Download App

Chapter 268: Pejuang Garis Dua 3

WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.

"Yakin mau bohong sama aku?aku bisa tanya sama temen-temen aku sekarang, mereka apain kamu." Dariel segera mengeluarkan Handphonenya. Ara bingung harus mencari alasan apalagi.

"Sayang...gimana kalo kita ke dokter?" Ucap Ara dengan cepat sambil memegangi handphone Dariel yang siap menelpon teman-temannya.

"Kamu sakit?"

"Hm...engga, aku ga sakit."

"Terus?" Dariel masih belum paham sementara Ara masih diam belum menjawab. Alat make-upnya dia simpan diatas meja tapi dia masih ragu untuk berbicara.

"Dari kemarin aku perhatiin kamu banyak diemnya, kamu pingin apa?Coba bilang sama aku."

"Aku pingin tahu apa ada yang salah sama aku. Apa ada sesuatu yang bikin aku susah hamil."

"Jadi ini soal itu..."

"Kamu ga mau? Ini udah hampir setahun kita nikah dan aku belum juga ada tanda-tanda hamil." Ara menundukkan kepalanya. Kini Dariel berlutut dihadapan Ara memegang kedua tangannya yang berada di pahanya sendiri.

"Mau hari ini?aku bisa batalin dinas aku kalo kamu mau." Ucapan Dariel cukup menjawab pertanyaan Ara tadi.

"Aku udah sempet mikirin hal ini dari beberapa bulan yang lalu tapi katanya kalo masih kurang dari 6 bulan belum hamil sejak menikah itu masih wajar. Aku juga ga enak kalo harus ngomong ini sama kamu. Aku ga mau ketika aku ngajak kamu ke dokter, kamu mikirnya aku gimana dengan kondisi kamu. Aku juga mau periksain diri aku. Ini cuman masalah siapa yang duluan minta dan aku pingin kamu yang duluan bilang. Aku ga mau maksa-maksa kamu sayang." Tambah Dariel membuat Ara sedikit lega ternyata pilihannya di dukung Dariel. Kini Ara membalasnya dengan senyum.

"Udah jangan nangis, kita periksa sama-sama." Ara meletakkan tangannya diujung mata Ara seakan menghapus sisa-sisa air matanya.

"Aku masih haid nanti aja kalo aku udah selesai."

"Oke, jadi aku lanjut dinas?"

"Iya, kamu boleh pergi, Makasih sayang...." Ara memegangi lengan Dariel yang berotot.

"Aku belum makan daritadi, aku nunggu kamu jadi sekarang aku hukum kamu temenin aku makan.."

"Aku tanya Chandra dulu apa aku ada meeting atau engga."

"Engga ada. Aku udah tanya sebelumnya." Dariel kini berdiri lagi.

"Tunggu aku benerin make-up dulu."

"Jangan.."

"Ga enak kalo keluar."

"Aku mau berantakin dulu." Dariel menarik kursi putar Ara lalu meletakkan masing-masing tangannya disamping pegangan kursi sementara badannya mulai membungkuk.

"Kalo ciuman masih bolehkan?" pertanyaan Dariel tak perlu dijawab karena didetik selanjutnya Ara sudah menempelkan bibirnya di bibir sang suami. Menciumnya lembut sebagai ungkapan terima kasih atas pengertian dan dukungannya. Dariel menyambutnya dengan senang hati. Dia membalas setiap ciuman dan lumatan yang Ara berikan didalam mulutnya.

****

Ara sedang memakan mie instannya ditemani acara tv yang menampakkan sebuah drama Korea kesukaannya. Belum juga selesai suara bel rumah berbunyi membuat Ara heran siapa yang bertamu padanya malam hari.

"Halo kakak...." Kenan memainkan tangan Kris untuk menyapa anaknya.

"Daddy, mommy..." Ara langsung menyambut kedatangan orang tuanya.

"Kakak masakan mie ya?" Jesica mencium aroma khas dari mie yang dibuat Ara.

"Wah enak nih.."

"Jangan-jangan dari Dariel pergi kakak makan mie lagi."

"Baru juga sekarang mom."

"Jangan keseringan kak."

"Engga kok."

"Klis au..." Adiknya melihat mangkok Ara.

"Jangan Kris itu pedes." Ara segera menyingkirkan tangan Kris dari sendoknya.

"Mom..Klis Au.."

"Makan mie instan ga baik sayang."

