Download App

Chapter 24: chapter 24

Getaran pada ponsel Rachel memaksa si empunya untuk bangun. Terdapat beberapa pesan yang masuk, diliriknya pesan tersebut cukup lama.

Ragaaa : turun

Ragaaa : makan

Rachel mengernyitkan dahinya, ia sedikit bingung mengapa Raga memintanya untuk turun? lebih-lebih mengajak sarapan. Bukan apa-apa, tapi memang sebelumnya ia dan Raga tidak pernah makan di kafetaria apartemen, aneh. Rachel melemparkan ponselnya asal, ia kemudian berjalan menuju balkon.

Saat membuka pintu balkon angin sejuk langsung saja menerpa wajahnya. Rachel sempat tertegun beberapa saat, dia bingung sejak kapan balkon apartemen Raga memiliki view yang asri seperti ini? Bukankah apartemen Raga menghadap tepat ke jalan Raya? Ia membalikkan badannya dan menelisik setiap jengkal ruangan yang ada di depannya, 180° berbeda dengan kamar Raga. Vibesnya justru lebih mirip dengan kamarnya dulu saat dirinya masih tinggal serumah dengan Papa... Damn, ia baru ingat jika kini ia berada di rumah Raga, Rumah milik orang tua Raga. Dengan secepat kilat Rachel menyambar cardigan dari dalam lemari dan meluncur ke meja makan.

"Eh Rachel, ayo sini sarapan dulu Tante udah bikinin kamu Nasi goreng spesial loh" ujar Bunda saat mendapati Rachel berjalan menuruni anak tangga.

"Baru bangun Chel?" tanya Ayah Raga setibanya Rachel di meja makan.

"Eh ngga kok Om, baru turun aja" sahut Rachel sambil menampilkan senyumnya senatural mungkin. Bagaimana bisa ia mengaku jika dirinya baru saja bangun sementara Om Andre telah mengenakan setelan jas, Raga telah rapi dengan seragamnya, dan ah entahlah Rachel bingung sendiri bisa-bisanya Tante sudah nampak ayu dengan riasan tipis sepagi ini.

"Bohong" sahut Raga sesaat setelah Ayah dan Bundanya meninggalkan meja makan.

"Dih, siapa?"

"Lo"

"Gue? bohong? Fitnah banget sumpah, gue tadi bangun subuh ya asal lo tahu"

"Nggak"

"Apa banget?? Ngga usah mulai deh ya, mana buktinya kalo gue baru bangun"

Raga diam, ia kemudian menunjuk ekor mata Rachel.

"Belek"

Rachel kaget bukan main, ia buru-buru mengeceknya lewat kamera ponsel. Sial ia baru sadar jika ditipu.

"Ihh dasar lo ya gue mana ada belekan sini lo anjir betumbuk kita!!"

Raga tidak mempedulikan ocehan Rachel, ia lanjut menelan suapan nasi goreng terakhir kedalam kerongkonganya dan pergi begitu saja setelah meminum air putih yang terang saja membuat Rachel kesal setengah mati.

"Loh Raga mana Chel, barusan tante denger ribut-ribut kok udah ngilang aja anaknya" tanya Bunda yang baru saja kembali dari belakang.

"Udah pergi ke sekolah Tante"

"Oalahh, oh iya tadi Ayahnya Raga bilang kalo kamu besok udah bisa sekolah"

"Sekolah gimana Tan?" jujur Rachel bingung dengan apa yang baru saja Bunda ucapkan, sejauh ini ia belum pernah memikirkan perihal sekolahnya.

"Ya sekolah, sekolah di tempat Raga. Kamu tenang aja semuanya Om sama Tante yang urus"

"Tapi kan anu-.."

"Nggak ada tapi-tapi ya pokoknya. Lagian kan nanti ada Raga sama anak Tante yang seumuran sama kamu, jadi kamu tenang aja" sela Bunda sebelum Rachel menyelesaikan kalimatnya. Jujur Rachel tidak tahu harus merespon apa. Ia senang jika dapat kembali bersekolah, tapi apakah ia pantas untuk mendapatkan kesempatan itu setelah apa yang ia lakukan selama ini.

"Heh kok malah bengong kamu mikirin apa?" Ucapan Rachel sukses membuyarkan lamunan Rachel.

"Eh iya tante, eumm.... makasihh banyak ya udah mau nerima Rachel disini, mau ngebiayain Rachel, mau nyekolahin Rachel juga, Padahal mah Rachel nggak jelas gini"

"Iya sama-sama"

"Tante maaf ya Rachel ngerepotin"

"Iya nggak papa"

"Tante Makasihhh banget banget banget inimah yaaaa"

"Iyaaaaaa"

"Tante-"

"Apalagi atuh Rachel ini makasih mu banyak banget rumah Tante udah nggak muat" Bunda mulai jengah dengan Rachel yang tak henti-hentinya berterimakasih.

