Download App
70.44% I don't know you, but I Married you / Chapter 367: Kay bertindak

Chapter 367: Kay bertindak

Ara hanya terbaring di kamarnya sambil melamun. Dia malas untuk beranjak kemanapun sekarang. Rasanya hanya kasur tempat ternyaman saat ini. Sudah Sejaknkemarim Dariel pergi dan tak ada kabar apapun tentangnya. Ah...tentu saja dia tak mungkin mengabari Ara. Itukan sudah jadi kebiasaannya sejak dia marah.

"Kak...kakak..." Jesica mengetuk pintu.

"Iya mom..." Ara segera mencari sandalnya dan membuka kunci pintu.

"Sarapan dulu sayang."

"Aku sarapan diatas aja mom triplets masih tidur. Ravin juga sedikit panas jadi kayanya aku disini aja."

"Ravin panas?" Jesica segera masuk kamar dan melihat ketiga cucunya. Tangannya dia letakkan diatas dahi Ravin dan benar saja suhunya sedikit panas.

"Tidurnya jangan disatuin gini sayang nanti kalo yang lain ikut panas gimana?" Jesica akhirnya menyuruh pembantunya dirumah dan Kenan untuk menyiapkan tempat tidur lain.

"Ga dibawa ke dokter aja sayang?"

"Nunggu siangan aja dad, kalo masih gitu baru bawa ke dokter." Ara bingung sebenarnya harus bagaimana saat anak kecil sakit. Entahlah Ara serba tidak tahu sekarang padahal itu perkara mudah.

"Ya udah kamu ambil makan dulu sana, biar mommy jagain."

"Nanti aja deh mom aku ga lapar."

"Sayang nanti kamu harus nyusuin. Makan dong."

"Tapi aku belum mood makan."

"Makan aja yuk sama Daddy." Kenan bertindak sambil mendorong badan Ara untuk keluar. Entah kenapa feeling Jesica merasakan sesuatu yang berbeda. Biasanya Ara semangat dan antusias merawat bayi-bayinya tapi sekarang tidak. Kini Ara duduk dikursinya dimana ada Jay dan Kris disana.

"Kakak...kakak...mana bayi-bayi?"

"Ada diatas tuh sama mommy."

"Klis pingin liat.."

"Makan dulu sayang nanti liat bayinya." Kenan membuat Kris duduk dengan benar lagi dikursinya. Mereka pun mulai sarapan. Ara sungguh tak bernafsu. Dia hanya ingin berbaring saja. Makanan seenak apapun rasanya pahit di lidahnya. Tak ada yang menggugah selera Ara sekarang. Ara menghela nafas pelan dan mengarahkan sendoknya pada mulutnya. Sejak tadi rupanya Kenan memperhatikan tingkah Ara. Tak biasanya Ara lesu begini.

"Kakak sakit ?"

"Engga dad."

"Kok ga semangat sayang?"

"Aku kecapean aja mungkin, semaleman Ravin rewel jadi aku harus nungguin dia."

"Kenapa ga bangunin Daddy sama mommy?"

"Ga papa. Aku bisa kok." Ara diam lagi. Selesai sarapan Ara segera pergi ke kamarnya lagi dimana sang ibu masih menunggu bayinya.

"Mom..biar aku aja sekarang mommy sarapan." Ara menggantiman ibunya.

"Kalo ada apa-apa panggil ya sayang."

"Iya mom.." Ara naik kembali ke kasurnya. Jesica sempat membalikkan badannya dan melihat bagaimana raut wajah anaknya. positif. Ini ada yang tidak beres.

"Mas..Mas.."

"Iya sayang.."

"Kakak kayanya ada masalah Mas.."

"Kenapa emang?"

"Lesu aja dari kemarin-kemarin. Dari hari pertunangan Jay dia udah lesu."

"Tadi Mas tanya sayang, katanya kecapean aja."

"Ga mungkin. Ini bukan kecapean. Apa lagi berantem Mas sama Dariel?"

"Bisa jadi."

"Aku harus cari tahu ini. Kakak susah banget kalo dibujuk."

"Ya udah kamu sarapan dulu aja sayang nanti kita ngobrol lagi. Kris sama Mas kedepan dulu ya."

"Mau kemana?"

"Ini Kris pingin beli boneka buat tinju-tunju."

"Emang di depan ada Mas?"

"Kemarin ada makannya Kris sempet ngamuk pingin beli."

"Ya udah hati-hati." Jesica sambil memperhatikan anaknya yang sedang anteng menonton kartun.

***

Jesica memanggil dokter untuk memeriksakan cucunya begitupun dokter untuk Ara. Ternyata Ara terkena Darah rendah sementara anaknya memang memiliki gejala demam. Kenan sedikit khawatir karena mungkin Ara kelelahan mengurus triplets.

"Udah coba kasih tahu Dariel Mas?" Tanya Jesica saat menutup pintu. Karin ada didalam gendongannya. Karena dia tak bisa tidur.