"Sekali-sekali ga papa sayang, Mas juga bikinin ya.."

"Huh...mau bapaknya ini."

"Iya nih mommy, cuman sekali-sekali kan ga jadi makanan wajib."

"Ya udah bentar."

"Sini aku bikinin aja."

"Ga usah, kakak makan aja." Jesica beranjak ke dapur Ara.

"Kenapa ga nginep di rumah?"

"Engga ah, rumah ditinggal terus dad ga baik lagian Dariel cuman 3 harian."

"Rumahnya belum selesai juga?"

"Palingan bulan depan dad, nanti Daddy sama mommy yang nginep disini."

"Udah selesai sayang?"

"Belum, baru juga airnya dipanasin. HP aku ketinggalan." Jesica segera mencari Handphonenya di tas lalu kembali ke dapur.

"Halo.." Suara Jesica semakin memudar seiring langkah kakinya kedalam. Lagi-lagi telepon yang Kenan tak tahu dari siapa.

"Kak jagain Kris bentar." Kenan berjalan kearah dapur. Dilihatnya Jesica sedang merebus mie sambil memainkan handphonenya.

"Di HPnya ada apa sih?" Tanya Kenan sambil berjalan mendekati istrinya.

"Eh Mas..." Jesica langsung menutup Handphonenya begitu melihat mie yang direbus mulai terlihat matang.

"Lagi liat apa?" Tanya Kenan penasaran.

"WA dari grup aja Mas." Jawab Jesica dan sambil memindahkan mie yang direbus kedalam mangkok sementara Handphonenya masih tersimpan rapat di saku celananya.

"Sampe dibawa-bawa kedapur?kamu ga pernah loh bawa HP ke dapur yang. Kalo lagi masak biasanya masak aja." Kenan sudah mulai curiga dari kemarin-kemarin dengan sikap aneh istrinya. Dia sering bermain HP sekarang bahkan kadang-kadang menerima telepon sambil menjauh.

"Apa sih Mas?curiga sama aku?" Jesica memasukkan lagi mie kedua untuk suaminya.

"Ya kamu aneh."

"Mau pake cabe rawit ga mie nya." Jesica mengalihkan pembicaranya.

"Engga, ga usah."

"Bawain mie-nya kedepan Mas, bentar lagi nyusul."

"Hei Mas lagi nanya sama kamu sayang. Ada apa dihandphonenya?jawab atau Mas yang periksa sendiri." Kenan meraih pinggang istrinya.

"Ya udah periksa. nih..." Jesica menyodorkan HPnya namun kini Kenan hanya diam memandangi Handphone istrinya.

"Katanya mau periksa." Jesica sudah merubah nada bicaranya. Itu artinya dia sedikit kesal dengan kecurigaan Kenan padahal selama ini baik Kenan maupun Jesica tak pernah berani untuk memeriksa Handphone masih-masing.

"Ya udah Mas anter mie aja." Kenan memilih mengambil mangkok dan berjalan ke depan lagi sementara Jesica menyimpan kembali Handphonenya.

Selang beberapa menit Jesica datang bersama mie yang dia berikan langsung pada Kenan.

"Kamu ga bikin?"

"Engga Mas, berdua sama Kris aja. Sini sayang mommy suapin, masih panas ya..." Jesica mengambil alih sendok yang sebelumnya dipegang Kenan. Perlahan dia mengipas Mie dan menyuapi Kris.

"Kak jangan suka stok mie dirumah, jadi keenakan."

"Dariel suka pingin mom."

"Ya di stop dong."

"Iya-iya nanti aku stop."

"Dariel sama siapa dinasnya?"

"Sekretarisnya katanya, ga tau deh aku ga nanya-nanya."

"Kakak harusnya tahu dong suaminya pergi kemana sama siapa."

"Aku tahu kok dia pergi ke Batam sama sekretarisnya si Joe kali, lagian kan mommy sekantor pasti tahu juga."

"Mommy kan ga 24 jam mantau Kak."

"Aku sama Dariel mau ke dokter rencanannya Mom..."

"Kenapa?kakak sakit?atau Dariel?" Kenan langsung menghentikan aksi makannya.

"Aku sama Dariel mau periksa kesuburan." Jawaban Ara membuat Jesica dan Kenan saling menatap. Mereka terkejut dengan keinginan Ara sementara anaknya itu masih terlihat santai dengan mengambil minum dan meneguknya habis.

***To Be Continue


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C268
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login