan apa ini. Mariah tak pernah berani melintasinya. Tapi semakin Edward menyentuh kulitnya semakin membuat dia penasaran. 

"Aku harus memperjelas semua ini!" Gusar Mariah. Menuruni anak tangga. Dia meraih kontak mobil. Beberapa pegawainya sudah datang. Tapi Mariah tak peduli dengan sapaan mereka. Wanita itu bergegas ke halaman parkir. Menyalakan mobil sport mewah miliknya. Dia ingin lekas kembali ke kediaman Edwardo.

Rasanya dia tak pernah mengendalikan kemudi secepat hari ini. Entahlah perasaan gamang macam apa ini. Mariah ingin lekas sampai di rumah dan menemui Edward. Dia penasaran dengan hatinya sendiri.

Lupa menutup pintu mobil. Mariah setengah berlari memasuki kediaman Edwardo. Tepat ketika dia menaiki dua anak tangga teras. Edward keluar rumah dengan pakaian rapi berikut dua orang asisten kepercayaannya.

"Hai ipar. Kau baru ingat jika kau punya tempat tinggal yang lebih layak daripada toko kecilmu itu?"

"Ya."

Edward tersenyum sinis. Sementara Mariah seakan terhipnotis dengan senyuman itu. Dia melangkah mendekati posisi Edward. Hingga tubuh mereka sangat dekat.

"Ada apa dengan mu pagi ini. Apa kau terlalu banyak minum alkohol? Atau pria di luar sana tak memuaskan dirimu?" 

Mariah menatap lurus bola nata cokelat edward. Kedua tangan pria itu menepis cepat. Meminta dua orang pengawalnya untuk pergi lebih dulu. Dua orang berkaos hitam itu meninggalkan Edward berdua dengan Mariah.

"Ada apa!" Tanya Edward dengan suara berat.

"Apa yang kakak ipar lakukan?"

"Aku?" Edward sedikit bingung di buat Mariah pagi ini. "Hanya akan berlibur di pesisir pantai dan menikmati wanita muda yang masih murni!" Sinisnya.

"Kau mengunjungi kamarku malam itu!" Ketus Mariah lantang. Membuat Edward sedikit terhenyak.

"Jadi kau tahu?"

"Bagaimana tidak?"

"Jadi. Kau suka atau tidak. Aku sudah tak bisa berbohong lagi. Kau sudah menangkap basah diriku!" Mariah membuang muka.

"Jadi bagaimana Mariah. Kau tertarik atau tidak. Aku sudah memberi banyak padamu. Tapi kau tetap jual mahal!" Sinis Edward melangkah meninggalkan iparnya.

Hap!!

Mariah menahan pergelangan tangan Edward. Membuat iparnya itu berhenti melangkah dan tertawa di balik telapak tangan. Dia paham arti genggaman erat ini. Edward membalikkan badan. Menatap lagi wajah tegang Mariah.

Pria itu melingkarkan tangan di pinggang ramping Mariah. Sementara satu lagi meremas bokong seksi iparnya.

"Dengar Mariah.." bisik Edward di telinga Mariah. "Saat kau masuk ke lubang ini kau akan terjebak semakin dalam. Kau akan menikmati kegelapan dan penyiksaan. Tapi satu hal Mariah.." Edward menarik kepala sekali lagi meneliti mata dalam Mariah. Hidung Bangir dan bibir penuh iparnya ini.

"Kau pasti akan menikmatinya!" Seru Edward di iringi tawa kecil. Tawa kemenangan. Mariah membuang muka sekali lagi. Sepertinya dia masih ragu.

"Baiklah aku terburu buru pagi ini!" Edward melirik arloji mahal di pergelangannya.

"Kita akan bermain lain waktu!" Ujar Edward. Tapi sepertinya. Mariah masih enggan melepaskan iparnya. Yang makin tua makin hot ini. Wanita itu menahan lengan Edward. Dia memberi kecupan di bibir iparnya. Dan pria itu tak pernah melepaskan kesempatan. Dia ikuti permainan Mariah. Melumat habis bibir penuh iparnya. Menghisap dalam dan penuh hasrat. Tapi maaf.

Edward sekali lagi mendorong tubuh Mariah perlahan.