"Udah tapi belum diangkat-angkat sayang nanti Mas cobain lagi."

"Kayanya ada kakak disini.." Suara seseorang terdengar dari arah tangga. Itu Kay dan Kiran.

"Eh kebeneran kalian datang, bisa bantuin mommy sama kakak dong."

"Kenapa mom?"

"Kakak kayanya sakit jadi kasian anak-anaknya."

"Oh iya mom nanti Ran bantuin." Kiran dengan senang hati sementara Kay terdiam. Dia semakin yakin jika Dirga telah melakukan sesuatu sampai membuat kakaknya sakit seperti ini.

"Habis darimana kalian?"

"Ini ibu negara mom pingin prepare buat ke Australia."

"Jadi kapan kalian pulang?"

"Hari Senin mom."

"Sabtu inget bang dandan yang rapi sama Ran."

"Iya mommyku, udah diingetin berapa kali nih."

"Tega kalo sampe ga datang."

"Kita datang mommy, tadi baru aja Ran beli gaunnya."

"Kris mana mom?"

"Lagi tidur siang, katanya mau jaga bayi-bayi tapi malah sibuk sendiri dia." Jesica dengan tersenyum.

"Ya udah aku pingin liat kakak dulu." Kay mulai berjalan menuju kamar kakaknya. Membuka pintu secara perlahan. Disana terlihat Ara berbaring miring memunggunginya. Pundaknya terlihat bergerak. Mungkin dia menangis. Kay semakin melangkah dan gerakan itu pun hilang. Kini Kay melihat mata Ara tertutup. Kay berjongkok di depannya. Meraih tangannya yang ada di pipi Ara. Dapat dia rasakan sesuatu yang basah.

"Aku tahu kakak ga tidur." Ucap Kay dengan nada lembut tapi Ara hanya diam.

"Bisa kita bicara sebentar?" Kay mengusap-usap pelan tangan kakaknya. Jarang sekali rasanya Kay melakukan hal ini pada Ara. Dia tak pernah memperlakukan kakaknya dengan manis sejak dulu. Kay memang sudah berubah. Mungkin ini sikap dewasanya.

"Kakak cape."

"5 menit." Kay memaksa. Kini Ara menurut. Dia membuka matanya perlahan. Menarik ingusnya sendiri dihidung lalu duduk. Kay duduk juga disampingnya. Tidak lupa dia mengambil tisu untuk kakaknya.

"Kamu mau ngomong apa?"

"Kakak punya masalah?"

"Apa sih maksud kamu?semua orang juga punya masalah."

"Aku pingin kakak jujur. Ada apa sama Dirga?" Kay tanpa sopan santun langsung menyebutkan nama Dirga tanpa embel-embel kakak. Ara tentu saja terkejut. Dia langsung menatap adiknya.

"Maksud kamu?"

"Kakak pasti ngerti. Aku cuman butuh kakak jujur. Cerita sama aku sebelum aku bilang sama Daddy." Kay berbicara seakan dia tahu dengan pasti kejadiannya seperti apa.

"Kamu tahu apa?"

"Aku ga suka kakak nangis. Kak Dariel bikin kakak nangis aja aku bisa kejar kak ga peduli dia suami kakak apalagi orang lain. Emang aku ga liat waktu dirumah Tiara kakak nangis didepan Dirga?Sebenernya ada apa?apa yang membuat kakak nangis?Apa orang itu ganggu kakak lagi?" Kay berbicara tanpa mengalihkan perhatiannya sedikitpun dari wajah Ara. Kakaknya itu hanya diam.

"Udah aku bilang, aku minta kakak jujur. Malam itu aku temuin dia, aku tanya dia pun ga ngaku tapi dia sempet marah dan mau pukul aku. Aku belum berani lawan dia yang berlebihan karena aku takut salah kak, meskipun aku yakin pasti ini ada sangkut pautnya sama kakak. Jadi kenapa kak?kakak harus bilang." Kay terus memaksa. Awalnya semua hening hingga Ara langsung memeluk adiknya dan menangis. Dia menangis sejadi-jadinya sementara Kay mendekapnya.

"Kalo Jay tahu dia pasti bisa langsung habis-habisan hajar orang itu kak." Kay mengusap lembut rambut Ara. Tidak lama Kenan membuka pintu dan melihat kejadian itu.

"Kenapa?kakak kenapa?" Kenan mendekati. Kakak beradik itu diam sementara Ara menangis dengan tersedu-sedu. Kiran dan Jesica hanya menyaksikan dari balik pintu.

"Sakit sayang?kakak kenapa?pusing?bilang Daddy." Tanya Kenan lagi.

"Daddy...." Ara memeluk ayahnya dengan suara tangis.

"Kenapa?ada apa sayang?siapa yang buat kakak nangis?Dariel?bilang Daddy." Kenan terus bertanya-tanya.

***To Be Continue


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C367
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login