"Hehehe nasi gorengnya enakk banget Rachel suka"

"Eh aduh iya ahh kamu mah tiba-tiba muji Tante jadi kesenengan kan, udah ya kamu mandi sana ntar temenin Tante belanja"

"Iya tante Makasihhhhhhh ya"

"Kamu ngomong makasih sekali lagi nggak tante kasih makan loh Chel serius"

"Iya tante makasih"

— — — — — — — —

Lagi dan lagi Bunda menarik Rachel untuk menjajaki retail brand-brand ternama yang terjajar di mall. Alasannya? kata Bunda, Rachel tau fashion dan enak dimintain pendapat nggak kaya Ayah atau Raga. Iya sih cuci mata melihat hamparan barang branded tapi lama-lama Rachel bosan juga memilah barang-barang tersebut. Banyak yang Bunda beli ada pakaian, perhiasan, sepatu, tas, make up bahkan ornamen-ornamen yang Rachel sendiri tak tahu apa motivasi Bunda membelinya. Tak tanggung-tanggung setiap keluar dari official store pasti berakhir dengan 2 atau 3 paperbag yang nilainya lumayan, meskipun terdapat beberapa barang yang sengaja Bunda belikan untuk Rachel tapi dirinya ngilu juga membayangkan berapa uang yang sudah terpakai mengingat ia kini menjadi gelandangan tak berpenghasilan.

Rachel bingung, ia di beri mandat Bunda untuk membeli Tas bakal sekolahnya esok hari, akan tetapi banyaknya pilihan yang ada di depannya membuat ia pusing sendiri ingin memilih yang mana, semuanya baguss. Matanya tertuju pada tas yang berwarna pink dan mint, modelnya sama hanya warnanya yang berbeda.

Rachel Siregar : Raga

Rachel Siregar : Ragaaaaaa

Rachel Siregar : Ping

Rachel Siregar : Sok cakep banget sumpah diread doang

Rachel Siregar : Pink or Mint

Ragaaa : ??

Rachel Siregar : No context

Ragaaa : Mint

Rachel Siregar : Okay makasieeee

Rachel Siregar : Semangat sekolahnya awas aja mabal

Ragaaaa : Ok

Setelah mendapatkan pencerahan dari Raga, ia langsung membawa tas tersebut dan menghampiri Bunda.

"Rachel mau makan kapan?" tanya Bunda setelah selesai malakukan transaksi.

"Nanti aja Tante" jawab Rachel singkat, untuk saat ini ia memang tidak lapar.

"Oke kalau gitu, mampir ke salon dulu yuk"

Rachel pun mengangguk singkat sebelum kembali melangkahkan kakinya, stamina Bunda Raga memang bukan main batinnya.

Setibanya di salon, Bunda langsung menemui salah satu pegawai disana. Tak lama kemudian datang seorang mbak-mbak menghampiri Bunda dan dirinya, ternyata orang tersebut adalah gista, pemilik salon yang kini Rachel datangi.

"Hallo mba, gimana kabarnya udah lama banget nggak mampir ke sini" sapa Gista ramah.

"Baik, sengaja ngga mampir mau hemat dulu"

"Halah hemat buat apa gitu loh, kurang tah transferannya. Ohiya itu siapa kok cantik banget. Dulu anakmu kayak e beda ya" tanya Gista setelah menyadari keberadaan Rachel.

"Kenalin ini Rachel, anak baruku" Rachel pun tersenyum manis kepada Gista.

"Oh iya ada maksud dan tujuan apanih Bundahara kesayangan kita dateng kesini"

"Tolong rapiin rambut sama kukunya Rachel..."

"And?"

"Eh"

Gista dan Rachel merespon bersamaan, Gista menanyakan perihal request sementara Rachel kaget dengan Requestan Bunda. Kenapa jadi dirinya yang mendapat treatment? Kan sedari awal Bunda yang mau nyalon.

"And facial" jawab bunda tanpa memperdulikan Rachel.

"Okay wait, masih ada customer lain. Mau diduluin aja apa gimana ni?"

"Nggak usah"

Bunda dan Rachel asik dengan ponsel sendiri, ralat, hanya Bunda yang asik sementara Rachel sudah sangat bosan. Baru saja Rachel memejamkan mata, tiba-tiba ponsel Bunda berbunyi, ada telpon masuk. Shit perasaannya tidak enak.

"Aduh Rachel Tante ada perlu dadakan nih jadi harus pergi dulu" ujar Bunda setelah selesai menerima telponya.

"Iya gapapa Tante duluan aja"

"Beneran?"

"Iya bener, tante duluan aja" ulang Rachel meyakinkan.

Akhirnya Bunda pamit pulang terlebih dahulu, sementara Rachel masih setia dengan kebosanannya.

🌻🌻🌻

TBC!!


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C24
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login