"Maaf sayang. Aku terburu buru.." gumam Edward harus meninggalkan Mariah kali ini. Mariah menarik nafas dalam melihat bayangan Edward di kaca pintu rumah. Pria itu benar benar meninggalkannya yang sedang penuh hasrat dan rasa penasaran pada iparnya itu.

"Sialan! Dia sengaja mempermainkan ku!" Gusar Mariah kesal sendiri. "Mampus. Kakak bisa membunuhku!" Lirih Mariah sedikit menyesal.

Di mobil SUV dalam perjalanan menuju bandara.

"Sapu tangan dan mouth wash!" Pinta Edward. Asistennya menyerahkan keinginan Edward. Pria itu berkumur dan asisten dengan sigap menampung dengan gelas kaca. Edward mengelap bibirnya dengan kasar.

"Berani sekali dia memberiku sarapan bekas orang lain!" Gusar Edward kesal.

___

Pengasingan di sudut kota modern Sevilla.

"Kau mendapatkan banyak tamu akhir akhir ini nyonya Melinda!"

Wanita itu tersenyum getir mendengar kalimat sinis opsir yang mendampinginya. 

"Dua orang pemuda tampan dan seorang gadis! Kau mau yang mana lebih dulu?"

"Yang mana saja pak" balas Melinda pasrah.

"Baiklah. Aku akan memanggil mereka. Kau tunggulah di sini!"

"Baik pak."

Melinda menunggu dengan raut wajah harap harap cemas. Dia tak punya clue siapa tamunya hari ini. Dua pria muda dan seorang gadis. Siapakah gerangan. Dada Melinda tiba tiba berdebar hebat. Dia takut tapi juga penuh harapan. Wanita itu menanti dengan telapak tangan dingin.

"Nyonya. Kita bertemu lagi!"

Suara tak asing ini membuat Melinda membalikkan badan dan tersenyum getir. Pemuda kemarin. Batin Melinda kecewa.

"Apa kau terkejut aku datang lagi hari ini?"

"Sedikit."

"Hahaha.. ya aku rasa aku cukup mengejutkan bisa akrab dengan situasi seperti ini. Aku paham perasaanmu nyonya. Kau tinggal di pengasingan yang begitu me.. menyedihkan!"

Melinda hanya tertunduk saja. Dia tak mau berlama lama. Apa lagi yang pemuda ini inginkan?

"Nyonya. Aku tak mau berlama lama di sini. Aku hanya ingin nyonya bisa jujur padaku. Dimana nyonya menyimpan semua harta itu. Kau tahu nyonya. Mama tidak pernah sefrustasi ini sebelumnya. Aku hanya ingin tahu itu saja.." ujar Maxi dengan.sorot mata penuh harap.

"Tapi aku sungguh tak memiliki apa yang ibumu katakan. Aku tak membawa apapun dari mendiang suamiku!" Balas Melinda teguh dengan pendiriannya.

"Nyonya. Aku anti berkata kasar apalagi bertindak kasar. Jadi aku mohon. Aku bahkan sudah memohon padamu. Apa kau tahu kemana benda berharga itu menghilang?"

"Nak. Bahkan aku tak paham apa benda berharga yang kita bicarakan ini. Aku sungguh tak berbohong padamu. Aku sungguh tidak tahu dimana benda mahal itu. Apa itu emas. Berlian atau batu lang--"

CKLEK!!

Pintu terbuka. Membuat Maxi dan Melinda terkejut.

Ternyata bukan opsir yang mengejutkan mereka melainkan pasangan muda mudi.

Maxi lebih dari terkejut menyadari wajah Lia di depan sana.

"Lisa!!" Serunya melangkah perlahan.

"Kau!!" Suara Jack setengah berteriak. Dia menatap Melinda dan Maxi bergantian.

Sementara Lia hanya bisa mematung tak mengerti. Kenapa ada Maxi di sini. Dan siapa wanita di depannya tadi.

Melinda tersenyum menyambut wajah Jack. Tapi senyumannya seakan kian lebar melihat wajah asing Lia.

"Kaliaan.."

Note: minta review bintang 5 di ulasan novel ini ya manteman..


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C38
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login